SIM 70

968 137 1
                                    

Gak kerasa, ya, udah part 70 aja. Makasih yang udah baca cerita SIM dari awal sampe sejauh ini❤️

_______

Alvin terdiam sejenak. "Eum, sepertinya ada."

Alvin berbalik ke belakang dan mencari celana yang berwarna hitam. Setelah menemukannya, Alvin memberikan celana tersebut pada istrinya. Syifa melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Dua puluh menit kemudian, pasutri itu telah mengganti bajunya. Mereka berdua kini tengah rebahan di atas ranjang sembari melontarkan beberapa obrolan kecil yang romantis.

Detik demi detik dilalui dengan perasaan hati yang bahagia bagi Alvin. Bagaimana tidak bahagia? Kekasih halalnya kini sudah kembali. Niat, doa, dan usaha menjadi saksi bisu atas keberhasilan manis yang Alvin raih saat ini. Rasa sakit di hati yang dahulu ia rasakan kini telah terobati. Keluh kesah yang selalu keluar dari bibir Alvin kini kian memudar.

"Apa aku boleh meminta sesuatu?" tanya Syifa.

"Apapun untukmu aku akan selalu mengiyakannya, Sayang."

"Aku ... aku ingin es krim."

Alvin tersenyum manis seraya menganggukkan kepalanya. "Kau tunggu di sini. Aku akan keluar rumah untuk mencarikan es krim untukmu."

"Maaf merepotkan."

"Tidak merepotkan sama sekali, Sayang," sahut Alvin seraya membangkitkan tubuhnya dari ranjang.

Alvin meraih jaketnya dan menghampiri Syifa. "Tunggu di sini. Kau jangan ke mana-mana."

"Aku ingin ikut," pinta Syifa.

"Ini sudah malam, Sayang. Kau diam di sini saja."

Syifa menatap wajah Alvin dengan matanya yang berkaca-kaca. Alvin sedikit mendelik ketika mata wanitanya hendak mengeluarkan bulir bening. Tidak akan Alvin biarkan air mata itu sampai terjatuh membasahi pipi. "A--ayok bersiap-siap jika kau ingin ikut."

Syifa menyunggingkan senyumannya yang lebar. Wanita itu meraih rok berwarna hitam, kerudung segitiga panjang, dan juga cadarnya. Setelah memakai itu semua, Syifa keluar dari kamar dengan Alvin. Di dalam rumah sudah sunyi karena ini sudah masuk jam istirahat para pembantu di dapur. Pasutri itu keluar dari rumah melewati para body guard.

"Apa mereka tidak tidur?"

"Mereka hanya bekerja dua belas jam. Jam enam pagi mereka sudah boleh beristirahat," sahut Alvin.

Syifa menganggukkan kepala. Pasutri itu berjalan menuju garasi dan melajukan mobil tersebut. Di sepanjang perjalanan Syifa hanya memandangi jalanan kota yang ramai. Tangan kiri Alvin senantiasa menggenggam tangan kanan milik wanitanya. Setelah sampai di supermarket, Alvin memasukkan dua puluh es krim sekaligus ke dalam keranjang sontak membuat mata Syifa terbelalak. Alvin masih melanjutkan aksinya dengan mengambil es krim berbagai varian rasa.

"Hei, aku hanya menginginkan satu."

"Tidak apa. Semua ini untukmu," sahut Alvin.

"Jika tidak habis? Mubazir."

Alvin menggaruk tengkuknya dengan bibir yang tersenyum kikuk. Alvin menaruh kembali beberapa es krim. Pria itu hanya meninggalkan lima es krim di keranjang. Alvin menyelusuri beberapa tempat makanan. Pandangan mata pria itu tertuju pada sebuah kotak susu untuk ibu hamil. Alvin meraihnya sontak membuat Syifa mengerutkan kening.

Surat Izin Mencintai (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang