Follow dulu akun Fafa. Bantu share cerita ini supaya yang baca makin banyak.
Liat juga ke bawah. Ada bintang, kan? Lalu, klik. Makasih❤️
.
.
.
Happy Reading"Sudah kok," sahut Aarav, sedangkan Alvin hanya diam saja tanpa memasang ekspresi di wajahnya.
Alvin mencuri-curi pandang ke manik mata Syifa. Ketika pandangan Alvin saling bertemu, Alvin mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Alvin melengos begitu saja meninggalkan Syifa dan Aarav di lantai bawah. Pria itu menaiki anak tangga satu persatu.
"Eum, permisi."
Aarav tersenyum ramah. "Ya. Silakan, Syifa."
'Nasib menjadi jomlo, selalu ditinggal sendirian,' batin Aarav.
Syifa berjalan menguntit Alvin dari belakang. Syifa sedikit khawatir ketika memperhatikan cara berjalan Alvin yang terlihat sangat gontai. Bahkan, tadi Alvin nyaris kehilangan keseimbangannya. Tadi Syifa hendak memapahnya. Namun, Alvin menolaknya secara mentah-mentah.
Mereka berdua masuk ke dalam kamar. Syifa menyiapkan baju piama Alvin sebelum pria itu memintanya dengan kasar. Lalu, Syifa memberikannya kepada Alvin. Pria itu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
"Jika kau belum salat, setelah mandi langsung ambil air wudu," saran Syifa.
Alvin hanya mengangguk di tengah-tengah langkahnya. Syifa sedikit kebingungan dengan sikap Alvin malam ini, dia sangat pendiam. Biasanya, jika Syifa memerintah Alvin, pria itu selalu saja menjawab dengan nada yang sangat ketus bahkan tak segan-segan Alvin membantahnya.
Pintu kamar mandi terbuka, Alvin keluar mengenakan pakaian yang diberikan oleh Syifa tadi. Alvin sepertinya tidak mandi, ia hanya mengambil air wudu dan mengganti pakaiannya saja. Pria itu menghamparkan sajadahnya dan memulai salatnya.
Selang beberapa menit kemudian, Alvin melipat sajadahnya dan langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Alvin menarik selimut dan memejamkan matanya. Sungguh, malam ini Syifa dibuat keheranan olehnya. Apakah Alvin sudah berubah?
Syifa pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Setelah itu, ia berbaring di atas ranjang. Posisi Alvin kini berubah menjadi membelakangi Syifa. Syifa berpikir bahwa Alvin sudah tertidur. Wanita itu ikut memejamkan matanya.
Selang beberapa menit kemudian, dengkuran halus terdengar, Alvin membalikkan badannya ke arah Syifa dan melihat matanya yang sudah terpejam. Percayalah, tadi Alvin hanya berakting tidur saja. Alvin menatap langit-langit kamarnya, di benaknya terdapat banyak pertanyaan yang sedari tadi sudah bersarang.
'Apakah Syifa akan pergi jika Husain menemuinya?' batin Alvin.
Malam ini Husain sudah tinggal di apartemen yang jauh-jauh lebih layak dari tempat tinggal di kampung halamannya. Husain juga diberikan uang sebesar dua puluh juta untuk kebutuhan sehari-hari selama ia belum mendapatkan gaji dari pekerjaan yang baru saja akan ia jalani.
Walaupun Alvin sudah memberikan persyaratan pada Husain. Namun, Alvin percaya sebaik-baiknya ia menyembunyikan Syifa, pasti Husain akan menemukannya juga. Tak mungkin jika Syifa terus-menerus ada di dalam rumah, pasti ada saatnya Syifa harus ke luar rumah untuk membeli sesuatu.
Alvin menggelengkan kepalanya dengan cepat seraya membatin, 'Mengapa aku menjadi gelisah seperti ini?! Mengapa aku memikirkan wanita cerewet itu?! Ck, aku yakin pasti wanita ini sudah memeletku! Tetapi ... sampai kapan pun cintaku akan berpihak pada Evrita. Pelet dari Syifa tidak akan ampuh untukku.'
Entah apa yang memancing mata Alvin sehingga membuat mata Alvin memandangi wajah elok milik Syifa. Benaknya ingin mengalihkan pandangan. Namun, hati dan matanya menolak untuk itu. Alvin terus memandangi wajah wanita itu yang tengah tertidur. Di balik semua itu, ada degup jantung yang sedang berdetak kian kencangnya.
....
Jam dinding menunjukkan pukul empat dini hari. Namun, dari semalam mata Alvin tak kunjung terpejam. Matanya selalu memandangi wajah Syifa tanpa henti walaupun sesekali Alvin mengalihkan pandangannya karena merasa gengsi. Namun, tak lama kemudian matanya kembali menatap wajah itu.
"Kau cantik, hari ini," lirih Alvin tanpa disengaja.
"Ternyata Syifa sedikit lebih cantik dari Evrita."
Selang beberapa detik kemudian Alvin menutup mulutnya dengan mata yang terbelalak. Bisa-bisanya Alvin mengatakan seperti itu. 'Tidak-tidak, Evrita jauh lebih cantik.'
Alvin memijat pelipisnya yang terasa pusing. Pandangannya juga sempat kabur-kabur. Mata Alvin sedikit mendelik ketika Syifa membuat gerakan di tubuhnya. Dari gerak-geriknya, sepertinya Syifa akan bangun. Alvin langsung berbalik membelakangi dan memejamkan matanya.
Lambat laun, mata Syifa terbuka. Seperti biasa, Syifa akan sedikit beringsut untuk membangun pria yang ada di sampingnya. Ketika hendak menepuk lengan Alvin, tiba-tiba Syifa merasa guling pembatas itu basah. Seperti ada tetesan air yang baru saja terjatuh. Namun, Syifa tidak memasalahkan hal itu karena sekarang ia harus membangunkan Alvin.
Syifa menepuk lengannya sebanyak tiga kali. "Alvin?"
"Ya, ya, aku bangun," sahut Alvin seraya berancang-ancang untuk beringsut menjauhi kasur.
'Tumben sekali langsung terbangun.'
Ketika hendak berdiri, tiba-tiba Alvin kehilangan keseimbangan sehingga membuat tubuhnya kembali terjatuh di atas kasur. Syifa membelakkan mata dan segera menolongnya untuk membenarkan posisi Alvin yang nyaris terjatuh ke bawah.
Syifa melihat wajah milik pria itu. "Wajahmu pucat sekali. Apa kau sakit?"
"Tidak. Minggirlah!" perintahnya dengan nada yang cukup tinggi.
"Apa kau mau terjatuh lagi? Biarkan aku memapahmu untuk mengambil air wudu."
Syifa beranjak dari kasur dan meraih tangan kanan milik Alvin. Tangan kanan Alvin disampaikan ke pundak milik Syifa. Wanita itu memapah Alvin menuju kamar mandi. Setelah Alvin selesai berwudu dengan tangan yang terus memegang bak mandi, Alvin hendak meraih pundak Syifa.
"Bentar! Aku ingin bertanya. Jika kau sudah berwudu, batal tidak jika kau menyentuhku?" tanya Syifa.
Jujur saja, Syifa belum mengetahui tentang ini karena sebagian orang menjawab bahwa itu bisa membatalkan wudu. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa itu sama sekali tidak membatalkan wudu.
"Tidak tahu! Aku sedang sakit, mengapa kau memberikan-ku pertanyaan seperti itu? Apa kau ingin jika aku bertambah sakit, Syifa?!"
"Bukan begitu, Alvin. Aku takut membatalkan wudu-mu."
Terjadilah perdebatan di dalam kamar mandi. Alvin merajuk dan langsung pergi ke luar kamar mandi tanpa bantuan Syifa. Alvin berjalan gontai dan sesekali ia nyaris terjatuh sehingga membuat Syifa tak tega melihatnya. Syifa tetap mengawasi Alvin dari belakang. Alvin hendak menggantungkan sajadah pada bahunya. Namun, Syifa mengurungkan niat Alvin dan menyuruh Alvin untuk salat di rumah saja.
"Tidak usah sok peduli padaku! Tadi saja kau tidak ingin menolongku!"
"Alvin, turuti apa kataku dari pada kau merepotkan Aarav," ujar Syifa.
"Tidak a---"
Tok! Tok! Tok!
Syifa mengalihkan pandangannya ke ambang pintu. "Sebentar!"
_____
To be continued
Username Instagram: faresyia_
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Izin Mencintai (END)
Romance[Mau buat Fafa seneng gak? Follow sebelum membaca dan follow akun Instagram Fafa. Username: refafa0401] 🚫DILARANG PLAGIAT🚫 Alvino Daniel Sandjaya tidak pernah tahu senekat apa keputusannya ini. Dia menyuruh beberapa body guardnya untuk menculik se...