43. Another Level

95 29 32
                                    

Tidak semua manusia hidup dengan cara yang sama. Namun, entah bagaimana suatu perbedaan tetap menjadi sorotan yang paling utama. Malah menjadi lomba siapa duluan yang menjatuhkan. Manusia berubah menjadi makhluk yang semakin mengerikan.

-Leonick Agnelo-



-Leonick Agnelo-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“LARI!” teriak Gio ketika menyadari hawa tidak nyaman yang menyerang batinnya dari udara. Ia menyeret Zayan ke dalam bangunan yang lebih dalam agar aman.

Sedangkan di belakangnya ada Leon yang juga tengah menarik Chastine ikut masuk.

Tidak berselang sampai tiga puluh detik, sebuah—ah, bukan sebuah lagi, tapi puluhan atau bahkan sampai ratusan peluru yang ditembakkan dari sebuah helikopter di atas, menyerang tempat mereka sebelumnya berpijak.

That’s so close!” cicit Zayan masih setengah linglung.

Hampir saja, jika Gio terlambat menyadari barang beberapa detik pun, nyawa mereka semua mungkin sudah berpindah alam.

Setelah beberapa kali tarikan napas, suara tembakan tersebut tiba-tiba meredam, lamban laut menjadi diam, suinyi dan senyap. Meninggalkan tanda tanya besar di benak keempat anak manusia yang masih bersembunyi di sana.

Mereka saling melempar pandang satu sama lain dengan ekspresi kebingungan yang tercetak jelas di wajah masing-masing.

Belum sempat terjawab atau bertanya ada apa gerangan yang terjadi, tiba-tiba suara ledakan yang lebih besar menyerang indra pendengaran. Membat erea sekitar yang tengah dipijaki sekarang sampai bergetar menyerupai gempa bumi ringan.

Jerit kaget di dalam hati otomatis ke luar, bersamaan dengan spot jantung yang seperti melompat dari rongga sampai ke tenggorokan.

Karena puing-puing dari halikopter yang menyerang tadi mulai berjatuhan. Lengkap dengan ceceran darah dan beberapa potongan tubuh yang terlempar.

Bahkan ada satu jari jempol dan satu bola mata yang terlempar dan bergulir indah di hadapan mereka.

“AAHHH!” Zayan lanngsung melompat ketakutan, berlari ke belakang Gio, bersembunyi di sana seolah itu adalah tempat yang paling aman.

What the hell,” umpat Leon mencoba mencerna keadaan.

“Tuan Muda!” Itu adalah suara Jason, sang pelayan setia yang mengabdikan diri sepenuhnya kepada keluarga Agnelo.

“Oh, jadi itu kau.” Leon segera bangkit dan membantu Chastine untuk berdiri.

“Apa kalian tidak apa-apa?” tanya Jason lagi dengan raut wajah khawatir.

Leon memandangi pelayannya dengan tatapan curiga, tangan Jason masih terbungkus kaos tangan yang bersih, putih, mulus, dan tanpa noda. Serangan balik tadi bukan dari Jason. Lalu oleh siapa?

HIDDEN || Mental GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang