37

4.9K 755 346
                                    

Komen kalian luar biasa Gaees, bikin Deasy dan Dika ngeri
🥶🥶🥶😨😰😭😂

Tetap komen ya, karena komen kalian yang nemenin aku menyelesaikan cerita ini. Karena bisa bikin perasaan aku campur aduk. Kadang suka ketawa sendiri inget komen yang 'nyeleneh' dan ajaib dari kalian.
😭🤣🤣.

Kalian the Best deh!!!🤗🤗👏👏👏

Selamat membaca
Luv💜Octoimmee
.
.
.
.
.
.

***
.
.
.
Ternyata Jatra masih belum puas dengan hasil pengambilan gambar kemarin. Semalaman Jatra dan Dika begadang, mempelajari setiap materi yang sudah terkumpul.

Dan mereka mememutuskan jika  pagi hingga siang nanti mereka masih mengambil gambar di Rumah Puncak, ada beberapa spot yang harus diulang.

Dan karena itu pagi-pagi mereka sudah berada di ruangan Hana bersama Fahrezi.

Mereka berkoordinasi agar pengambilan gambar kali ini dapat berjalan lancar. Dan sejauh ini Hana merasa puas dengan hasil kerja tim Starlight,sepertinya  representasi Roemah Poentjak tersampaikan dengan baik.

"Selamat pagi semua....." Tiba-tiba satu suara menginterupsi pertemuan mereka.

"Maaf saya terlambat, tapi sudah dibahas kan? Bagaimana? " Aldo tampak bersemangat dan segera mengambil tempat disebelah Hana.

"Ngga usah saya berdiri saja.." Ucap Aldo ketika melihat Fahrezi yang ingin memberikan kursinya.

"Pak Jatra, Pak Dika, bagaimana apakah rencana pengambilan ulang gambar bisa dilaksanakan?" Tadi Aldo sudah dapat informasi dari Hana. Karena ia harus menyelesaikan sesuatu maka Aldo melimpahkan tugasnya pada Hana.

"Jadi pak hari ini, Bu Hana dan Fahrezi sudah memberikan akses dan menyiapkan yang kami butuhkan juga..." Jawab Jatra

"Good...masih ada lagi yang harus dibahas?". Tanya Aldo lagi sambil melihat sekelilingnya.

Dika bisa melihat bagaimana Aldo dengan jelas menunjukkan posisi nya dengan Hana. Tangan pria itu dengan santai melingkar di sandaran kursi Hana, dan sedikit membungkuk hingga posisi keduanya sangat dekat. Mungkin jika Hana menoleh ke arah Aldo maka wajah mereka hanya akan menyisakan jarak setipis kulit bawang. Tanpa sadar Dika mengeratkan gengggaman tangannya pada mouse laptopnya.

"Tidak ada lagi Pak, hanya kita harus menyesuaikan dengan timing undangan pertemuan dari Pemda sore nanti" Sahut Hana menoleh ke arah Aldo,  dan benar  dugaan Dika, jika saja Hana tidak reflek memundurkan sedikit wajahnya, adegan dewasa akan dipertontonkan pada mereka.

Aldo menyeringai jahil pada Hana yang mendelikkan matanya pada Aldo. Fahrezi dan Jessica yang ada disana terkikik sambil menutup mulut mereka menggunakan tangan.

Ingin rasanya Dika membanting mouse yang ada ditangannya. Wajahnya memerah tanpa ia sadari.

"Ah iya, acara pertemuan di Kopi Darat  itu ya?. Aldo mengangguk-angguk.

"Pengambilan gambar juga nggak terlalu banyak lagi, sepertinya jam dua duabelas siang kita sudah selesai." Ujar Dika sambil melihat rundown pengambilan gambar yang sudah ia buat, ia ingin segera mengakhiri pertemuan ini, yang sepertinya dijadikan ajang pamer oleh Aldo.

"Bagus, kalau begitu kita langsung mulai saja! Fahrezi tolong di bantu, Pak Jatra dan Pak Dika. Nanti Bu Hana menyusul, saya perlu Bu Hana,  ada urusan yang harus kami selesaikan, Tidak apa-apa ya Pak Jatra?"

"Tidak apa-apa Pak, silahkan..." Sahut Jatra cepat.

"Baik, kalau begitu kita mulai kerja. terima kasih semua..." Tutup Hana, semua mengangguk dan mengemas barang masing-masing dan segera beranjak keluar ruangan.

Jejak yang Tak Hilang  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang