SIM 35

1.2K 178 8
                                    

Kalau udah baca, jangan lupa kasih vote, ya. Makasih.
.
.
.
.
Happy Reading ❤️

~Jangan memakai itu~

"Akan aku usahakan untuk itu," sahut Syifa.

Ceklek!

"Honey, aku ingin meminta uang sepuluh ju ...." Wanita yang baru saja masuk ke dalam kamar, menatap tak percaya ke depan.

Alvin dan Syifa membelakkan mata ketika melihat Evrita yang masuk begitu saja ke dalam kamar. Evrita lebih membelakkan matanya lagi ketika melihat kepala Alvin dipangku oleh Syifa. Apa lagi, saat ini Syifa tengah memainkan rambut Alvin. Syifa mengetuk pelan kepala milik Alvin sebagai kode agar suaminya menjauh dari paha miliknya.

Namun, Alvin hanya diam saja sembari mengubah posisinya agar semakin intim dengan Syifa, supaya hati Evrita merasa panas. Upaya untuk membuat mantan kekasih cemburu adalah tanda belum move on darinya. Ya, mungkin saja Alvin memang belum bisa melupakannya dalam waktu yang singkat ini.

"Honey, mengapa kau sangat dekat dengan jalang syar'i ini?!" Evrita memasang raut wajah marah.

"Jalang kok teriak jalang," sindir Alvin.

"Maksudmu?"

"Keluar dari sini sebelum aku menelepon Bima untuk mengusirmu!"

"Tid---"

Brak!

Tiba-tiba, Bima masuk ke dalam kamar Alvin sembari memukul keras pintu kamar. Pria berbadan kekar itu ternyata sudah mengejar Evrita dari lantai bawah. Bima mencekal kedua tangan Evrita dari belakang sehingga membuat Evrita tidak bisa berbuat apa-apa selain memberontak dan sesekali berusaha untuk menendang ke belakang. Bima menarik wanita itu secara paksa.

"Lepaskan! Kau kurang ajar sekali!"

"Bima, perkosa saja dia bila perlu!" teriak Alvin diiringi dengan tawa kecilnya. Bima membawa keluar wanita tak tahu diri itu.

Syifa mendelik tajam dan memukul jidat Alvin dengan pelan. "Hei!"

Alvin mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping menghadap ke perut Syifa dan memeluknya. "Aku membencinya, Sayang."

"Kau boleh merasa kecewa padanya. Namun, kau tidak boleh sampai membencinya," nasihat Syifa.

Tanpa Syifa sadari, ia tidak menolak atas posisi Alvin yang tengah memeluknya. Memainkan rambut Alvin menjadi candu baginya. Alvin memejamkan mata. Tak lama kemudian, dengkuran halus mulai terdengar ke telinga milik istrinya. Syifa pun mengantuk, ia menyandarkan kepalanya di sandaran kasur dengan mata yang terpejam.

Tak lama setelah itu, Syifa benar-benar tertidur dengan posisi yang sama, masih memangku kepala Alvin.
....

Seorang pria mengerjapkan-ngerjapkan matanya. Alvin menatap Syifa dari posisi tidurnya. Pria itu melihat Syifa yang tengah tertidur dengan kepala yang menyamping dan nyaris terjatuh.

Perlahan-lahan, Alvin bangun dari posisi tidurnya. Lalu, ia menggendong Syifa ala bridal style dan merebahkannya di kasur. Alvin mengunci pintu kamar. Setelah itu, barulah Alvin membuka ikat cadar milik Syifa dan menyalakan AC agar Syifa tidak kegerahan karena wanitanya masih mengenakan gamis panjang di tidurnya.

Alvin merebahkan tubuh ke kiri, di samping wanitanya dan memeluknya dengan erat. Pria tersebut memejamkan matanya dengan tangan yang mengelus lembut pipi milik Syifa dengan hati yang bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan mengizinkannya untuk bertemu dengan wanita seperti Syifa. Hatinya sangat terjaga, tutur katanya sangat lembut, walaupun Alvin masih menaruh dua wanita dalam satu hati. Namun, satu wanita lagi yang ada di hati Alvin, tak Alvin hiraukan.

Tangan kanan Alvin memegang pipi sebelah kiri milik Syifa. Perlahan, Alvin mendekatkan wajahnya dan ....

Cup

Bibirnya mendarat di pipi kanan milik Syifa. Jika Syifa mengetahuinya, pasti wanita itu akan terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Alvin. Pria tersebut tersenyum manis seolah-olah tak ingin mengalihkan pandangannya dari wajah cantik Syifa.

Alvin teringat dengan apa yang dikatakan oleh Aarav. Aarav benar, dirinya beruntung karena hanya ia yang bisa memandangi wajah cantik Syifa. Sedangkan pria lain tidak. Beda halnya dengan Evrita yang kecantikannya bisa dinikmati oleh banyak para pria, bahkan juga tubuhnya bisa dinikmati oleh sembarang orang.

'Tuhan itu baik. Dia mengizinkanku untuk menjadi suamimu walaupun aku melakukannya dengan cara yang salah,' batin Alvin.

Alvin memejamkan matanya dengan posisi yang masih memeluk Syifa dari samping. Rasa kantuk kini mulai menyerangnya sehingga mudah bagi Alvin untuk masuk ke dalam alam mimpinya. Tanpa mereka berdua sadari, Evrita masih mengamuk di lantai bawah dengan para body guard.

....

"Alvin, bangun, Alvin!" titah Syifa dengan posisi yang sama dengan sebelumnya. Namun, entah mengapa hijabnya kini terbuka. Bahkan, hijab milik Syifa tidak ada di dekatnya.

"Alvin, lepaskan!"

Alvin mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher milik Syifa yang ditutupi oleh hijab. Syifa mencoba untuk melepaskan pelukan Alvin. Namun, Alvin terlalu erat memeluknya. Alvin sepertinya sengaja. Pasalnya, pria itu nampaknya sudah terbangun. Namun, berpura-pura masih tidur. Bibirnya saja tersenyum seperti itu.

Tak ada cara lain, Syifa menggelitik perut Alvin sehingga membuat pria itu tertawa kegelian dan mulai menjauh dari tubuhnya. Syifa segera bangun dari posisi tidurnya tanpa menghentikan aksinya yang tengah menggelitiki perut Alvin.

"Kau ... hahaha. Kau nakal sekali, Sayang. Hahaha." Alvin tertawa terbahak-bahak dan berusaha untuk menjauhkan tangan Syifa darinya.

"Ayo, bangun!" ajak Syifa menghentikan aksinya.

Alvin mengatur napasnya yang cukup berantakan. Pria itu bangun dari posisi tidurnya. Sedangkan Syifa mencari hijabnya sebelum ia menanyakannya pada Alvin. Wanita itu mencari hijabnya di bawah kasur, tidak ada. Di bawah bantal juga tidak ada. Dengan sisa kesadarannya, Syifa masih ingat bahwa tadi ia tertidur masih mengenakan hijab.

Syifa pergi ke lemari. Namun, Alvin menguntitnya dari belakang. "Berhenti mengikutiku, Alvin."

Syifa membalikkan badannya membelakangi Alvin untuk mencari hijabnya di lemari. Namun, tiba-tiba pria itu memeluknya dari belakang. "Aku tidak ingin jauh-jauh darimu, Sayang."

"Alvin, di mana hijab milikku?"

"Kau sedang di kamar, jadi tidak perlu memakai hijab," sahut Alvin tanpa melepaskan pelukannya.

"Aku ingin ke luar."

"Hijab-mu ada di laci nakas, Sayang."

Syifa melepaskan pelukan Alvin sontak membuat pria tersebut memanyunkan bibirnya. Syifa pergi ke laci meja nakas dan mengambil hijab miliknya. Setelah memakai hijab dan cadar, Syifa mengambil eyeliner miliknya dan pergi menatap dirinya dari pantulan cermin.

"Jangan memakai itu, Sayang. Jika memakainya, kau akan semakin dilirik oleh para body guardku di sini. Aku tidak ingin jika ada pria yang memandangimu dengan perasaan senang," tutur Alvin.

_____

To be continued
Username Instagram: faresyia_

Surat Izin Mencintai (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang