Saat matahari dan harapanmu mulai tenggelam,
Jangan menyerah.
Percayalah, masih ada sinar bulan dan ribuan bintang yang masih menemani keinginanmu.-Leon Altair.
***
Dua hari kemudian...
Prita berjalan pelan sambil menunduk, suara-suara dari para manusia di sekitarnya membuat ia memandang kosong ke arah lantai koridor.
"katanya ayahnya meninggal"
"iya bener, tapi kasihan tau"
"alah kasihan apanya! Dia itu kena karma! Tapi yang nanggung semua ya ayahnya! Siapa suruh punya anak nakal kek gitu"
Prita menghela napas, langkahnya ia percepat agar bisa menjauh dari kerumunan yang mulai ramai karena bel akan berbunyi beberapa menit lagi.
"ta! Tunggu!"
Teriakan seorang cewek membuat prita membeku, ia terkejut melihat nina yang disusul rafan menghampirinya.
"ta, gue...udah denger semuanya" ucap nina dengan nafas yang masih ngos-ngosan karena habis berlari.
"yah masih ada penolong dia"
"padahal ma tinggalin aja ya kan, paling nanti cuma numpang tenar doang"
"nah iya bener! secara kan kak nina sama rafan populer"
Mendengar itu nina berdecak dan melotot ke arah adik kelas yang sedang berjalan pelan. Disusul rafan yang menatap tajam mereka, barulah setelah itu mereka berjalan cepat ketakutan.
"ta, kita minta maaf karena ngga sekolah beberapa hari ini" ujar rafan.
Disusul nina yang mengangguk cepat sambil memegang pundak prita meyakinkan.
"tenang aja ta, Kita pasti dukung lo! Gue udah tau clara sama dion itu udah main dibelakang dari dulu" lanjut nina.
"turut berduka cita ya atas kabar ayah lo" tambah rafan.
Prita menunduk, tersenyum miris sekilas dan kembali mendongak untuk menatap rafan dan nina.
Cewek itu mengeratkan tangannya ke arah dua tali ransel di pundaknya.
"thanks, tapi..." ucap prita menggantung.
"bisa ngga, dalam beberapa hari kedepan kalian menjauh dulu? Gue mulai ngga nyaman sekarang" lanjut prita.
"tapi ta—" ucapan nina seketika berhenti karena rafan memgang sebelah pundaknya dan memberi kode peringatan ke arah nina lewat ekor matanya.
Cowok itu lalu menatap prita dan tersenyum tipis.
"gue ngerti, kalo gitu kita duluan ya? Jangan lupa jaga kesehatan"
Setelah mengatakan itu, rafan menarik tangan nina agar cepat meninggalkan prita walaupun gaids itu sesekali memberontak.
Prita kemudian menghela napas, melanjutkan perjalanannya yang tertunda.
***
Prita menengadahkan tangannya, setelah itu ia merasakan butiran air yang berasal dari langit mulai berjatuhan.
Lalu ia menghela napas lelah, bel pulang sudah berdering beberapa menit lalu, namun sang langit belum juga berhenti menangis.
Ia kemudian berdecak sinis karena disekelilingnya terlihat sepasang muda mudi dari adik kelas sampai kakak kelasnya tengah berbagi payung bersama. Dan hanya tinggal dirinya yang hanya memeluk tubuhnya sendiri karena mulai merasa dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Altair
Teen FictionChapter I : Saat Kita Bertemu Prita Kanahaya, cewek matre yang berusaha pura-pura kaya untuk mendapat kepopuleran di sekolah. Dengan bermodalkan Kecantikan dan Kepintarannya, ia dengan mudah bergabung dengan circle paling dikagumi di sekolah. Bagi...