42. Rain

35 7 0
                                    

Terima kasih,
Karena sudah bertahan sejauh ini,
Tidak menyuruh hujan reda saat dia  sedang turun begitu derasnya
Dan tidak bersedih, walaupun pelangi tidak datang setelahnya.

-Leon Altair-

***

Leon mengelap keringat yang ada di dahinya. Cuaca terik pada hari senin kali ini membuatnya cepat lelah, apalagi sekarang ditambah pelajaran olahraga.

"wah leon, permainan kamu bagus juga. Kenapa nggak ikut eskul basket?" tanya pak joni, sang guru olahraga.

"nggak minat pak" jawab leon jujur.

"tapi sayang loh kamu punya bakat nggak dikembangin"

"saya bilang, saya nggak minat pak"

Pak joni tertawa dengan sikap ketus anak muridnya ini,

"yaudah, gimana kalo kamu gantiin kapten basket sementara di perlombaan olahraga tahun ini?"

"kapten basket?"

"iya, kamu gantiin dion"

Dahi leon mengernyit bingung, masih  tak paham.

Tiba-tiba Naren dengan sok akrab merangkul pundaknya.

"udah ikut aja yon, si dion tuh kakinya lagi pincang. Kalo lo yang gantiin pasti seru deh, soalnya kita bakal tanding sama sekolah sebelah"

"tapi kenapa harus gue?" tanya leon kepada naren.

"kan bapak sudah bilang, permainan kamu cukup bagus buat gantiin dion sementara"

Leon terlihat menimang jawaban,

"tapi saya ada tugas buat bikin dokumentasi pak"

"Gampang itumah! Anak jurnal lain kan bisa gantiin lo pas lo tanding" jawab naren.

"tapi saya nggak mau jadi kaptennya"

"iya-iya, nanti si rafan yang bapak tunjuk jadi kaptennya"

"tapi—"

Plakk

Naren menggeplak kepala leon kesal,

"sekali lagi lo alesan lagi, gue panggil doi nih buat nonjok lo" ancam naren yang sudah mengetahui hubungan prita dan leon.

"ck, iyaudah gue mau"

Semuanya bersorak, siapa yang tidak senang stok anak basket yang selalu dikenal ganteng-ganteng akan ditambah walaupun hanya sementara.

"tapi nilai praktek basket saya ditambahin ya pak?"

Namun kini, semuanya berdecak pelan. Menatap leon yang memang selalu terlihat ambis untuk nilai pelajaran.

***

Suara gemuruh langit menyelimuti sekolah, lapangan yang sudah mulai tergenang air kini menyambut leon yang keluar kelas.

Ia menggeleng pelan, tidak mengerti lagi dengan langit, tadi pagi sangat cerah dan sekarang hujan deras.

Lalu tangannya membuka sleting tas dan mengeluarkan hoodie hitamnya. Ia langsung memakainya dengan santai karena hanya ada beberapa orang saja yang berada di sekolah.

Karena yang lain, mungkin sudah pulang duluan. Lain dengan dirinya yang harus mencatat materi terlebih dahulu di papan tulis.

Ia menoleh saat mendengar langkah kaki yang begitu cepat mulai jelas ditelinganya.

Terlihat prita yang lari dengan wajah panik mendekat ke arahnya.

Leon melambaikan tangannya,

"sorry gue nggak kabarin lo—"

Aku dan AltairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang