Alvin mematikan sambungan teleponnya. Sekarang, pria itu sudah merasa lega. Jika sudah seperti ini biasanya mulut Alvin akan terdiam, tidak mengeluarkan sepatah kata sehingga membuat suasana menjadi lengang seketika. Setibanya di kantor, Alvin dan Aarav memasuki ruangannya masing-masing. Di antara keduanya pasti yang paling sibuk adalah Alvin. Alvin harus bolak-balik ke ruangan meeting dan menemui klien. Sedangkan Aarav? Dia hanya menemui beberapa klien saja. Itupun ada Alvin yang mendampinginya.
Selang beberapa jam kemudian Alvin menikmati jam istirahatnya dengan merebahkan tubuh di atas sofa. Alvin lebih memilih untuk rebahan santai dari pada menyantap makan siang. Lagi pula, perutnya tidak merasa lapar. Di masa istirahatnya benak Alvin dipenuhi oleh sang istri yang tengah mengandung. Alvin penasaran, kira-kira wanita itu kini sedang apa?
Tiba-tiba ide untuk mengajak Syifa jalan-jalan melintas di benak Alvin. Alvin tersenyum lebar. Ia benar-benar tak sabar menunggu jam pulang kantor. Namun, sepertinya hari ini ia tidak akan pulang malam. Alvin akan pulang ke rumah selepas salat magrib.
....
Sepasang suami istri tengah berjalan menyelusuri mall. Syifa sedikit kesal dengan para wanita yang memandangi wajah Alvin. Namun, ia hanya bisa mengulum rasa kesalnya. Dari gelagat Syifa, Alvin sudah bisa menebaknya jika wanita itu tengah emosi. Tanpa aba-aba Alvin merangkul bahunya dengan mata yang menatap tajam ke arah wanita-wanita yang memandanginya.
Alvin memasuki sebuah toko baju. Syifa memilih-milih baju gamis karena Alvin menyuruhnya. Wanita itu hanya memilih dua baju gamis dengan warna yang sama, yaitu hitam. Syifa menyerahkan dua baju yang ia pilih kepada Alvin.
"Hanya ini, Sayang?"
"Ya. Ini saja," sahut Syifa.
"Mengapa sedikit sekali?"
"Masih banyak bajuku di lemari."
Alvin menganggukkan kepalanya. Pria itu membayar pakaian tersebut. Lantas, mereka berdua melanjutkan langkahnya. Mereka melewati beberapa toko. Namun, langkah Syifa terhenti ketika ia melihat toko yang menjual perlengkapan bayi. Syifa mendongakkan wajahnya untuk menatap wajah Alvin. Alvin yang mengerti maksudnya sontak menganggukkan kepala dengan senyuman manisnya.
Ketika tengah asyik memilih pakaian untuk bayinya, tiba-tiba seorang wanita menghampiri Alvin. Kurang ajarnya lagi, dia menggandeng tangan Alvin dengan manjanya. Syifa sedikit membelakkan mata ketika Alvin tidak memberontak atas perlakuan wanita itu. Alvin yang baru menyadari bahwa Syifa memperhatikannya, ia langsung menghempaskan tangan seorang wanita jalang yang ada di sampingnya.
"Honey, aku merindukanmu," ungkap wanita itu. Siapa lagi jika bukan Evrita. Si jalang tak tahu malu.
Alvin tidak menghiraukannya sontak membuat Evrita kesal. Pandangannya tertuju pada seorang wanita bercadar. "Mengapa makhluk ini masih hidup, Honey? Bukankah kau sudah mencelakainya?"
Alvin terbelalak mendengar pertanyaan itu. Pria tersebut melayangkan tangannya dan mendarat keras di pipi milik Evrita. "Jaga ucapanmu itu!" bentaknya.
Evrita memegang pipi kirinya yang sudah ditampar oleh tangan kanan Alvin, Sedangkan Syifa celingak-celinguk ketika orang-orang yang ada di sana memusatkan pandangan ke arahnya. Syifa menarik pakaian Alvin di bagian lengan. "Sudahlah. Jangan hiraukan dia."
Alvin melirik ke wajah Syifa dan menganggukkan kepalanya. Pasutri itu melanjutkan aksinya yang tadi sempat terhenti. Mereka berdua meninggalkan Evrita yang tengah mematung di tempat. Benak Evrita bertanya-tanya, mengapa Syifa masih hidup? Dan, apakah sekarang ia tengah mengandung anak Alvin?
Evrita mengentakkan kakinya ke lantai. "Dahulu kala Syifa yang merebut Alvin dariku, tak lama kemudian kakaknya yang merebut Gardan dariku. Keluarga Syifa memang pembawa sial ...!" teriak Evrita seraya mengacak-acak rambutnya.
Tanpa Evrita sadari, sejak tadi ada pegawai toko yang mengawasinya dari belakang. "Satpam, mengapa orang gila ini bisa masuk?!"
Evrita celingak-celinguk mencari orang gila yang dimaksud oleh pegawai toko itu. Namun, tak lama kemudian justru ia yang digusur keluar toko oleh dua orang satpam kurang ajar. Evrita memberontak dan melontarkan sumpah serapah pada pegawai toko yang sudah beranggapan bahwa dirinya adalah orang gila.
"Akan kulaporkan kau kepada pacarku! Dia pemilik mall ini! Apa kau tahu itu, hah?!" teriak Evrita.
....
Jam menunjukkan pukul setengah enam pagi. Alvin kini tengah menaiki anak tangga dengan tangan yang membawa segelas susu untuk Syifa. Syifa menyukainya. Alvin membukakan pintu. Ia melihat istrinya yang tengah mengikat tali cadar di belakang kepalanya. Alvin menyodorkan gelas yang ia bawa. Syifa mendudukkan bokongnya di kursi dan meneguk susu tersebut hingga habis.
Syifa mengangkat bokongnya dari kursi dan melangkahkan kakinya. Namun, tiba-tiba Alvin bertanya, "Kau mau ke mana, Sayang?"
"Menyimpan gelas ini."
Alvin menggelengkan kepala dan menghampiri Syifa. Pria itu mengambil alih gelas kaca yang dipegang oleh istrinya. "Biar aku saja."
"Tidak. Kau mandi saja. Bukankah kau harus ke kantor?"
"Menyimpan gelas ini tidak memakan waktu banyak kok. Jadi, biar aku saja yang menyimpannya."
Syifa mengambil alih gelas tadi seraya berujar, "Mandilah! Biar aku yang menyimpan gelas ini."
Alvin hendak menyahut. Namun, wanita itu sudah lebih dahulu keluar dari kamar. Alvin tersenyum tipis. Syifa tidak manja seperti mantan kekasih Alvin. Ketika menuruni anak tangga, Syifa berpas-pasan dengan Sarah. Syifa benar-benar bingung mengapa tatapan mata dari Sarah selalu saja terlihat tajam. Awal-awal, Syifa tidak mengindahkan itu. Namun, sekian lamanya rasa penasaran Syifa pun bertimbun di lubuk hatinya.
Kali ini, Syifa tidak menghiraukannya. Wanita bercadar itu melanjutkan langkahnya menuju dapur. Ia mencuci gelas tersebut. Tak lama setelah itu, Syifa mendengar suara keributan di luar sana. Dari suara teriakan yang terdengar, sepertinya suara itu terdengar familiar di telinga Syifa. Dengan kening yang mengkerut, Syifa melangkahkan kakinya menuju ambang pintu rumah yang terbuka.
Matanya mendelik tajam ketika melihat seorang pria yang berusaha untuk menyerobot masuk ke dalam rumah. Syifa refleks bersembunyi di balik kursi yang lumayan besar ukurannya. Syifa takut jika pria itu menemuinya.
"Awas! Aku ingin menemui istriku!" bentak Selamet.
Bima menarik kerah baju milik pria tersebut. "Hei, bodoh! Nyonya Syifa adalah istri tuan Alvin. Dia bukan istrimu! Dia juga tengah mengandung anak Alvin!"
"Akan kugugurkan anaknya itu dalam sekejap mata!"
"Anak siapa yang akan kau gugurkan?!" tanya Alvin. Ia baru saja datang dengan mengenakan kemeja putih. Di pundak kanannya terdapat jas yang digantungkan.
Pria itu berjalan menghampiri Selamet dengan raut wajah murka. Marah? Tentu saja. Selamet sudah menyembunyikan Syifa selama berbulan-bulan dan pria itu juga sudah menyuruh Syifa untuk membenturkan perutnya sendiri otomatis itu akan berpengaruh buruk pada malaikat kecil di dalamnya, termasuk Syifa sendiri.
_____
To be continued
Username Instagram: faresyia_
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Izin Mencintai (END)
Romansa[Mau buat Fafa seneng gak? Follow sebelum membaca dan follow akun Instagram Fafa. Username: refafa0401] 🚫DILARANG PLAGIAT🚫 Alvino Daniel Sandjaya tidak pernah tahu senekat apa keputusannya ini. Dia menyuruh beberapa body guardnya untuk menculik se...