41. Exhausting Day

68 10 2
                                    

Kamu adalah orang yang sederhana,
Hingga mencintaiku juga
Dengan cara yang begitu sederhana.
Tapi dari semua kesederhanaanmu...
Mengapa perasaan ini begitu
Luar Biasa?

-Prita Kanahaya

***

Syifa duduk di kursi meja riasnya, setelah melamun beberapa saat, tangan lentik itu membuka laci dan mengambil selembar foto.

Ia menatap foto itu sebentar, lalu menggeleng.

"mereka nggak mungkin sama" gumam wanita berjilbab itu.

"nggak mungkin kan?"

***

Leon dengan fokus membidik kameranya, selain membuat dokumentasi dalam perlombaan olahraga, ia juga harus menangkap gambar para peserta yang sedang latihan seperti sekarang ini.

"leon!"

Leon tidak menoleh, ia tau suara cerewet yang sudah tidak asing lagi di telinganya.

Walau ia tidak akan menoleh, cewek itu pasti menghampirinya juga.

"tirex! Gue panggilin dari tadi"

Barulah leon menoleh, menatap prita yang sudah terbalut seragam karate berwarna putih dengan sabuk hitamnya.

Lalu cowok itu fokus kembali dengan kameranya,

"jangan sekarang deh ta, gue lagi sibuk"

"cih! Gue juga lebih sibuk ya!"

Setelah mengatakan itu dengan nada kesal, prita berjalan menjauhi leon. Membuat leon kembali tenggelam dengan dunianya.

"yon! Awas!"

Leon seketika mendongak, gerakan refleksnya membuat bola yang harusnya terkena wajahnya kini melenceng ke samping.

Seseorang yang tadi memanggil leon itu berlari mendekat. Naren, teman sekelasnya sekaligus anak basket yang tengah latihan.

"lo nggak apa-apa?"

"santai" jawab leon.

Namun Naren berdecak, dia menoleh ke arah dion yang tadi melempar bola.

"lo kenapa sih dion? Kenapa permainan lo jadi jelek kayak gini?!" protes naren.

"sorry, gue lagi nggak fokus. Kaki gue terkilir tadi"

Namun Naren tetap mendengus kesal, membuat para pemain basket lain ikut kesal kepada sang kapten basket.

Leon yang sedari tadi hanya menjadi pendengar itu kini menepuk bahu  naren.

"udah nggak papa, dia juga kan nggak sengaja. Gue pergi dulu"

***

"aku ingin begini, tapi nggak mau begitu. Ini itu ini itu banyak sekali... Semua-semua-semua dapat dikabulkan. Dapat dikabulkan dengan duit yang banyak..."

Prita berjalan di koridor, bersenandung lagu kartun yang sering ia tonton tapi ia seenaknya mengubah liriknya.

Langkahnya berhenti saat melihat dion yang tengah duduk di kursi depan kelas sambil memegang kakinya, cowok itu sesekali meringis sambil menekan kakinya sendiri hingga tatapan mereka bertemu.

Prita berdehem pelan, berusaha tidak perduli. Cewek yang masih memakai seragam karate itupun berjalan dengan cepat. Namun setelah beberpa langkah melewati dion, ia berdecak dan berbalik menghampiri cowok itu.

"kenapa lo?"

"hah?" tanya dion kaget.

"ish! itu kaki lo kenapa?"

Aku dan AltairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang