Tekan vote dulu, ya. Bantu share juga cerita ini supaya makin banyak yang baca.
.
.
.
.
Happy Reading ❤️Di sisi lain, Evrita tengah berdandan secantik mungkin sebelum ia bertemu dengan kekasihnya yang baru saja datang ke Indonesia. Pagi ini, rasa antusias tak pernah lepas dari dirinya. Penantiannya untuk bertemu dengan Gardan berlangsung selama tiga tahun lamanya, dan sekarang? Saatnya Evrita menerima imbalannya atas kesabarannya untuk menunggu selama itu.
Evrita memilih-milih baju yang paling bagus. Namun, ada tiga pilihan baju yang membuatnya ingin memakai ketiga-tiganya. Evrita sangat kebingungan dan merasa tergesa-gesa. Padahal, pertemuannya itu nanti siang. Namun, di pukul tujuh pagi ini ia sudah repot hanya karena baju.
Evrita melihat penampilan dirinya di pantulan cermin. "Warna hitam bagus, tetapi terlalu formal."
....
Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. Siang ini, matahari benar-benar membuat cuaca sangat panas sehingga membuat beberapa orang merasa malas untuk pergi ke luar. Namun, beda halnya dengan seorang wanita yang tengah menunggu kabar dari sang kekasih yang akan menjemputnya sekarang.
Ponselnya bergetar tanda ada yang mengirimkan pesan. Ternyata, Gardan sudah ada di bawah. Evrita cepat-cepat turun menggunakan lift. Wanita itu sudah berpenampilan sangat amat cantik menggunakan dress putih tanpa lengan dengan panjang di bawah lutut.
Mata Evrita berbinar-binar ketika pintu lift mulai terbuka dan memperlihatkan seorang pria yang tengah berdiri dengan tegap. Melihat wajah pria itu membuat Evrita ingin menangis bahagia. Evrita berlari dan merentangkan kedua tangannya agar Gardan bersiap sedia untuk memeluknya.
Ketika Evrita hendak mendekap tubuhnya, tiba-tiba Gardan menjauh dan menghentikan aksinya. "Kita bukan mahram."
"What?!" seru Evrita dengan mata yang terbelalak.
Evrita mendekat. Namun, Gardan justru memundurkan langkahnya seolah-olah ingin memberi jarak. Jarak mereka cukup jauh jika dipakai untuk berbicara. Sungguh aneh pria yang ada di dunia ini, pikir Evrita demikian.
"Aku mempunyai undangan untukmu. Jangan lupa datang." Gardan mendekat dan menyerahkan sebuah undangan. Bukan undangan ulang tahun. Namun, undangan pernikahan. Dengan hati yang ragu, tangan Evrita mengambil alih undangan pernikahan itu. Bibirnya bergetar ketika membaca nama calon pengantin itu.
"Maafkan aku. Aku menjalin hubungan denganmu bukan karena aku benar-benar mencintaimu. Aku hanya ingin bermain-main saja menikmati masa muda, tetapi jika soal mencari istri ... aku lebih tertarik pada wanita salihah. Aku juga ingin memberikan seorang ibu yang tepat untuk anak-anakku kelak dan tentunya ibu yang tepat untuk mereka bukan dirimu. Sampai berjumpa di pesta pernikahanku. Mulai sekarang, kita putus, Honey," sambung Gardan.
Air mata mulai menggenangi bola mata milik Evrita. Cinta yang dahulu dipungut oleh pria itu kini terbuang kembali kian nahasnya. Pria tersebut mulai melambaikan tangan dan pergi menjauh dari Evrita. Evrita terjatuh ke lantai dengan air mata yang terjatuh membasahi pipi kirinya.
Setahu Evrita, Gardan bukan pria pemeluk agama Islam. Namun, beberapa tahun yang lalu, pria itu sempat bertanya-tanya tentang agama Islam. Evrita berpikir bahwa pria tersebut hanya sekadar ingin tahu tentang agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa salam yang berpedoman pada kitab suci Al-Qur'an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Izin Mencintai (END)
Romance[Mau buat Fafa seneng gak? Follow sebelum membaca dan follow akun Instagram Fafa. Username: refafa0401] 🚫DILARANG PLAGIAT🚫 Alvino Daniel Sandjaya tidak pernah tahu senekat apa keputusannya ini. Dia menyuruh beberapa body guardnya untuk menculik se...