7

5.5K 627 30
                                    


Mariiii...mariiii..
Lanjot ceritanya...
Aku happy banget nulis bagian ini..
Ga tau gimana menurut kalian..
Semoga Happy juga yaa...
🤭🤭🤭

*******

"Sialan banget si Bapak ini...kesini buat kerja eh malah tepar!!"

Terdengar sungut sungut dari mulut Seorang pria dengan rambut   terkuncir rapi.

"Van...gue mau tidur, bukan mau diomelin, lo kan bisa pergi sama Eko dan Budi dulu...gue istirahat, ntar malam paling udah fit...gue dah minum obat tinggal biarin gue tidur sampai jam tujuh saja..."

"Makanya Dika, lo dibilangin ngga usah lembur, lo malah lembur!"

Dika tak habis pikir bagaimana Revan tidak paham apa yang dia bilang tadi. Malah menambah omelan yang tak penting untuk dibahas.

Ia mendengus dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Aelah ambekan! kaya cewe aja lo, kampret! Udah gue cabut dulu mau cek lokasi Rumah Puncak...!"

Dika tak menyahut, kepalanya sudah seperti mau pecah, ia benar benar butuh istirahat.

*****

"Selamat datang di Heaven Agrowisata Mas Mas semua..." Suara Ranty terdengar ramah, dan.memang harus ramah karena sesuai dengan.SOP agar tamu yang datang merasa nyaman.

"Terimakasih mba.....umm Ranty...saya Revan, ini Eko dan Budi..." Mereka bergantian bersalaman.

"Sebenarnya ada satu lagi tim kami, hanya lagi kondisinya kurang sehat  jadi harus istirahat dulu..."

"Oh, kami ada klinik juga Mas, temannya dibawa ke klinik saja?"Ekspresi wajah Ranty tampak tulus  mencemaskan informasi yang baru didengarnya.
Dan itu memang kewajibannya sebagai PR untuk memastikan kondisi pengunjung.

"Wah...ngga usah mba, kasihan Kliniknya kalau temen saya dibawa kesana, orangnya suka ngerepotin..."

Ranty tertawa mendengar celetukan Eko yang terlihat ramah.

"Beneran Mas ngga perlu dibawa ke klinik?  atau kalau memang keadaannya berat, kami  bisa antarkan ke RS terdekat..."

Bagaimana pun setiap tamu harus menjadi perhatian mereka, salah satu bentuk service dari perusahaan mereka.

"Iya mbak, ngga usah dipikirin...hanya butuh istirahat saja..." Revan menguatkan jawaban Eko tadi.

"Oh...baik kalau begitu, mari Mas kita langsung ke Rumah Puncak.. nanti disana kita akn bertemu dengan Ibu Hana yang mengelola tempat tersebut.."

"Oh...bukan dengan mbak Ranty ya...?". Tanya Budi sambil ikut menjajari langkah yang lain.menuju lobby dimana kendaraan yang akan membawa mereka ke Rumah Puncak.

"Bukan Mas...nanti dengan Ibu Hana.." Jawab Ranty sambil tetap tersenyum.

"Yah...saya tadi sudah senang jika Mba Ranty yang langsung kerja sama dengan kita...ishhh apaan sih??" Tiba tiba Budi berteriak karena kepalanya tiba tiba ditemplak.

"Kalem Bud! Langsung modus aja lo baru nyampe juga..."

Ranty tertawa melihat tingkah tamu ya kali ini.

"Mas Budi nanti kalau sudah bertemu Ibu Hana pasti berubah pikiran..." Ucapnya sambil tersenyum dan membukakan pintu bagi ketiga tamunya.

"Ah, saya tetap pilih Mba Ranty sa..isshhh apaan lagi sih??"
Kali ini bokong pria itu yang ditemplak. Ranty kembali tertawa.

"Mentang mentang saya paling Junior, saya selalu dibully mba.." Keluh Budi.

"Bacot Bud...Bacot...kencing aja belom lurus, pake godain anak orang..."

Jejak yang Tak Hilang  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang