Lanjut lagi niiihh...
Selamat Membaca
Kasih bintang yaaaa..
Luv 💙
Sejak hari itu, Dika tak sanggup untuk menghubungi Hana. Berkali kali ia mengetikkan sesuatu di aplikasi pesan, tapi tidak ada satupun kalimat yang sesuai. Ia takut, dirinya malah semakin menyakiti Hana.
Dika membuang sembarangan ponselnya diatas tempat tidur, setelah tak ada yang bisa ia bisa katakan pada Hana melalui pesan.
Sepulang kerja ia langsung mengurung diri dikamar. Tak sanggup melihat kesibukan mama dan Dewi kakak iparnya yang tengah sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang tinggal tujuh hari lagi.
Hatinya sesak bukan main.
Bagaimana keadaan Hana? Apakah ia sudah makan? Jika sedang sedih Hana akan melupakan waktu makannya. Apakah ia tidak masuk kerja?.
Pagi sekali ia memarkirkan mobilnya didepan kantor Hana, tapi tiga hari ini ia tak melihat Hana masuk, begitu pula dengan jam pulang kerja. Ia tak melihat Hana.
Ia sangat frustasi. Sungguh ia tak bermaksud mendesak Hana untuk mengatakan pembatalan pernikahan mereka, ia hanya ingin tau kabar gadisnya.
Dika tertawa 'gadisnya?', Hana bukan lagi miliknya. Tanpa sadar ia mengeraskan rahangnya. Terlalu biasa dengan kehadiran Hana, semua kebiasaannya belum bisa ia hilangkan. Seperti tadi pagi ia langsung membeli dua porsi pecel ayam yang mangkal didepan kantornya setiap hari senin, dan baru sadar ketika ia menerima bungkusan dan senyum dari ibu penjual pecel sambil berkata
"Seperti biasa ya Mas, yang satu bumbu kacangnya saya banyakin buat Mba nya....".
Dika tertegun ketika mendengar itu. Dan hanya dengan senyum tipis ia mengangguk dan menggumamkan terimakasih. Dan diruang kerjanya ia makan jatah Hana, yang berlimpah kuah kacang dengan tangan gemetar. Susah payah ia menelan nasi pecel itu, tercekat menahan sedih yang dalam. Siapa sebenarnya yang kini kehilangan? bukankah dirinyalah yang menemukan kembali cintanya?.
Dika semakin tenggelam dalam gelap, hati dan jiwanya lelah dengan keputusannya. Keputusannya untuk memilih cintanya dan menyakiti hati yang lain.
Entah berapa lama ia tertidur ketika ia seperti mendengar ketukan samar dipintu kamarnya.
"Dik.....Dika...."
Dika ingat ia tadi sengaja mengunci pintu kamarnya. Ia tidak ingin diganggu. Ditutupi kepalanya dengan bantal meredam suara ketukan itu semakin keras.
"Dika...."
Dengan kesal Dika bangun dan bergegas membuka kunci pintu kamarnya.
Didapatinya Dewi yang terlihat cemas.
"Dik, orang tua Hana datang...sepertinya ada sesuatu yang serius terjadi..."
Dika terpaku, ini kah saatnya? Apakah Hana sudah menceritakan pada kedua orangtuanya? .
Dika mengepalkan tangannya. Ia harus berani, ia akan tanggung semua kesalahan nya, apa pun yang akan dilakukan Ayah Hana dan keluarganya ia akan terima."Dika..."
Suara Dewi menyadarkannya kembali. Raut cemas semakin terlihat.
"Ibunya Hana menangis Dik...ayolah cepat turun..."
Dika mengangguk, ia berbalik menuju kamar mandi, membasuh wajahnya dan merapikan dirinya. Ternyata Dewi masih menunggunya didepan pintu. Kakak iparnya itu sangat perhatian padanya, bahkan ia lebih dekat pada Dewi dari pada Dewa Abangnya. Beruntung Dewa menikahi Dewi. Bahkan dari segi namanya saja mereka sudah berjodoh. Dewa Dewi, dan sungguh mereka pasangan yang sangat serasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak yang Tak Hilang (TAMAT)
Romance10 hari menjelang moment paling indah, harus berakhir. Bisa dibayangkan sakitnya? Tentu tidak... Tidak ada yang sanggup Tapi Hana sanggup, meskipun harus mendebu... Cinta adalah bahagia ketika yang kaucinta Bahagia. Itu egois, karena itu hanya b...