47

4.4K 689 128
                                    


Haiiiiiii....😊😊😊😊

Maaf jika alur ceritanya menurut kalian lambat.

Tapi ada banyak hal yang memang harus aku ceritakan karena cerita ini dibangun dari
bagian-bagian kecil yang mungkin menurut kalian nggak penting.

Harap maklum aku benar-benar baru dalam dunia tulis menulis ini.🙇‍♀️🙇‍♀️🙇‍♀️

Yang kurang berkenan cerita ini boleh di skip saja😄👍. Bukan baper lho yaa..😉

Jangan lupa vote Dan komen ya teman-teman 😘😘🥰🥰

Selamat membaca😊😊😊

Terima kasih yang selaku setia vote dan menuliskan komentarnya. Lap yu pulllll..😘😘

Luv💜Octoimmee

.

.
.
.

47
*******

.

.

Hassan tidak tau harus berkata apa ketika Dika selesai berbicara.

Tadi dirinya begitu gembira menerima kejutan kedatangan Dika dan keluarganya.

Ia pikir mereka beruntung sekali bisa bertemu dalam suasana liburan, bahkan ia sudah membayangkan akan mengajak Fahri memancing di wisata pemancingan yang juga disediakan ditempat ini.

Hassan dengan semangat bercerita sampai akhirnya ia menyadari jika hanya dirinya saja yang terlihat antusias.

Sahabatnya itu bahkan tak bisa tersenyum. Istri Fahri, Marini pun hanya menunduk dan sesekali menyeka sedut matanya dengan sapu tangan, hal itu tentu saja membuatnya heran.

Dan ia baru menyadari jika Dika terlihat sangat pucat dan sering kali meringis, seolah menahan sakit. Wajahnya pun selalu tertunduk dan terlihat gugup.

Bahkan istrinya sendiri Lusi, yang biasanya senang bicara, juga terlihat diam, wajah nya tampak tak ramah menyambut kehadiran sahabatnya itu.

Ketika Dika minta ijin untuk bicara, Hassan mulai was-was, ia yakin ada yang ia tidak tahu, dan itu sesuatu yang sangat besar.

Apalagi ketika Dika maju dan tiba-tiba berlutut dihadapannya. Pria muda yang dulu ia sayangi seperti anaknya sendiri tiba-tiba menangis dan bercerita dengan terbata-bata.

Kata-kata maaf seolah tak berhenti mengalir dari mulutnya.

Dan setelah ia tahu apa yang terjadi, ia tak bisa berkata apa apa. Tenggorokannya terasa sangat kering.

Hassan memandang sekelilingnya, semua tampak diam tidak seperti dirinya yang seolah baru habis disambar petir.

Artinya semua sudah tau kecuali dirinya.

"Maaf kan kami Hassan, terutama maafkan aku yang tidak becus mengajari anakku..." Fahri bahkan tak sanggup mengangkat wajahnya.

Ia bisa merasakan tangan Lusi istrinya yang sedang mengusap-usap punggungnya. Ia memang butuh waktu untuk mencerna semuanya.

Dengan lembut Lusi menarik pundaknya agar ia bersandar di sandaran sofa, dan ia menurut, dari otot-ototnya sangat tegang.

Begitu ia bersandar, ia bisa merasakan tubuhnya lemas. Tangannya gemetar saat mencoba memijit pelipisnya yang berdenyut.

"Ayah......" Hana segera menghampiri Ayahnya. Sementara Giselle langsung mengambil segelas air. Matanya menatap Dika tajam, seolah berkata 'lihat apa yang kalian lakukan pada Ayah'.

Jejak yang Tak Hilang  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang