SIM 68

862 138 4
                                    

HAPPY READING ❤️

_________

Setelah menemukannya, Alvin menyodorkan baju dan celana panjang yang ia ambil dari lemari. "Gantilah bajumu, Sayang."

Syifa menganggukkan kepalanya dan menerima baju tersebut. Wanita itu berjalan menuju kamar mandi dengan tangan yang membawa baju tidur sekaligus dengan celananya. Alvin mengantarkan Syifa sampai di ambang pintu. Berkali-kali Alvin memperingatinya untuk tetap berhati-hati agar tidak kepleset.

Selang beberapa menit kemudian. "Baju ini sudah tidak muat di tubuhku. Apa kala itu badanku begitu kurus?" tanya Syifa yang masih ada di dalam sana.

"Tubuhmu memang ramping, Sayang. Tunggulah di situ. Akan kucari baju yang lebih besar."

Alvin mencari baju yang sedikit lebih besar. Sebisa mungkin ia mencarinya dengan sangat  hati-hati agar tidak berantakan. Alvin tidak menemukan baju dengan ukuran yang besar. Ukuran baju tidur Syifa sama semua. Alvin beralih ke lemari bajunya dan mengambil kaus lengan pendek berwarna hitam. Alvin membawa kaus tersebut menuju kamar mandi.

Alvin mengetuk pintu. "Apa kau mau memakai bajuku?"

"Apa kau mengizinkannya?"

"Tentu saja, Sayang. Ambilah!" titah Alvin.

Syifa sedikit membukakan pintu dan mengeluarkan lengannya saja. Alvin ingin menjahilinya. Pria itu tidak memberikan baju ke tangan Syifa, melainkan ia memberikan tangan kanannya. Syifa memegang tangan milik Alvin sontak membuat pria itu terkekeh kecil.

"Jangan bercanda, Alvin."

"Baiklah, baiklah." Alvin memberikan baju tersebut.

Syifa kembali menutup pintu kamar mandi. Selang beberapa menit kemudian, pintu tersebut terbuka kembali. Syifa keluar mengenakan kaus hitam dan juga celana tidur berwarna putih yang longgar. Kaus hitam yang kebesaran di tubuh Syifa justru memberi kesan menggemaskan. Alvin tersenyum manis melihatnya. Syifa benar-benar cantik. Alvin tidak pernah bosan untuk menatapnya.

"Jangan memandangiku seperti itu," pinta Syifa.

"Kau cantik sekali."

Lagi dan lagi, Alvin menggendong tubuh Syifa tanpa seizinnya. Syifa yang terkejut dengan perlakuan Alvin sontak mengalungkan tangannya di leher milik pria tersebut. Alvin menidurkan tubuh milik Syifa di atas ranjang. "Istirahatlah, Sayang."

Syifa menganggukkan kepalanya. Alvin melangkahkan kaki menuju lemari baju. Sampai saat ini, Alvin masih mengenakan jas yang ia pakai ke kantor. Selang beberapa menit kemudian, Alvin telah mengganti pakaiannya. Ia menidurkan tubuhnya di samping milik Syifa. Alvin memeluk tubuh wanita itu dari samping dengan tangan yang membelai rambut halus milik istrinya. Syifa benar-benar tidak terbiasa dengan perlakuan seperti ini. Ketika ia tinggal di rumah Selamet saja, ia tidur seorang diri di dalam kamar sedangkan Selamet di luar kamar.

Detak jantung Syifa berdegup dengan kencangnya. Untung saja Alvin kini tengah memejamkan mata, jadi ia tidak akan melihat wajah Syifa yang begitu canggung. Syifa membelakkan matanya ketika tangan Alvin yang semula mengelus rambutnya kini beralih ke perut. Alvin menempelkan kepalanya dengan kepala milik Syifa. Matanya senantiasa terpejam dengan bibir yang terus-menerus tersenyum.

Surat Izin Mencintai (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang