SIM 74

2.3K 174 16
                                    

Did You Know?

Di pojok kiri ada bintang, hehe.

Happy Reading ❤️

______

Di dalam sana, Alvin menghujani ciuman di wajah milik Syifa. Matanya berkaca-kaca melihat wajah Syifa yang memucat. Namun, di keadaannya yang masih kesakitan Syifa masih sanggup untuk menyunggingkan senyuman. Alvin merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Mulut Alvin dan Syifa merapalkan lafaz hamdalah tanpa suara. Dokter kini tengah membersihkan bayi tersebut.

"Kau hebat, Sayang," lirih Alvin.

Setelah membersihkan bayi yang baru lahir, dengan senyuman manisnya dokter itu menyerahkan malaikat kecil tersebut di dekapan Syifa. Tangisannya membuat mata Syifa berlinang air mata. Alvin tersenyum manis melihat bayi itu. Hidungnya sangat mirip dengan Syifa, sedangkan mulut dan hidungnya mirip dengan Alvin.

Ketika bayi itu masih berada di dada Syifa, justru Syifa memejamkan matanya sontak membuat mata Alvin membulat. "Syi--Syifa?!"

"Mohon tenang, Tuan," pinta salah satu dokter.

....

Di sebuah kamar inap terdapat satu keluarga yang tengah diselimuti oleh rasa bahagia sekaligus rasa duka. Bahagia karena malaikat kecil ini telah lahir dan merasa sedih karena Syifa dalam keadaan koma. Syifa tidak sadarkan diri selepas persalinan normal tadi. Dokter mengatakan bahwa Syifa koma. Bagi Alvin rasa bahagianya kini tertutupi oleh perasaan dukanya. Syifa terbaring lemah di atas brankar.

Di dalam kamar ini terdapat Aarav, Fatimah, Burhan, Husain, Anna, dan Gardan. Semuanya larut ke dalam kesedihan Alvin. Air mata Alvin terjatuh di hadapan banyak orang. Ini pertama kalinya Alvin tak memedulikan rasa malunya ketika air mata itu terjatuh. Malaikat kecil yang baru saja dilahirkan kini tengah tertidur dengan tenang. Hanya mesin EKG mengisi kesunyian di dalam ruangan ini.

Alvin memandangi seorang bayi yang tengah ada di pangkuannya. Lalu, matanya menatap wajah Syifa. "Bangunlah. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang."

Satu hal yang tidak Alvin ketahui. Syifa menangis di dalam komanya. Air matanya melintas di sudut mata membasahi kerudung yang menutupi auratnya.

"Pulanglah, Nak. Ada malaikat kecil yang membutuhkan kasih sayangmu."

Syifa menoleh ke arah sumber suara. Matanya menemukan seorang wanita. Wanita yang sangat dirindukan olehnya sejak lama. Wanita itu berjalan mendekat ke arah Syifa. Syifa ikut berjalan menghampirinya. Kakinya sudah melangkah cukup jauh. Namun, ia tak sampai juga untuk mendekat dengannya.

"I--ibu," lirih Syifa.

"Suamimu terluka melihat keadaanmu. Dia baru menyandang gelar sebagai ayah. Jangan menyuapinya kembali dengan luka."

Syifa menggelengkan kepala membuat wanita paruh baya itu menjauh. "Kembalilah! Jangan menorehkan luka di hati suamimu. Ibu tidak pernah mengajarimu untuk seperti itu."

Semua pasang mata yang ada di dalam kamar inap Syifa membulat kala mesin EKG berbunyi nyaring menunjukkan garis lurus. Alvin menggelengkan kepala dengan mata yang sembap. Anna nyaris terjatuh. Namun, bobot tubuhnya ditahan oleh Gardan.

Surat Izin Mencintai (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang