58. Kenangan Solo

33 9 2
                                    

Sejauh manapun kamu melangkah, Kampung halamanmu tidak pernah berubah,
Tempat pulangmu tidak akan pernah salah arah.

-Prita Kanahaya

***

Prita mematikan alarm di ponselnya, matanya yang masih menyipit menengok ke arah jendela dan membuka tirai, terlihat langit masih gelap.

Namun, gadis itu bangkit dari kasurnya, merapihkan bantal dan selimut lalu keluar untuk ke toilet.

Setelah panggilan alam terselesaikan, Prita mengambil wudhu dan sholat di kamar almarhum Ayahnya. Pada pukul 5.10 pagi, Prita keluar dari kamar.

Cewek itu mengerjapkan matanya kaget saat melihat orang sudah berlalu lalang, pernikahan Tari akan diadakan di depan halaman rumah neneknya. Karena rumah ini dihuni oleh nenek, budhe, dan juga tari.

"loh Prita kamu, udah kok udah bangun aja nak?" tanya Ratih yang membawa nampan dengan beberapa gelas yang di dalamnya berisi teh panas.

"iya budhe, Prita kan mau bantu-bantu"

Ratih tersenyum, ia lalu menyodorkan nampan itu ke arah Prita.

"yaudah, kamu bisa bawakan ini ke depan? Untuk orang-orang yang pasang tenda"

"bisa budhe" ucap Prita dengan cepat mengambil nampan itu dan membawanya ke depan.

Di halaman rumah, Prita menoleh ke arah Tari yang sedang menyapu halaman.

"mbak, biar Prita aja"

"loh, kamu udah bangun? Nggak usah, cuma nyapu doang kok"

"jangan, biar Prita aja. Mbak Tari kan mau nikah, masa nyapu semua halaman ini"

Tari tersenyum, mengusap kepala prita dengan lembut.

"yaudah, Mbak mandi dulu"

Prita mengangguk, memulai kegiatan menyapunya.

"oh iya, Mbak lupa"

"kenapa?"

"nanti kamu mau ikut ke balai desa sama Mbak nggak? Sebentar lagi ada perayaan ulang tahun desa disini, jadi banyak anak-anak yang mau menampilkan tarian. Dulu kan kamu sering ikut nari, sekarang kamu ngajarin anak-anak ya?"

Prita meringis,

"tapi Prita udah lupa gerakannya Mbak"

"nggak papa, nanti kamu cari gerakan baru aja, Mbak pusing karena harus ngajarin beberapa anak. Kamu mau nggak bantuin Mbak?"

"tapi..."

"Mbak sudah repot sama acara pernikahan mbak loh Prita, tapi tetap dipaksa sama kepala desa buat ngajarin anak-anak, kamu mau kan bantuin mbak?" ucap Tari sambil memelas.

"yaudah, tapi sebisanya Prita aja ya?"

***

"wah mbak Prita, gerakannya susah banget!" ucap salah satu anak kecil yang melihat Prita menari.

Prita menggarukkan kepalanya bingung,

"yah gimana ya? Mbak biasa nonton dance kpop sih hehehe"

"tapi gerakannya susah banget Mbak" ucap anak perempuan yang satunya.

Prita berpikir keras, lalu cewek dengan keringat yang mengaliri lehernya itu tersenyum. Cewek yang memakai selendang kuning itu menatap keempat anak perempuan di depannya.

"gimana kalo gerakannya gini aja?" ucap Prita sambil mempraktekan.

"wah, boleh mbak! Aku pasti langsung bisa!"

Aku dan AltairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang