5

6.6K 720 16
                                    

Haiiii....
Bab selanjutnya.
Jangan lupa kasih bintang yaaa...

Luv 💙

....



"Anya...bagaimana hari ini? Jadi kan temani saya naik?"

Wanita yang dipanggil Anya itu mengangguk, mulutnya masih dipenuhi makanan yang baru saja disuapkan

"Ups sorry makan aja dulu Nya...ga usah buru buru " Sela Aldogera tersenyum geli melihat mulut mungil itu berusaha mengunyah dengan cepat.

Aldo mengulurkan secangkir teh padanya,  sebenarnya langsung mengarahkan ke mulut wanita itu, tapi ditolak dengan halus. Ia memilih meraih cangkir itu dan meminum sendiri. Tapi tak urung semburat merah dipipi gadis itu menghilangkan kecewa Aldo.

"Mesra banget boss...ingat tempat dong..ini kantin...bukan private room...Hana sampe malu gitu...." Tiba tiba suara Ranty menginterupsi adegan yang menimbulkan baper satu ruangan itu.

"Its natural Ranty, saya tidak bisa tahan perasaan saya kalau dekat Anya......".

"Hana Boss..Hana...." Goda Ranty

"Bagi saya dia spesial, karena itu saya punya panggilan khusus Anya... "

Hana tak bisa menahan dirinya untuk memutar matanya. Ranty mengikik geli. Aldogera memang bucin akut kalau berdekatan dengan Hana.

"So Anya...bagaimana progress Rumah Puncak Utama kita..menurut laporan yang saya baca hanya tinggal finishing saja?"

"Iya Pak...satu minggu lagi Rumah Puncak Siap launching sesuai jadwal..
Hari sabtunya soft opening.."

Aldogera tersenyum sumringah,ia puas dengan kinerja tim nya.

"Saya sangat menantikan Soft opening nanti, saya bisa menginap sampai hari senin disini...tidak kah itu menyenangkan Anya...kita akan bertemu lebih kurang tiga hari...saya sudah bisa membayangkannya..."

Hana tersedak minumannya,  Ranty mengulum bibirnya menahan tawa gelinya. Aldogera memang tak pernah menahan isi kepalanya.

"Oohh..jadi Pak Boss hanya senang kalau ada Hana saja ya...? kami ngga dianggap nih..??"

"Hati saya cuma satu Ranty, dan itu sudah diambil Anya..."

"Saya tidak merasa mengambilnya Pak..." Ujar Hana merasa gerah.

"Oh iya, saya yang memberikan hati saya pada Anya, saya ralat kata kata saya tadi..."

Ranty terpingkal pingkal, Aldogera memang sekaku itu
Jika bicara. Sebenarnya ucapannya romantis sekali, tapi karena cara penyampaian nya seperti sedang presentasi didepan investor, jadi terdengar aneh. Masih mending dengar rayuan gombal Bang Tigor pemuda Batak yang juga suka pada Hana.

Hana mengerucutkan bibirnya, melempar gulungan tissue pada Ranty.

"Sudah Na, terima aja boss kita ini, cakep tajir apa lagi?" Bisik Ranty ketika Aldogera tengah menyesap kopi hitam kesukaannya
Hana mencubit lengan Ranty gemas.

"Udah bapak bapak Ran...udah 40 tahun...Age gap nya jauh banget..."

"Ish...masih tiga tujuh Na...udah mateng...tunggal petik ngga perlu diperem lagi..."

Hana mendelik kesal pada Ranty yang semakin semangat mengerjainya. Meskipun berbisik bisik Hana was was jika bossnya itu mendengarkan.

"Anya...bisa kita berangkat sekarang? saya sudah siapkan bekal juga siapa tau kamu lapar,  dingin dingin begini tubuh cepat lapar karena harus mengeluarkan energi panas yang melindungi tubuh dari suhu dingin..." Lagi nada datar itu terdengar.

Jejak yang Tak Hilang  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang