SIM 34

1.2K 181 2
                                    

Hai, Cantik. Kalau suka sama ceritanya, minta vote-nya, ya. Tekan bintang yang ada di bawah. Gak lama kok.
.
.
.
.
Happy Reading ❤️

~"Kau seperti anak kecil. Aku mencintai anak kecil."~

______

Cukup lama Syifa menatap mata milik Alvin. Alvin menganggukkan kepalanya guna meyakinkan hati Syifa. Syifa berusaha untuk tidak berprasangka buruk. Wanita itu mau tidak mau menganggukkan kepalanya. Akan Syifa beri pelajaran pria ini untuk membaca buku iqra dengannya.

"Ayok masuk ke kamar, kita---"

Mata Alvin terbinar-binar. "Buat an---"

"Belajar baca Al-Quran, Alvin," tukas Syifa seolah-olah tahu dengan arah pembicaraan sang suami.

Alvin mengubah ekspresi wajahnya menjadi lesu dengan bahu yang merosot. Beberapa detik kemudian, ia menganggukkan kepalanya. Syifa menyunggingkan senyuman manis dan menarik tangan Alvin untuk masuk ke dalam kamar. Alvin tersenyum lebar ketika tangannya dicekal oleh wanitanya. Senang? Tidak usah ditanya!

Syifa mengambil buku iqra satu sontak membuat Alvin mengernyitkan dahi. Pasalnya, Alvin sudah tamat di iqra satu walaupun ia melompat sepuluh halaman di akhir. Syifa menaruh buku iqra tersebut di atas kasur. Wanita itu naik ke atas kasur, begitu pula dengan Alvin. Mereka berdua duduk dengan posisi berhadapan.

"Aku ingin, kau memulainya di iqra satu," ujar Syifa seraya membuka buku tersebut.

Alvin sedari tadi menatap mata indah milik Syifa. Manik matanya yang lebar dengan warna hitam pekat membuat Alvin ragu untuk mengalihkan pandangannya. Kini, pandangan keduanya bertemu satu sama lain, Alvin menyunggingkan senyuman jahilnya sehingga membuat Syifa mengernyitkan dahi.

Syifa melambaikan tangan tepat di wajah Alvin. Namun, mata Alvin tidak berkedip sama sekali. "Hei, ayo baca!"

"Jika yang mengajar wanita cantik seperti dirimu, aku menjadi semangat," puji Alvin.

"Sudahi gombalanmu itu, ayo baca!"

"Baiklah. Sabar, Sayang."

Alvin merapalkan basmalah. Lalu, Syifa mengarahkan telunjuknya pada salah satu huruf Hijaiyah yang pertama. Alvin menjawabnya dengan tepat karena huruf tersebut adalah huruf yang mudah diingat oleh otak karena bentuknya yang menggaris ke bawah.

Syifa menunjuk huruf yang lainnya. Alvin sering kali keliru dengan bentuk-bentuknya yang nyaris mirip. Alvin juga tidak bisa fokus. Wajah Syifa selalu menarik perhatiannya, apa lagi jika jaraknya dekat seperti ini.

Di kala ia memfokuskan diri, Alvin justru merasa bahwa kantuknya menyerang. merebahkan tubuhnya di atas ranjang

"Tidak baik membaca sembari tiduran. Bangunlah, Alvin!" titah Syifa.

Alvin menganggukkan kepalanya. Seharusnya, yang mengantuk di sini adalah Syifa. Dari malam, Syifa tidak tenang karena takut jika Alvin akan berbuat macam-macam. Lebih-lebih lagi, Alvin terus memeluknya dengan erat. Sekali Syifa bergerak, Alvin langsung membuka matanya.

Membaca iqra sebanyak dua halaman memakan waktu setengah jam untuk Alvin karena Syifa menuntutnya agar bisa menghafalkan setiap hurufnya. Alvin sekarang kelelahan. Syifa meletakkan kembali buku iqra tersebut ke dalam laci. Lalu, wanita itu mendudukkan tubuhnya di atas ranjang. Punggungnya ia sadarkan di sandaran kasur dengan kaki yang diluruskan.

Surat Izin Mencintai (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang