18

4.5K 628 23
                                    

Hari ini  11 April 2022, viewers 3.21 K

Tiga hari yll 2K..

Senengnyaaaaa, untuk aku yang masih pemulaaaaaaa bangeettttt..

Kalau kalian suka, boleh dong share cerita aku ke temen² kalian yaaaa biar aku makin cyemangatt...😚😚😚

Buat kalian yang setiaa kasih bintang dan setiaaa komen
Tengkiuuu yaaa😘😘😘 kalian semangatnya akhuuu...

Fyi Aku lagi fokus di tiga cerita yang semuanya on going....

1. Jejak yang tak hilang
2. Yang Terbaik
3. Kutemukan Diriku

Jadi next aku bakal update secara bergantian, jadi setiap hari akan ada update cerita yang berbeda dari  aku...

Sooo...kalian bisa ketemu aku setiap hari yaaa...😁😁😁😁

Mau baca cerita aku yang sudah complete juga ada kok
Judulnya "Journey"
Silakan dibaca sebelum aku unpublish untuk rencana baru...

Selamat membacaaa
Luv💜

.
.

Semilir angin di pesawahan yang sedang menguning membuat rambut Hana yang tergerak melambai lambai mengikuti arah angin.
Aldo memasukkan kedua tangannya ke saku celana nya. Mencegah tangannya agar tidak kurang ajar menyelipkan helaian rambut indah itu kebelakang telinga mungil itu, atau mencari karet rambut,  meraup dengan lembut semua rambut hitam itu, lalu mengikatnya menjadi satu. Aldo menggelengkan kepalanya menepis pikiran pikirannya yang selalu berlebihan saat berdekatan dengan Hana.

Kini mereka berdua duduk menghadap area pesawahan , Hana masih setia memandangi hamparan sawah, sembari menunggu pelayan Saung Restoran menghidangkan makanan.

Restoran ini mengusung tema pedesaan, dengan bangunan yang menyerupai saung yang lokasinya berada  disekitar lahan sawah milik Eddy Harimukti rekanan baru mereka.

Eddy menjamu Aldo dan Hana setelah urusan mereka selesai. Pria paruh baya itu cukup puas dengan kerjasama mereka.

Tapi limabelas menit yang lalu,  pria itu meminta maaf tak bisa menemani mereka karena tiba tiba ada urusan mendesak perihal mesin penggiling padi yang baru tiba dari Thailand.

Dua orang pelayan restoran membawa pesanan mereka.
Aldo tak bisa menahan senyum ketika Hana segera membantu pelayan menata hidangan di meja dan memastikan pesanan Aldo berada tak jauh dari jangkauannya. Membuat Aldo merasa istimewa meskipun ia tau Hana melakukan itu karena menghargai dirinya sebagai pimpinan.

'"Nasinya cukup segini Pak?"
Tanya Hana setelah menyendokkan nasi ke piring rotan berlapis daun pisang itu.

"Coba kalau ngga pakai Pak, tapi pakai Mas...pasti lebih pas Nya..."

Hana tampak berusaha menyembunyikan wajah nya yang cemberut, yang membuat Aldo tertawa, dan kini ia sukses membuat Hana mengelengkan kepalanya. Aldo merasa ia seperti anak nakal yang membuat ibunya marah.

"Sedikit lagi Nya..saya memang sedang lapar, Pak Eddy semangat sekali mengajak saya berkeliling di sawahnya..."

"Lho.. tadi yang mancing ngajak jalan siapa ??". Cebik Hana, untung ia tadi menolak ikut berkeliling  karena masih harus membicarakan beberapa hal pada staf Pak Eddy untuk mengurus administrasi.

"Itu cuma basa basi, menghargai orang tua yang nampak bangga sekali dengan hasil panen mereka  tahun ini..." Bela Aldo.
Hana hanya menggelengkan kepalanya, kadang Aldo seperti anak anak.

Jejak yang Tak Hilang  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang