SIM 26

1K 152 4
                                    

Follow dulu akun Fafa. Bantu share cerita ini supaya yang baca makin banyak.
Liat juga ke bawah. Ada bintang, kan? Lalu, klik. Makasih❤️
.
.
.
Happy Reading

Alvin membelakkan matanya ketika ia menyaksikan orang yang ia kenal sebagai wanita yang penyabar, kini marah pada dirinya. Sabar memang tidak ada batasnya. Namun, kemampuan Syifa untuk terus bersabar itu sangatlah terbatas. Ingat, marahnya seorang penyabar jauh lebih menyeramkan.

"Ma--maaf, aku tidak bermaksud untuk memarahimu," sambung Syifa.

Begitulah peristiwa absurd di pagi hari yang di mana tokoh utamanya adalah Alvin sendiri. Pria itu memang selalu membuat kegaduhan hanya karena hal sepele. Bahkan, ketika Alvin menginjak usianya yang kedelapan tahun, ia pernah ....

Seorang anak kecil tengah melihat-lihat sembilan kandang yang berisi ular. Masing-masing kandang berisi satu ular. Anak kecil itu terus melihatnya dari jarak dekat, tentunya di bawah pengawasan pria dewasa yang nampaknya sudah berumur tiga puluh enam tahun.

"Om, ini untuk apa?" tanya bocah itu seraya menunjukkan sebuah tombol.

"Ingat, jangan tekan tombol itu."

"Ditekan? Ditekan seperti ini?" Sialan sekali anak kecil itu. Ia bertanya sekaligus memperagakannya sehingga membuat pintu kandang ular tersebut terbuka dengan lebar.

Pria tadi melontarkan sumpah serapah kepada Alvin dengan matanya yang terus mendelik tajam akibat merasa kesal. Ia segera mengambil sebuah tongkat besi yang dibengkokkan di bagian bawah. Biasanya tongkat itu ia gunakan untuk memindahkan ular.

"Alvin, jangan kau tekan lagi tombol itu!" tegas pria tersebut.

Pria itu berusaha menangkap ular yang sudah keluar dari kandangnya. Sedangkan Alvin? Bocah itu justru bertepuk tangan melihat kelincahan ular yang berusaha melarikan diri. Karena merasa tontonan yang ada di depan menakjubkan, Alvin kembali menekan tombol satu persatu sehingga membuat kandang ular tersebut terbuka. Semua ular kabur tanpa sepengetahuan pria dewasa tadi. Alvin bertepuk tangan ketika ular yang paling kecil mengesot lebih cepat dari pada ular lainnya.

Alvin berlari menjauh dari tempat tersebut sebelum pria itu memarahinya. Alvin masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya. Ia mengeram diri selama beberapa jam. Selang beberapa waktu, ada pengumuman bahwa semua ular milik pria tadi telah kabur sehingga membuat satu komplek merasa resah karena takut jika uular itu memasuki rumah mereka.

....

Alvin dan Aarav baru saja sampai di kantor. Di parkiran, mereka berdua melihat semua kaca mobil yang ada di sana dalam kondisi yang retak, bahkan sebagian juga ada yang sudah terbelah. Ini yang menjadi permasalahannya. Ada Evrita yang datang ke kantor. Namun, karena tak seperti biasanya para karyawan tidak mengizinkannya untuk masuk ke kantor membuat Evrita kesal dan menghancurkan jendela mobil yang terparkir di area parkiran.

Sudah Aarav duga saat ini, pasti yang mengganti rugi adalah Alvin sendiri. Evrita tidak mungkin mau mengganti rugi atas apa yang ia lakukan. Di tengah langkahnya, Evrita menghampiri dengan tampang wajah yang tidak berdosa. Beberapa satpam yang awalnya mengejar kini tiba-tiba berhenti ketika melihat Alvin di depan matanya.

Alvin masih setia memasang raut wajah yang datar. Biasanya, jika ada Evrita pasti Alvin akan menyumbangkan ekspresi di wajahnya walaupun hanya sedikit saja. Setidaknya ada raut wajah kesenangan di sana. Namun, kali ini tidak.

Surat Izin Mencintai (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang