36

4.7K 663 87
                                    


Kalian beneran bikin aku semangat.💪😊💜

Terimakasih untuk Bintang dan komen yang kalian tinggalkan disetiap bab.🥰😘 sangat berarti banget buat aku yang newbie.

Buat kalian yang juga ngikutin cerita ini tapi belum.pernah kasih vote,  semoga kali ini kalian mau ya...he..he..

Bab ini aku dedikasikan untuk kalian semua pembaca setia
Jejak Yang Tak Hilang😘😘

Luv💜Octoimmee
.
.

*****

Ia memastikan wajahnya tampil sempurna, cantik menawan seperti kata orang-orang disekitarnya. Sebuah senyum miris terlukis di wajahnya.

Seandainya Aldo punya pikiran yang sama.

Ia memutuskan untuk melihat pengambilan gambar hari ini. Siapa tahu bisa mengobati lara hati karena¹ penolakan entah yang keberapa kali. Ia butuh hiburan yang bisa membuatnya melupakan kesedihan hatinya.

Mematut kembali keseluruhan penampilannya, dan ia cukup puas. Mengenakan Celana baggy warna milo, kemeja putih, rambut diikat ponytail, dan mengenakan wide bucket hat warna cream serta kaca mata hitam.

Monalisa segera keluar dari kamarnya dan memutuskan untuk sarapan. Berharap ia bisa bertemu dengan Aldo, mencoba untuk tetap optimis. Karena tak ada yang mustahil jika terus diperjuangkan. Papanya sering berkata demikian.

Ia siap menghadapi hari ini.

.
.
*****
.
.
.

Hari pertama pengambilan gambar. Semua tim sudah mulai sibuk dengan segala perlengkapan mereka. Mereka sejak pagi sudah berada di lokasi

Hana mengikuti sesi pengambilan gambar bersama Fahrezi dan tim marketing yang ikut mengawasi. Mau tidak mau Hana harus mengakui jika Jatra dan Dika memiliki tim yang solid dan hebat. Mereka mengerjakan dengan sangat profesional.

"Kalau lancar begini, sepertinya hari ini pengambilan gambar bisa selesai..." Komentar Fahrezi sambil  melihat Dika yang mengarahkan pengambilan gambar pada salah satu spot lembah yang dijadikan area tanaman bunga.

"Iya sih, ngga heran Pemda pakai mereka untuk buat iklan ini.. " Timpal Hana.

Terlihat Budi melambaikan tangan ke arah mereka, ia baru saja turun dari sebuah batu besar guna mengambil gambar dengan kameranya. Dan pria muda bersemangat itu berlari kecil menghampiri Hana.

"Bu Hana , kebun bunganya indah sekali,  coba kalau saya sutradara film india, udah saya minta ibu nyanyi sambil nari-nari disana...." Fahrezi langsung tertawa terbahak,  sedangkan Hana memukul lengan Budi dengan gemas.

"Ngga ada ya begitu...".  Protes Hana

"Ada bu, nanti saya yang jadi lawan main Bu Hana, gini-gini saya jago dance..." Sahut Budi dengan wajah jenaka "Kita joget India Sambil lari-lari diantara pohon dan bunga-bunga...nehi neh nehi..." Budi benar-benar mempraktekkan goyang pinggulnya yang malah terlihat aneh.

Hana menutup mulutnya menyembunyikan tawanya  yang tak bisa ia tahan.

Begitu juga dengan yang melihat hal itu jadi tertawa. Budi tak peduli ia semakin bersemangat bergoyang-goyang goyang ala India. Entah siapa yang tiba-tiba menemukan lagu India dan memutar lagu itu keras-keras dan semua ikut bergoyang meskipun asal.

Hanya satu orang yang tampak terpesona. Diantara semua keributan itu, Dika hanya fokus pada satu sosok yang terlihat paling indah senyumnya. Paling bersinar wajahnya.

Jejak yang Tak Hilang  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang