38

4.8K 802 225
                                    

Kalian bikin aku merinding 😭😭
Kemana saja kalian selama ini? Ngga nyampe 30 menit komennya udah 70an, aku sampe ngga percaya, kuatir salah lihat. Eh ternyata beneran..😭😭

Trus udah duaratusan komen aja...😭😭😭😭

Trus ada yang ingetin kalo hari ini aku ada dua jadwal up cerita😭😭😭

Aku minta 100 komen buat bab ini bisa nggak yaaa...😂😂

Dari seribuan yang baca cuma 20% yang like, 80% nya TEGAAAAAA!!!

Oke kita lanjut lagi....

Siyap-siyap!!!

Masih kebawa kan emosi yang kemarin?

Apakah hukuman buat Deasy dan Dika sudah CUKUP?

HUAHAAAHUAHHHAAAAHHA..*ketawa EVIL👹👹👿
.
.
.
.
.
Selamat membaca
Luv💜Octoimmee

****
.
.
.
.







Sementara Ketiga pria itu sibuk.  Deasy memahami satu hal.

Wanita itu Hana yang sama.

Wanita yang menghancurkan hidupnya.

Wanita yang mengunci hati Dika, dan merebut perhatian Gading.

Lihatlah kedua pria itu bahkan bersedia mati konyol demi wanita yang bahkan terlihat biasa saja di matanya. Walau ia akui aura ketenangan pada wanita yang bernama Hana itu sangat mempesona.

Kemarahan menguasai dirinya, dirinya kini tidak memiliki apa apa lagi.

Dirinya hancur

Hatinya hancur berkeping

Sakit..

Sakit sekali..

Ia yakin jika Dika akan menceraikannya dan Gading jelas tidak akan menerima dirinya lagi.

Dicampakkan dengan hina..

Dirinya hancur

Dan hal terakhir yang ia mau pastikan adalah, Hana pun harus mengalami hal yang sama.

Hana juga harus hancur bersamanya...

Juga semua orang yang berkaitan dengan Hana...

Matanya melihat ke arah pecahan kaca yang berserakan.

Tak ada yang memperhatikan ketika dirinya berjongkok memilih kaca yang paling runcing.

Suara gaduh akibat perkelahian itu masih terdengar. Suara-Suara umpatan dan makian masih mengudara, seolah mengipasi bara amarah dalam dirinya.

Tiba-tiba matanya tertumbuk pada besi runcing yang tampaknya bekas rangka lampu meja itu.

Deasy tersenyum puas. Ah...ini dia, pikirnya.

Diraihnya besi yang panjangnya sekitar tigapuluh centi itu. Dirabanya salah satu ujung yang meruncing itu.

Darah keluar dari ujung jari telunjuknya. Senyum aneh terbit dari bibirnya.

Sempurna!

Deasy kembali berdiri. Mengamati situasi. Yang ia lihat masih seperti tadi, hanya saja bedanya ia tak lagi mendengar apa-apa,

Hening...

Semua bergerak seolah melambat,

Ia bisa melihat Jatra yang berteriak,  tapi ia tak mendengar apa-apa.

Jejak yang Tak Hilang  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang