Lagi males mikir tapi maksain diri. Jadi, tolong maklumin aja ya kalau ada narasi yang gak jelas.
.
.
.
Happy reading ❤️Alvin ingin sekali pergi menemui wanita yang dimasukkan ke dalam gudang oleh para body guard-nya. Namun, ada Syifa di sini. Alvin tidak ingin jika Syifa mengetahuinya. Jujur saja, tangan Alvin masih gatal ingin sekali menyiksa wanita yang telah mempunyai niat jahat kepada Syifa. Namun, jika Alvin menyiksanya, itu artinya Alvin mengingkari janji.
"Istirahatlah, Alvin!" titah Syifa.
Alvin menganggukkan kepala dengan senyum yang ia sunggingkan di wajahnya. Syifa yang sudah melepaskan cadarnya membantu Alvin untuk merebahkan tubuhnya dengan posisi menyamping. Setelah itu, Syifa menyelimuti tubuh Alvin dan mencium keningnya.
Sejak di rumah sakit, Alvin selalu meminta kecupan kepada Syifa setiap hendak tidur. Oleh karena itu Syifa kini melakukannya tanpa diperintahkan oleh sang suami. Syifa melihat senyuman jahil yang dilontarkan oleh Alvin. Sebelum Alvin menggodanya, Syifa lebih dahulu meninggalkannya ke kamar mandi.
"Hey, aku belum sempat meng---"
"Tidurlah, Alvin!" perintah Syifa seraya membukakan pintu kamar mandi.
Alvin menggelengkan kepalanya dan memejamkan mata, sedangkan Syifa mengintipnya dari pintu yang sedikit dibuka untuk memberikan celah agar ia bisa melihat Alvin. Pria itu berusaha untuk tertidur sehingga membuat Syifa menyunggingkan senyumannya.
Selang beberapa menit kemudian Syifa keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang berbeda. Ia mengenakan celana tidur berwarna hitam dan kaus polos berwarna putih dengan lengan pendek. Syifa menutup kembali pintu kamar mandinya dengan perlahan-lahan. Setelah itu, ia mengunci pintu kamar dan naik ke atas ranjang. Syifa menatap wajah pria yang ada di hadapannya.
Dia terluka hanya karena ingin melindunginya. Dengan pengorbanan Alvin ini membuat hati Syifa luluh dengan perlahan-lahan. Syifa mulai takut untuk kehilangannya. Beliau menggantikan sosok ayah dalam hidup Syifa. Walaupun terkadang sifatnya sangat jauh berbeda. Namun, di sisi lain masih ada kesamaan dengan sang ayahanda.
Syifa mengangkat tangannya dan mendaratkan di kepala milik Alvin. Syifa mengelusnya dengan lembut. Tanpa wanita itu sadari, hati Alvin bagai sedang diporakporandakan. Jantungnya berdegup dengan cepat.
....
Alvin berjalan mengendap-endap keluar dari kamarnya dengan menahan rasa sakit di punggungnya. Pria itu menyembunyikan sebuah pistol di saku celana. Setelah menjauh dari kamar, Alvin berjalan seperti biasa dengan wajah yang datar. Ia melangkahkan kakinya menuju sebuah gudang.
Dari semalam, Alvin tidak bisa tidur karena tangannya merasa gatal. Sampai pada akhirnya jam dinding menunjukkan pukul tiga dini hari, Alvin memutuskan untuk mengikuti keinginan hatinya.
Letak gudang tak jauh dari garasi mobil. Namun, letaknya memang sedikit tersembunyi. Ketika rumah ini ditempati oleh Fatimah dan Burhan, ruangan ini dijadikan kamar untuk pengemis yang tunanetra dengan kaki yang lumpuh. Awalnya ruangan itu sangat bagus. Namun, karena pengemis itu meninggal dunia sampai pada akhirnya tidak ada yang menempati kamar tersebut.
Sampai suatu ketika Fatimah dan Burhan angkat kaki dari rumah ini, Alvin merubah ruangan tersebut menjadi tempat maksiat. Tempat membunuh para korbannya. Kasur yang awal mula digunakan untuk tidur kini dijadikan tempat untuk mencincang tubuh korbannya. Kasur itu sudah seperti talenan bagi Alvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Izin Mencintai (END)
Romance[Mau buat Fafa seneng gak? Follow sebelum membaca dan follow akun Instagram Fafa. Username: refafa0401] 🚫DILARANG PLAGIAT🚫 Alvino Daniel Sandjaya tidak pernah tahu senekat apa keputusannya ini. Dia menyuruh beberapa body guardnya untuk menculik se...