12. Putus

42 28 1
                                    

"Ada yang lebih terluka dari sekedar patah.
Yaitu saat kamu mengetahui, sebenarnya dia yang kamu cintai, tidak mencintaimu".

-Prita Kanahaya.

***

Prita menghela napas malas, pelajaran olahraga kali ini adalah materi renang.

Ia hanya menatap lemas ke arah kolam indoor yang disediakan oleh sekolah favorit di kotanya ini.

"kenapa ta?" tanya dion.

"yon, gue ngga bisa berenang!" ucap prita kesal sambil menghentakkan kakinya.

"tenang aja, lo tenggelem gue selametin" kata dion menjanjikan.

Prita menyipit ke arah cowok itu, namun tak bisa menutupi kedua pipinya yang merah.

"bener ya lo? Awas aja, kalo sampe gue tenggelem terus mati, orang yang pertama yang gue gentayangin itu lo!" ancam prita.

Dion hanya membalasnya dengan tertawa ringan sambil menunjukkan dua jempolnya.

Babak pertama adalah bagian murid laki-laki terlebih dahulu.

"Untuk laki-laki, gaya punggung, dan untuk perempuannya adalah gaya dada" kata sang guru olahraga tersebut.

Semua perempuan dikelasnya mendesah malas tak terkecuali prita yang menurunkan bahunya lemas.

Tes praktek itupun di mulai, dimulai dari dion dan teman-temannya.

Prita dengan sekejap menghilangkan kerisauan akan tes renangnya saat melihat tubuh atletis dion yang terlihat saat cowok itu membuka kaosnya. Tak lupa pekikan teman kelasnya yang memenuhi ruang kolam indoor ini.

Prita kini meloncat dengan semangat sambil bertepuk tangan saat melihat dion yang sudah sampai ke kolam depan sebagai tempat finish paling awal daripada yang lain.

"Sekarang bagian putri nya!!" kata pak mamad, guru olahraga itu.

Mendengar itu prita kembali menurunkan bahunya lemas.

"prita! Ayo turun ke kolam!" suruh pak mamad.

"pak bisa di cancel aja ngga tes prakteknya?"

Pak mamad langsung melotot tajam ke arah prita setelah apa yang di ucapkan cewek itu.

"HWAITING PRITA!! GUE YAKIN LO PASTI BISA!!" suara nyaring milik nina membuat prita menoleh dengan malas. Entah bagaimana caranya cewek itu dan rafan bisa duduk di atas tribun dengan santainya, padahal ini masih jam pelajaran.

Lalu, prita dengan langkah lemasnya menceburkan diri ke kolam. Rasa dingin langsung menerpa kulitnya yang hanya dibalut dengan legging hitam selutut dan kaos lengan panjang bewarna hitam juga. Ia tidak ingin sepertu teman-teman lain yang hanya memakai tanktop sebagai atasannya.

Prita menoleh saat clara juga menyeburkan diri ke dalam kolam. Entah sejak kapan, hubungan mereka berdua kini sedikit lebih renggang. Ia dengan egonya yang tinggi tidak bisa mengajak clara kembali dekat, ia masih tidak suka cewek itu lebih dekat dengan dion yang notabenya hanya sebatas teman, dibandingkan dengan dirinya sebagai pacar cowok itu.

"siap ya?!!" intruksi pak mamad.

Suara peluit menandakan mereka harus memulai gerakan renangnya.

Karena memang sudah dari kecil ia tidak bisa berenang, jadilah prita hanya menggerakkan kakinya dan menyelamkan diri tidak jelas.

"prita! Ayo mana gerakan renangmu!" suruh pak mamad.

Prita tak mengindahkannya, ia mulai bingung saat lantai kolam yang perlahan mulai menjauh dari telapak kakinya. Seketika prita kelabakan, ia menoleh ke arah clara yang tidak jauh seperti dirinya, padahal cewek itu lebih tinggi darinya.

Aku dan AltairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang