34

4.3K 609 31
                                    

👀
Hai😊
Selamat membaca
Luv💜Octoimmee
.
.
.

"Sedih akan berlalu, begitu juga dengan tawa.."


.
.
Hana terkejut menemukan Aldo dalam ruangannya. Pria itu terlihat sedang mengetikkan sesuatu di ipad bersampul kulit warna hitam itu.

Hana baru saja dari divisi engeneering, ada beberapa peralatan ruang loundry mereka yang sedang bermasalah.

Sudah dilakukan perbaikan tapi menurut teknisi yang mengerjakan, perbaikan itu hanya untuk sementara, ada alat yang memang harus diganti. Hana meminta mereka membuat Purchase Order (PO) secepatnya agar semua peralatan dapat berfungsi normal.

Hana akan berkeliling ke Divisi-divisi pada jam tertentu. Ia memilih untuk lebih dekat dengan semua tim nya agar suasana kerja tidak terlalu menegangkan.

Dan hal itu berhasil, mereka menjadi tim yang bisa bekerja sama dengan baik.

Kembali pada pria yang terlihat tampan dan rapi, yang kini berada dalam ruangannya.

Aldo terlihat sangat serius, bahkan tak mendengar suara pintu yang baru saja ia buka.

Tak biasanya Aldo seserius itu.

Hana melangkahkan kakinya, sengaja ia berjalan biasa agar Aldo tidak kaget nanti.

Tapi tetap saja Aldo tak bergeming.

"Pak....?" Hana memanggil Aldo dengan suara yang dia atur agar tidak mengejutkan pria itu

"Hmmm..Nya...? bentar ya....". Wajah Aldo masih menunduk dan tangannya masih mengetikkan sesuatu.

"Oh...oke..." Hana segera duduk di kursi kerjanya. Meskipun masih heran,  Hana pun segera meneruskan pekerjaannya yang masih tertunda.

Hari ini agendanya sudah cukup padat. Dan salah satunya adalah pertemuan dengan Tim Starlight PH nanti sore. Mereka baru akan tiba siang ini. Dan besok pagi mereka sudah mulai bekerja.

Hana sudah menjelaskan pada keluarganya jika hari ini dan besok ia akan cukup sibuk. Dengan menyesal ia berkata lusa baru ia bisa menemani mereka. Tapi Hana selalu menyempatkan pulang untuk makan siang.

Dan satu lagi, ia masih belum menyampaikan perihal kedatangan Dika pada Giselle.

Tanpa sadar ia memijit pangkal hidung nya. Dika adalah musuh terbesar Giselle.

Hana sudah bisa membayangkan bagaimana reaksi Giselle jika ia memberitahukannya nanti, atau bagaimana jika Giselle tau sendiri nantinya.

Semua bukan pilihan yang bagus. Tapi diantara semua pilihan itu, memberitahukan Giselle secara langsung adalah yang paling bijak.

Mungkin nanti malam ia akan menceritakan hal itu pada Giselle, dan berharap kakak tirinya itu tidak melakukan 'hal-hal' yang  diinginkan mama satu anak itu dari dulu.

Giselle selalu bilang  "pengen gue cekek lehernya bajingan banci itu". Hana tanpa sadar memegang lehernya sendiri.

"Sayang....."

"Eh?"

"Lho kok eh sih yang..."

Hana melongo heran seperti kehilangan orientasi. Didepannya ada seraut wajah yang terlihat bahagia. Senyum lebar menghiasi wajah tampannya.

"Kamu ngegemesin banget kalau gitu Nya...."

Hana buru-buru mengubah ekspresinya. Dan sialnya wajahnya bersemu merah, begitu ia menyadari ternyata panggilan sayang itu ditujukan untuknya.

Jejak yang Tak Hilang  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang