Hatiku tergelitik oleh hukum yang disebut takdir, mereka membuat Tuhannya sendiri.
-Leonick Agnelo-
"Leon aku ingin bertanya-aduh, duh!" Zayan tersandung akar pohon yang besar dan panjang-panjang.
"Tahi kambing!" umpat Zayan balas menendang akar yang sebenarnya tidak salah apa-apa itu.
Gio mengulum senyum. "Bagus sekali Tuan Muda," pujinya dengan nada mengejek, ironi yang indah.
"Bertanya apa?" Leon mengibas ranting-ranting pohon yang menjuntai ke arahnya.
Mereka bertiga memilih jalan yang terpisah dari Chastine. Menuju pintu akhir yang akan membawa mereka kembali, harapannya begitu.
"Bagaimana biasanya kau bisa tahu orang itu berbohong atau tidak?" Zayan sedikit kesulitan melompati beberapa batu dari jalan terjal yang kini tengah mereka lewati.
"Mudah, kok." Leon mengambil ancang-ancang, lalu melompat ke salah satu batu yang besar. "Hal dasarnya dalah ketika seseorang bicara dan dia melihat ke arah atas kanan." Leon menoleh pada Zayan. "itu tandanya dia berbohong dan sedang mengarang cerita."
Gio menyusuri langkah yang Leon pijak sebelumnya. "Kalau ke kiri tandanya dia tengah berpikir mencari kebenaran," timpal pemuda itu. Ia mengulurkan tangan untuk Zayan.
"Exactly," sahut Leon.
Netra Zayan terlihat berbinar. "Apa itu pasti?" Ia meraih tangan Gio untuk naik.
"Tidak selalu, tapi bisa dijadikan referensi." Leon tersenyum simpul, melanjutkan perjalanan santai tapi menyulitkan ini.
"Kadang untuk orang yang sudah tahu, ia bisa menjadi pembohong yang pandai," sungut Gio sedikit menyindir Leon.
Temannya itu malag tertawa bangga. "Untuk beberapa kasus seperti Marco tadi, dia tahu tapi lupa saja."
"Kok, bisa?" Zayan masih penasaran.
Leon menoleh sekilas. "Manusia sepertinya tidak akan bisa menjadi sempurna," tutupnya lalu melanjutkan perjalanan.
Mereka hampir tidak pernah menyusuri hutan yang naik-turun seperti ini sebelumnya, memang cukup merepotkan.
Namun Zayan masih memiliki pertanyaan lain. "Oke satu lagi."
Zayan berusaha mengontrol nafasnya yang tersengal-sengal. "Kau ... tahu Chastine adalah seorang pembunuh?"
Leon dan Gio langsung menghentikan langkah mereka, berbalik menatap Zayan dengan penuh selidik.
"Kau tahu?" tanya keduanya hampir bersamaan.
Zayan terlihat gelagapan. "Itu ... setelah tahu tentang sekolah kita aku tidak bisa tidak mencurigai semua orang lagi?" celotehnya terlihat lucu.
Menengadah pada langit, Leon mengembus nafas pelan. "Tidak mungkin dia terobsesi denganku tanpa alasan, dugaan sementara adalah dia didoktrin oleh orang yang disebut Mama itu untuk melindungiku," curhatnya terdengar lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN || Mental Game
Mystery / Thriller[COMPLETE] WARNING! Bagi yang masih di bawah umur tidak dianjurkan membaca ini.) Ketika mental dan psikologis manusia dijadikan mainan semata. Sisi gelap dari dunia dengan pertumpahan emosi serta keringat berdarah. Di mana membunuh atau dibunuh menj...