Jangan berlari terlalu jauh saat kamu mencari penghianat. Karena siapa tau, mereka yang selalu bersamamu adalah salah satunya.
-Leon Altair.
***
Prita mengambil sepatunya dengan bimbang, ia bingung untuk pergi sekolah atau tidak.
Jika ia sekolah, dirinya kembali menjadi sorotan. Dulu ia suka hal seperti itu, namun sekarang malah berbanding terbalik baginya.
Namun jika ia tidak sekolah, ia sangat menyayangi pendidikannya. Mau jadi apa nasib dirinya nanti?
Dengan langkah lemas karena sakit kemarin, ia membuka pintu rumahnya pelan sambil menenteng sepasang sepatunya.
"lo tau gue udah nungguin lo berapa lama?"
Suara cowok dengan nada kesal membuat prita mendongak. Seketika cewek itu terkejut saat melihat leon yang duduk di jok motornya sambil bersidekap dada.
"lo kenapa bisa ada disini?"
Leon hanya diam, menatap dirinya datar.
"cepet!"
"ngga perlu, gue bisa naik kendaraan lain"
"lo tau seberapa macetnya jakarta?"
Leon menatap jam tangan hitam di tangannya, lalu ia tersenyum meledek ke arah prita.
"kalo lo naik bis, sekitar 20 menit baru nyampe. Apalagi naik angkot, lo ngga liat sekarang udah jam berapa? Yakin ngga mau bareng sama gue?"
Prita dengan cepat menyalakan layar ponselnya, lalu ia melotot saat menatap jam pada ponselnya. Terlihat 10 menit lagi bel akan berbunyi.
"yaudah kalo lo ngga mau, gue duluan"
Setelah itu leon memakai helmnya dan menyalakan motornya.
Namun saat motor itu hendak melaju, prita menghadangnya dari arah depan.
"iy-iya gue mau bareng"
Setelah itu terlihat prita memikirkan sesuatu.
"tapi turunin gue sebelum gerbang sekolah ya? Gue takut lo malah jadi sorotan karena keadaan gue yang kayak gini sekarang" lanjut prita.
***
"udah ih! Sampe sini aja!" prita menepuk pundak leon secara beruntal karena cowok itu belum memberhentikan motornya.
Cowok di depannya mendengus dan segera mengerem motornya. Prita dengan cepat turun dan berkacak pinggang.
"gue bilangkan jangan sampe sekolah!"
"lah ini belum sampe depan kan?"
Prita mendengus, benar juga sih. Mereka kini berada di seberang gerbang sekolah yang masih terlihat jauh.
Prita menoleh ke arah gerbang, tatapannya kosong saat melihat clara dan entah ada beberapa gadis lainnya yang sedang ikut bercanda.
Tidak ada nina, rafan, ataupun dion di dekat cewek itu. Namun entah mengapa clara tertawa begitu lepas. Bahkan gadis yang jauh lebih tinggi dari prita itu terlihat sangat cantik dan bersinar dibanding teman-temannya. Prita merasa iri.
Leon kini mengernyitkan dahinya menatap prita yang sedari tadi melamun ke arah pintu gerbang.
"lo liat apa?" tanya cowok itu tiba-tiba.
"clara... Cantik banget ya?"
Dahi leon makin mengerut tentang siapa yang dibicarakan prita, cowok itu mengikuti arah pandangan prita ke arah sekolah. Ucapan prita terjawab saat cowok itu menatap jauh gadis yang sedang tertawa di depan sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Altair
Teen FictionChapter I : Saat Kita Bertemu Prita Kanahaya, cewek matre yang berusaha pura-pura kaya untuk mendapat kepopuleran di sekolah. Dengan bermodalkan Kecantikan dan Kepintarannya, ia dengan mudah bergabung dengan circle paling dikagumi di sekolah. Bagi...