PENGUMUMAN

1.7K 122 15
                                    

Cover Baru ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cover Baru ya...😋😋

Cerita dengan Judul PULANG
Spin of Jejak Yang Tak Hilang

HOME 1st (part 2)






.
.
.
.
.
.

Hingga hari itu tiba..

Hari dimana semua wajah cerah terlihat memenuhi aula besar.

Para wisudawan hilir mudik sibuk mencari teman untuk berfoto bersama setelah acara selesai. Entah kapan mereka akan bertemu lagi. Mereka akan benar mulai hidup di dunia nyata siap menyongsong tingkatan kedewasaan  diri yang lebih tinggi, diantaranya harus berusaha mencari pekerjaan agar bisa  mandiri, tak lagi menadahkan tangan pada orang tua.

Alana terlibat kepanitiaan kembali. Ia sedari tadi sibuk wara wiri bersama panitia yang lain. Mereka menjadi pelayan elit tak berbayar yang turut menyukseskan perhelatan special bagi senior yang sudah selesai dengan seluruh tugas kuliah mereka. Menyandang gelar sarjana yang mereka kejar bertahun-tahun di kampus.

Meskipun sibuk ia tetap mencari-cari seseorang yang hari ini juga wisuda.

Akhirnya ia bisa melihat wajah itu lagi, walau dari jauh. Hal itu pula yang membuatnya tak menolak menjadi panitia. Kemungkinan ia akan bertemu sangat besar.

Bahkan hari ini ia bisa melihat wajah teduh itu disematkan penghargaan tak main-main summa cum laude. Ia pun bangga meski ia tak tahu mengapa ia merasa begitu.

Dirinya hanya bisa mengagumi dari jauh. Belakangan ia juga jarang bertemu dengan Kak Lian yang juga tengah sibuk dengan skripsi, yang otomatis membuat Lian jarang ke kampus.

Alana sebenarnya menyiapkan sesuatu untuk Tama, tapi manalah berani ia memberikannya?.

Andromeda Hutama Anggoro selalu dikelilingi wanita wanita cantik seangkatannya. Bagaimana mungkin ia bernyali memberikan sesuatu yang kini berada dalam tas ranselnya?.

Tadi ia sempat melihat Tama berfoto dengan teman-teman nya, kebanyakan wanita, yang terlihat anggun dan cantik sekali hari ini. Kebaya modern membalut apik tubuh-tubuh indah itu, bak Raja Minyak, Tama dikelilingi bidadari.

Sedang dirinya hanya mengenakan celana jeans hitam, sepatu kets dan jaket almamater yang lengannya ia gunung hingga siku,  dan wajah berminyak akibat kurang tidur karena mempersiapkan acara wisuda hari ini. Manalah ia mampu menunjukkan wajahnya.

Jadi ditabahkan nya Hati, ia cukup puas melihat sang pangeran dari jauh.

"Alanaaaaaa....." Suara familiar itu terdengar ditelinganya.

Matanya mencari-cari sumber suara diantara wara-wiri orang disekitarnya.

"Lana disini,  arah jam empat!"

Alana dengan mudah menemukan seseorang yang memanggil namanya, Dress warna oranye itu sangat menyolok, tapi tampak pas di kenakan oleh Lian seniornya itu. Lian terlihat cantik dan ceria seperti biasa.

Alana melihat Lian yang melambaikan tangannya penuh semangat.

Alana tersenyum, wajah ceria Lian mudah sekali menular.

Lian menggerakkan tangan Memberi tanda agar ia mendekat.

Alana segera berjalan menghampiri Lian, hanya ia lupa jika...

Disitu ada Tama yang terlihat memukau dengan toga yang masih terpakai, sangat pas dengan posturnya.

Juga ada Tante Tari dan om Andro yang berdiri berdampingan. Sangat serasi, ia jadi teringat papi dan Mami nya saat melihat pasangan itu.

Perlahan langkahnya melambat, tak mungkin ia berbalik.

Dengan berusaha tabah ia mendekati keluarga itu.

Alana membungkuk sopan pada orangtua Lian.

"Om, tante...." Ucapnya sopan sambil menyalami keduanya

"Selamat Kak Tama...." Alana menyalam Tama yang disambut senyum tipis diwajahnya. Itu pun sudah membuat Alana berdebar keras.

"Cieeee  panitia lagi nih Lan...?" Untung ada lian yang membuat Alana sedikit nyaman.

"Iya kak..."

"Makasih ya, panitia sudah bikin acara bagus buat wisudawan kita..."

Semua tertawa kecuali Tama yang hanya menarik kedua ujung mulutnya. Entah itu senyum entah itu apa,  tapi tetap saja menawan di mata Alana.

Kasihan Alana, mudah sekali meleleh dengan gerak gerik Tama.

"Nanti aku sampaikan sama yang lain kak..." Sahut Alana mencoba bercanda. Lian terkekeh.

"Sampai tidur di Base camp nggak?" Tanya Lian lagi.

"Aku nggak kak, pulang kok, meskipun sudah jam duabelas,  soalnya lebih enak tidur di kamar sendiri..." Ringis Alana yang memang sulit untuk.tidur ditempat yang bukan kamarnya.

"Dudududuh...jadi kangen pengen panitia lagi..seruuuu...." Lian masih bersemangat

"Alana sudah makan siang? Ayo kita makan bareng...." Tante Tari mengusap lengannya lembut. Ah kalau saja ia bisa anggun seperti Tante Tari ini. Tentu Tama akan..

"Terima kasih Tante, tapi saya masih harus disini sampai selesai, tidak enak meninggalkan teman-teman yang lain..." Ah, betapa sopan dirinya,meskipun ia saat ini ingin segera mengangguk angguk bagai boneka anjing di dashboard mobil Gerald.

"Ah, Begitu ya...lain kali bener ya, kita makan siang bareng..kasih tahu Kak Tama kalau mau datang, biar dijemput..."

Alana berusaha untuk tidak menjerit senang, ia hanya mengangguk dan ia harap ia tak terlihat terlalu bersemangat.

"Eh Foto dulu dong dengan Alana, pelanggan pertama mama di galeri Clay Project  ..."

Lian dengan semangat menarik Alana lalu memposisikan nya didekat Tama. Om Andro-Tante Tari-Alana-Tama.

"Nah ayo senyum,...kak Tama se nyum!"  Entah berapa kali Lian mengambil foto,  lalu berakhir dengan Foto Selfie hingga semua mereka masuk frame.

"Sip, selesai, nanti aku kirim.ke kamu ya Lan..."

"Makasih kak..."

"Alana, kami duluan yaa..." Seru om Andro.

Alana membungkuk dan tersenyum. Ia kira hari ini berakhir  dengan lelah, tapi ia salah.
Ia bisa melihat Tama dari dekat, menikmati senyum setipis rambut, dan mencium aroma parfum yang menempel dengan baik di otaknya.

Ketika ia akan berbalik, sebuah panggilan membuatnya urung melangkah.

"Alana...."

Tak percaya,

Tapi tubuhnya berbalik untuk memastikan jika itu bukan khayalan belaka.

Tama kini ada didepannya. Menunduk tepat menatap matanya, dan ia seperti robot mengangkat wajahnya, dan  matanya seolah terkunci tak bisa berpaling lagi.

"Jangan pulang terlalu malam, kalau memang harus pulang, sebaiknya dengan teman, jangan bawa mobil sendiri.."

Lalu tangan besar itu menepuk kepalanya pelan.

Dan seperti datangnya, begitu juga dengan perginya.

Pria itu menjauh dengan langkah panjang, alana baru tersadar setelah beberapa lama.

Entah kekuatan dari mana ia berlari mengejar Tama, sambil mengambil sesuatu dari dalam tas ranselnya.

"Mas Tamaa....."

.
.
.
.
.
.
.




.
.
.

Part lengkap ada di Karyakarsa

Follow akun Octoimmee2

Supaya teman-teman dapat notifikasi dari aku yaa..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jejak yang Tak Hilang  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang