Jangan lupa vote, ya. Oh iya, mulai sekarang aku up dua hari sekali karena sekarang udah mulai PTS. Lusa aku up lagi. Happy reading ❤️
_____
Syifa menyunggingkan senyuman di balik cadarnya dan memberikan celak tersebut kepada Alvin. Lalu, wanita itu pergi ke luar kamar. Alvin berjalan beriringan dengan Syifa. Wanita itu berjalan menuju taman belakang sehingga membuat Alvin tersenyum lebar.
Pasutri itu duduk di sebuah ayunan. Hari ini, cuaca tengah mendung sehingga membuat angin-angin berseliweran dengan sejuknya. Syifa sengaja membawa Alvin ke mari untuk membahas sesuatu.
"Alvin, kau tahu, bukan, bahwa aku mempunyai seorang kakak laki-laki?"
Alvin termenung. "Ya. Aku tahu."
"Bagaimana caraku untuk berterus terang tentang pernikahan ini?"
Alvin terdiam cukup lama sehingga membuat Syifa menolehkan kepala ke wajah Alvin. Alvin menatap mata Syifa. "Aku akan menyuruhnya ke mari dan aku akan menceritakan semuanya."
"Dia ada di luar kota," ujar Syifa.
"Tidak. Dia kerja di kantorku, Sayang."
Syifa mengerutkan keningnya, sedangkan Alvin masih takut jika mimpinya menjadi kenyataan. Namun, Alvin ingin mencoba untuk memperbaiki kesalahannya tanpa mengandalkan orang lain. Alvin merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel pintar miliknya. Lalu, ia menekan sebuah nomor yang disimpan dengan nama Husain.
Untung saja, dengan cepat Husain mengangkat panggilan telepon Alvin. Alvin menyuruh Husain datang ke mari. Tak lupa, ia memberikan alamat lengkap rumahnya. Setelah itu, Alvin memasukkan kembali ponselnya dan ia menyandarkan punggungnya di sandaran ayunan dengan mata yang terpejam.
"Jangan tidur, Alvin."
"Aku masih mengantuk," sahutnya seraya meletakkan kepalanya di bahu milik Syifa.
"Ya sudah, kau tidur di sini aku pergi ke depan pagar."
"Jangan! Aku tidak akan tidur."
Syifa tersenyum di balik cadarnya. Wanita itu tidak percaya bahwa Alvin bisa menjadi pria penurut juga walaupun harus diancam terlebih dahulu. Alvin memerhatikan mata Syifa yang sedikit menyipit. Syifa juga menatapnya. Pandangan mereka benar-benar menyatu cukup lama.
"Kau tersenyum? Ck, sayangnya aku tidak bisa melihatnya!" ketus Alvin.
Selang empat puluh lima menit kemudian, seorang pria berusia dua puluh sembilan tahun memakai kemeja putih, dasi hitam, dan celana hitam. Itu adalah seragam kerjanya. Alvin menyambut hangat pria tersebut, sedangkan Syifa menunggunya di ruang tamu. Jantung Syifa berdegup kencang karena takut jika Husain akan memarahinya.
Alvin mengajak Husain untuk masuk ke dalam rumahnya. Bima membukakan pintu dengan lebar sehingga langsung menampakkan Syifa yang tengah duduk di kursi yang letaknya ada di ruang tamu. Sialan sekali Bima ini, seharusnya dia membuka pintunya tidak terlalu lebar agar Husain tak langsung terkejut ketika melihat kehadiran sang adik, pikir Alvin demikian.
Husain membelakkan matanya. Husain tahu betul bagaimana mata ciri khas Syifa. Syifa mengangkat bokongnya dari sofa. Husain menghampirinya dengan langkah yang gontai. Namun, ketika sudah ada di hadapan Syifa, pria itu memeluk tubuh wanita tersebut dengan erat melepaskan kerinduannya. Alvin memutar bola matanya malas ketika melihat itu. Entah mengapa Alvin merasa cemburu walaupun Husain adalah kakak Syifa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Izin Mencintai (END)
Romance[Mau buat Fafa seneng gak? Follow sebelum membaca dan follow akun Instagram Fafa. Username: refafa0401] 🚫DILARANG PLAGIAT🚫 Alvino Daniel Sandjaya tidak pernah tahu senekat apa keputusannya ini. Dia menyuruh beberapa body guardnya untuk menculik se...