SIM 46

975 148 2
                                    

Follow dulu akun Fafa. Bantu share cerita ini supaya yang baca makin banyak.
Liat juga ke bawah. Ada bintang, kan? Lalu, klik. Makasih❤️
.
.
.
Happy Reading

Pria yang tadinya berdiri di samping pintu mobil kini menghampiri wanita yang ada di samping pintu mobil sebelahnya. Wanita itu bercadar, sama seperti Syifa. Pria tersebut merangkul bahu milik wanita tadi dengan mesra. Setahu Alvin, wanita seperti itu tidak akan mau jika dirangkul seperti itu oleh pria, seperti Syifa kala itu. Namun, wanita tersebut nampaknya menerima saja perlakuan dari pria itu.

"Syifa!" panggil wanita itu dengan nada suara yang antusias.

Suara yang familiar terdengar oleh telinga sehat milik Syifa. Syifa melepaskan telapak tangan Alvin yang menempel pada kelopak matanya. Syifa melihat wanita yang jauh ada di depannya. Alvin melihat sudut arah pandang Syifa. Syifa melihat seorang wanita yang tengah melambaikan tangan kepadanya.

Syifa berlari menghampirinya dan memeluk wanita tersebut. Alvin ikut berlari karena jarak antara Syifa dan pria tadi cukup berdekatan. Dengan wajah yang datar Alvin sedikit memundurkan tubuh seorang pria yang tinggi badannya sepantaran dengannya. Syifa dan wanita itu berpelukan cukup lama sehingga membuat Alvin dan pria itu harus menunggu.

"Hm!" Pria tadi berdeham cukup keras sehingga membuat wanita itu melepaskan pelukannya.

"Kak, kau sudah pulang?" tanya Syifa.

Alvin membelakkan matanya. Sejak kapan Syifa mempunyai seorang kakak perempuan? Di dalam data yang ia dapat kala itu, Syifa hanya memiliki satu saudara saja, yaitu Husain. Apa Aarav tidak becus mencari data-data pribadi milik Syifa?

"Aku baru-baru ini pulang dari Palembang. Perkenalkan, dia suamiku, Gardan. Kala itu aku ingin mengundangmu di acara pernikahan. Namun, ketika aku datang ke rumah, rumah itu kosong dan banyak tetangga yang mengatakan bahwa kau sudah pindah."

Sekilas Syifa melontarkan senyuman pada Gardan untuk pengganti sapa. Gardan membalas senyuman Syifa sontak membuat Alvin cemburu. Alvin menatap pria itu dengan tatapan tajam dari sudut matanya.

"Aku mendapatkan alamat ini dari Husain," sambung wanita itu.

Wanita itu bernama Rosheina Moanna. Biasanya ia dipanggil Anna. Dia adalah istri Gardan. Gardan mantan kekasih Evrita. Beliau menuntut ilmu agama tanpa bimbingan orang tuanya. Namun, ia dibimbing oleh Syifa, adiknya sendiri. Jarak umur antara Syifa dan Anna hanyalah bertaut tiga tahun.

Di usia Syifa yang kedua tahun, sang ayahanda berpoligami. Namun, ia melakukan poligami hanya karena nafsu semata, tetapi walaupun begitu, Syifa, Husain, dan Anna tidak pernah membenci satu sama lain hanya karena tingkah laku orang tuanya. Ibunda Anna meninggal dunia ketika ia berusia dua belas tahun. Oleh karena itu, sejak usia dua belas tahun Anna tinggal satu atap bersama istri pertama dari ayahnya. Tidak ada pilih kasih di sana walaupun ekonomi mereka bisa dibilang selalu kritis.

Di usia Anna yang ke dua puluh dua tahun, ia diterima kerja di salah satu restoran walaupun tugasnya hanya di bagian dapur. Pemilik restoran di sana tidak memasalahkan tentang cadar yang dikenakan oleh Anna. Pemilik restoran itu adalah suaminya sendiri. Namun, kala itu tentu saja Gardan belum menjadi suaminya.

Seiring berjalannya waktu Gardan mulai tertarik dengan Anna. Gardan adalah tipe pria yang suka menggoda wanita. Namun, entah mengapa jika dengan Anna, ia merasa bahwa dirinya sangatlah bejat jika ia sampai nekat menggodanya. Gardan pernah bertanya mengapa dia memakai cadar, dan Anna melontarkan jawaban sederhana yang mampu mengetuk hatinya. Sejak saat itu, Gardan mulai penasaran dengan agama Islam. Namun, beberapa bulan setelah itu Gardan pergi meninggalkan Anna tiga tahun lamanya dan kembali dengan memberikan sebuah kejutan terindah di dalam hidupnya.

Alvin mengajak Anna dan Gardan untuk masuk ke dalam. Tak lama lagi azan magrib akan berkumandang. Syifa dan Anna menyuruh suaminya masing-masing untuk pergi ke masjid. Mereka berdua menolak karena belum terlalu akrab. Bayangkan saja, dua pria dingin disatukan. Suara deru napas saja mungkin akan terdengar saking sepinya.

Alvin dan Gardan sebenarnya sama, sama-sama belum sempurna dalam agamanya. Namun, bedanya, Gardan selalu bersemangat untuk belajar mengaji karena dirinya sadar bahwa saat ini dirinya adalah seorang muslim. Sedangkan Alvin, dia hanya semangat ketika yang mengajarinya adalah Syifa.

Alvin dan Gardan terpaksa mengikuti perintah kedua wanita tersebut.

Kedua pria itu kini memakai jubah panjang. Alvin dan Gardan mengambil air wudu kemudian menghampiri kedua wanita itu yang ada di musala. Untung saja jubah yang Anna beli tempo hari masih ada di dalam mobil. Jadi, Gardan bisa memakainya. Syifa memberikan dua songkok kepada Alvin dan Gardan.

"Ingat, jalan kaki!" peringat Syifa.

"Ya."

Alvin dan Gardan berjalan menuju luar rumah dengan jarak yang berjauhan. Keduanya sama-sama irit bicara, seperti inilah jadinya. Syifa dan Anna beranjak pergi ke kamar mandi yang letaknya tak jauh dari Musala. Namun, mereka berdua harus mengantre karena ada para pembantu di sana yang juga akan mengambil air wudu.

Para pembantu sudah mempersilahkan mereka berdua untuk berwudu lebih dahulu. Namun, Syifa dan Anna tidak ingin menyerobot para pembantu yang sudah menunggu lama. Sembari menunggu, Syifa dan Anna duduk di kursi panjang. 

"Aku baru tahu jika kau sudah menikah, itu pun aku tahu dari Husain. Aku terkejut, apa kau tahu?"

Syifa terkekeh kecil. "Jika aku menceritakan awal mula aku bertemu dengan Alvin, pasti kau akan lebih terkejut lagi, Kak."

"Ceritakan, lah!" pinta Anna.

Syifa tersenyum simpul. "Lain kali saja."

Anna terdiam sejenak. Lalu, iamenganggukkan kepalanya. Ia tipe orang yang tidak bisa memaksa seseorang untuk menjelaskan sesuatu hanya karena rasa penasarannya. Mungkin saja di balik kata tidaknya ada sesuatu yang tidak boleh diketahui oleh orang lain. Oleh karena itu Anna bisa lebih mengerti.

'Astagfirullah! Aku lupa bahwa Alvin masih sakit,' batin Syifa.

Syifa merasa bersalah. Ia benar-benar lupa bahwa Alvin masih merasa kesakitan di punggungnya.

Kedua wanita itu bernasib sama. Hanya saja, Anna sedikit lebih beruntung dari pada Syifa. Anna menikah karena persetujuan dari dirinya dan juga Gardan, sedangkan Syifa? Pernikahannya hanya mendapat persetujuan dari pihak Alvin saja. Bahkan kuping Syifa diharuskan untuk mendengarkan celotehan bodoh yang dilontarkan oleh mulut Alvin kala itu.

Di sisi lain, dua orang pria tengah berjalan beriringan dengan posisi yang sangat menempel. Awalnya berjauhan, mereka berdua kini mengikis jarak karena melewati sebuah pohon besar. Rumah-rumah di sekitar sini sudah tidak ada penghuninya, alias kosong. Hanya suara jangkrik mengisi keheningan.

Gardan celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri. "Kau mendengar itu?"

Alvin segara melompat ke punggung milik Gardan. "Ayok lari!"

______

To be continued
Username Instagram: faresyia_

Mulai besok aku up-nya malem, ya.

Surat Izin Mencintai (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang