SIM 50

1K 156 1
                                    

Ayo, tekan vote! Gak lama kok.

Happy reading ❤️

______

Mata Alvin terpejam menikmati tangan kiri Syifa yang tengah membelai rambutnya. Sesekali Syifa menguap akibat masih merasa mengantuk. Syifa menahan rasa kantuknya sampai azan subuh berkumandang dengan indahnya. Walaupun jarak masjid cukup jauh. Namun, suaranya masih terdengar. Masjid terasa jauh karena jalanannya yang banyak belokan tajam.

Setelah melaksanakan salat subuh Alvin pergi keluar rumah, ia sempat mengajak Syifa. Namun, Syifa menolaknya dengan berdalih ia mengantuk, padahal ia masih merasa kesakitan di area sensitifnya. Ketika hendak menuruni anak tangga, Alvin berpas-pasan dengan Aarav yang baru saja pulang dari masjid. Aarav tersenyum jahil tanpa menyapanya. Alvin mengerutkan kening. Alvin dibuat kebingungan olehnya.

Alvin terdiam sejenak menghentikan langkahnya. Lalu, ia berlari ke dalam kamar. Pria itu duduk di tepi ranjang bersampingan dengan Syifa yang tengah rebahan. "Sayang, tadi Aarav seperti kerasukan hantu. Dia tersenyum aneh sekali."

Syifa "Hus, jaga ucapan-mu!"

Alvin tersenyum kikuk. Pria itu ikut merebahkan tubuhnya di samping Syifa dengan memejamkan matanya. Sulit rasanya menahan kantuk sampai pada akhirnya mereka berdua tertidur pulas.

....

Jam menunjukkan pukul setengah sepuluh. Syifa sudah bangun sedari tadi, sedangkan Alvin masih mendengkur di dalam tidurnya. Syifa sudah membereskan kamar, menyapu rumah, bahkan menyiram tanaman yang ada di taman belakang. Syifa berharap sesudah menyelesaikan tugasnya, Alvin sudah bangun. Namun, kenyataannya Alvin masih tertidur dengan posisi tangan yang terlentang.

Syifa menggelengkan kepalanya. Wanita itu duduk di tepi ranjang. "Alvin, bangun! Abi berkata bahwa hari ini kau harus pergi ke kantor."

"Alvin ...."

"Jika kau tidak bangun, aku akan menelepon abi," ancam Syifa.

Mendengar ancaman Syifa membuat mata Alvin terbelalak seketika dan mendudukkan tubuhnya tanpa aba-aba. Alvin menyimpan tangannya di sebelah jidatnya layaknya memberi hormat kepada seorang komandan. Alvin berjalan menuju kamar mandi, jika Alvin sadar bahwa dirinya sudah mandi tadi pagi, pasti ia tidak akan mandi kembali.

Syifa menatap punggung Alvin yang nyaris menghilangkan tertutup pintu kamar mandi. Wanita itu tiba-tiba teringat bahwa ia belum memberikan pakaian kepada Alvin. Syifa berlari menuju lemari dan mengambil kemeja berwarna putih, celana berwarna hitam, jas hitam, dan juga dasi berwarna hitam. Setelah itu, Syifa melangkah kakinya menuju kamar mandi dan mengetuk pintunya.

Tok! Tok! Tok!

"Iya, Sayang?" tanya Alvin yang ada di dalam sana.

"Ini bajumu, Alvin."

Ceklek!

Alvin menongolkan kepalanya dan menjulurkan tangan untuk mengambil baju yang dibawa oleh Syifa. Sedangkan mata Syifa memandang ke belakang. Alvin tersenyum jahil. "Kau ingin masuk?"

Syifa membelakkan matanya. Lalu, kepalanya bergeleng cepat. Wanita itu berlari keluar kamar setelah Alvin mengambil baju dari tangannya. Alvin terkekeh kecil melihat itu. Lalu, pria tersebut melanjutkan aktivitasnya. Selang beberapa menit kemudian setelah Alvin keluar dari kamar mandi, pria itu memakai sepatunya di dalam kamar. Setelah itu, pria berjas hitam tersebut mencari keberadaan istrinya yang tadi keluar dari kamar setelah ia menggodanya.

Alvin berteriak mencari Syifa dengan panggilan sayang sehingga membuat salah satu pembantu yang ada di dapur kepanasan bak dibakar api cemburu. Alvin melihat gelagat Sarah yang berbeda, pria itu tersenyum menyeringai ketika ide berlian melintas di benaknya secara tiba-tiba.

Alvin menghampiri Sarah. Sarah yang menyadari bahwa Alvin akan menghampirinya, ia langsung merubah ekspresi wajahnya. Alvin bertanya, "Apa kau melihat istriku?" Alvin menekan kata terakhirnya.

Bagai disambar petir di pagi hari. Sarah menggelengkan kepalanya dengan tatapan kosong dan hati yang hancur. Alvin tersenyum jahat secara diam-diam dan melengos pergi menjauh darinya. Secara samar-samar Alvin mendengar cengengesan sebagian para pembantu yang mengejek Sarah.

Sepertinya, mereka semua tahu bahwa Sarah sangat menaruh harap jika Alvin akan mencintainya. Oh ayolah, berpikir. Alvin akan jijik dengan wanita yang mencintainya terlebih dahulu sebelum Alvin mencintainya. Semua mantan kekasih Alvin, tidak ada seorang pun yang mengemis cinta kepadanya sebelum Alvin benar-benar menyatakan perasaannya.

Alvin menyukai tantangan. Namun, gelisah rasanya ketika Alvin berusaha untuk memikat hati Syifa yang sulit untuk digapai.

"Sayang?"

"Mengapa kau berteriak?" tanya Syifa yang tengah berdiri sedikit jauh di belakang Alvin.

Alvin membalikkan badannya 180 derajat. "Kau dari mana saja? Aku mencari-mu." Alvin menghampiri istrinya.

"Seharusnya kau sarapan, bukan mencariku."

"Aku ingin sarapan denganmu," ujar Alvin seraya menarik pergelangan tangan milik Syifa.

Pasutri itu duduk di meja makan dan makan bersama. Baru kali ini mereka telat sarapan. Setelah menghabiskan makanannya, Syifa membawakan tas laptop dan memberikannya kepada Alvin. Wanita itu mengantarkan sang suami sampai ambang pintu rumah sebelum beliau benar-benar pergi ke kantor.

"Hati-hati, Alvin," peringat Syifa setelah itu mencium punggung tangan milik suaminya.

Alvin menganggukkan kepalanya. "Sarah, kemari!"

Syifa mengerutkan kening. Benaknya bertanya-tanya, mengapa Alvin memanggil Sarah? Syifa menolehkan kepalanya ketika mendengar suara Sarah yang bertanya mengapa Alvin memanggilnya. Namun, tiba-tiba Alvin memegang kedua pipi milik Syifa yang ditutupi oleh kain. Lalu, Alvin menempelkan bibirnya ke jidat milik Syifa. Alvin melakukannya di depan mata Sarah.

Alvin melirik sekilas ke belakang, ia melihat wajah bersemu kemerahan milik wanita yang bekerja sebagai pembantunya. Tiba-tiba, wanita itu berlari menjauh darinya. Alvin tertawa mengejek melihat itu.

"Kau ini apa-apaan? Itu tidak lucu!" ketus Syifa.

"Andai kau melihat wajah badut Sarah yang semakin merah tadi, pasti kau tertawa juga." Alvin mengeraskan suara tawanya.

"Kau harus pandai menjaga ucapanmu, Alvin. Jika dia sakit hati, kata maaf dari mulutmu saja tidak bisa menyembuhkan hatinya," nasihat Syifa.

"Jika dia sakit hati dan tidak memaafkanku, akan kupecat saja dia."

"Alvin!" Syifa memelototi mata Alvin sontak membuat Alvin menutup mulutnya. "Maaf, Sayang."

"Aku pergi ke kantor. Jaga diri baik-baik, Sayang," sambung Alvin.

Syifa menganggukkan kepalanya. Alvin melangkahkan kaki menuju mobilnya.

Syifa memperhatikan Alvin yang sudah masuk ke dalam mobil. Setelah mobilnya keluar dari pagar, barulah Syifa masuk ke dalam rumah. Syifa melangkahkan kakinya menuju kamar. Namun, Syifa merasa bahwa Sarah menatapnya. Wanita itu menolehkan kepala menatap langsung ke mata Sarah yang tengah memandangnya dengan ekspresi wajah yang tak mengenakkan.

_____

To be continued
Username Instagram: faresyia_

Surat Izin Mencintai (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang