44. Basketball

33 9 0
                                    

Katanya jika orang yang kita sayangi terluka,
Kita yang akan merasa kesakitan,
Menurutku itu omong kosong,
Tapi kini, aku merasakannya.

-Prita Kanahaya-

***

Setelah beberapa permainan telah dilakukan, Selanjutnya adalah permainan bola voli.

Dimana Prita harus kembali bermain, padahal dirinya sudah lelah karena bertanding karate tadi, apalagi nanti malam ia harus bekerja di cafe.

Tapi, karena jadwal pertandingannya berbarengan di hari ini, Prita hanya bisa pasrah kali ini.

"Ta ayo semangat!" Nina yang ikut bermain kini menyemangatinya dari sisi lawan, karena memang antara kelas Prita dan Nina yang sedang bertanding.

Prita hanya tersenyum, sedikit terhibur dengan gadis berponi itu.

"Cih"

Prita menoleh saat melihat Clara di sampingnya, gadis berkuncir kuda yang menampakan leher putih jenjangnya membuat Prita sadar bahwa Clara memang cantik.

Namun ia hanya mengangkat bahunya acuh.

Pluit mulai terdengar, dari kelas Nina yang mulai bagian melakukan teknik service namun tidak lama masalah muncul.

Brakk...

Prita mengaduh saat kakinya tertendang kaki seseorang.

"Sorry gue nggak liat" kata sindi, teman sekelasnya.

"Yang Lo incer itu bolanya, bukan kaki gue" kata Prita.

"Kok Lo nggak terima sih? Gue kan udah minta maaf" kata sindi ngotot.

"Prita! Lo nggak papa?!" Tanya Nina heboh menghampiri Prita.

"Gue nggak papa nin, Lo balik lagi aja ke tim Lo, oke?"

Nina menatap Prita dengan wajah cemas, lalu menatap sindi dengan tatapan tajam.

"Awas ya Lo!" Ancam Nina.

"Apa Lo?!" Tanya sindi tidak terima.

Pluit berbunyi menandakan permainan harus kembali dimulai.

Namun kali ini memang kesialan bagi Prita, karena selanjutnya ada beberapa kali tendangan lagi yang mengenai kakinya hingga permainan berakhir.

***

Prita sedikit mengangkat ujung celana olahraganya, lalu gadis sedikit meringis.

"Tuh kan lebam-lebam! Gue bilang juga apa Prita! Lo itu dari awal harusnya nggak usah main! " Oceh Nina.

Namun dengan cepat Prita menempelkan jari telunjuknya di depan bibir Nina.

"Udah ya dek ngomelnya, kaki gue nggak akan hilang sakitnya ngedengerin ocehan Lo terus"

Nina seketika mendengus kesal,

"Daripada Lo cemberut gitu, mendingan ke kantin sana, beliin gue jus jeruk"

"Emangnya jus jeruk bisa ngilangin sakit kaki?" Tanya nina polos.

"Bisa, udah cepet, keburu sekarat duluan kaki gue"

"Oke bentar"

Dengan cepat Nina meninggalkan Prita di taman belakang.

Prita kini menyenderkan tubuhnya di bangku taman sambil memejamkan mata, berusaha menghilangkan sedikit lelahnya.

"Gue nanti malem kerja atau ngga ya?" Gumam Prita pada diri sendiri.

"Gausah" ucap seseorang dari belakang.

Aku dan AltairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang