Setelah kejadian semalam yang membingungkan untuk Hana, kini pagi yang cerah pun menyambutnya.
Aktifitas pagi hari seperti biasa sebelum berangkat, Hana memakai batik sekolah dan Farzan memakai setelan jas yang rapih.
Pasti ke kantor.
Setelah makan malam itu, Farzan tidak memarahinya dan bersikap seperti biasa namun Hana bisa merasakan jika Farzan menahan kekesalannya.
Apa dirinya harus minta maaf? Hana benar di buat bingung.
Gadis itu menyampirkan tasnya di bahu kiri lalu turun menyusul Farzan yang sudah dihalaman depan memanasi mobilnya.
"Udah siap?" Tanya Farzan, saat melihat Hana menghampirinya dengan seragam lengkap.
"Udah Pak. Jawab Hana.
Mereka tidak sarapan karena Farzan harus berangkat pagi, dan menyuruh Hana sarapan disekolah.
"Ayo masuk." Hana pun mengangguk lalu masuk kedalam mobil.
Didalam perjalanan, Farzan memang selalu diam tapi membuat Hana tidak nyaman.
"Ehmm.. Pak?" Hana memberanikan diri untuk bicara duluan.
"Hmm.. Kenapa?" Jawab Farzan yang masih fokus kedepan.
"Aku mau minta maaf soal kemarin." Ucap Hana dengan pelan namun tetap terdengar oleh Farzan.
Farzan diam untuk beberapa saat lalu mengangguk, "Hmmm.. Iya." Jawab Farzan singkat.
Huft..
Hana hanya bisa menghela nafas, dirinya belum sedewasa itu untuk mengerti perasaan pasangan apalagi suami. Hana pacaran saja tidak lalu tiba tiba menikah dengan gurunya tampa proses dulu.
Bahkan Hana belum mengenal Farzan lebih jauh lagi, Hana hanya bisa menangkap beberapa kebiasaan Farzan dan lalu malam tadi pun membuatnya tau hal baru lagi tentang Farzan.
"Udah sampai." Ucap Farzan dan membuat Hana sadar dari lamunannya.
Hana jadi heran pada dirinya sendiri karena sering melamun.
"Iya.." Hana menyalimi tangan Farzan, "Aku sekolah dulu Pak, Assalamualaikum." Pamit Hana.
"Walaikumsalam."
Setelah Hana turun dari mobilnya, Farzan langsung menjalankannya dengan kecepatan tinggi.
Hana sempat terkejut dan berpikir yang macam macam.
"HANA!" Teriak Bunga dan langsung merangkul Hana.
Hana terkejut, "Astaghfirulloh Nga.. Bisa gak sih jangan ngagetin?" Tersangka hanya cengengesan saja.
"Lo gak dimarahin kan?? Semalem lo gak bales chat gue loh??" Belum apa apa Bunga sudah mencecar pertanyaan.
"Gak apa apa kok tenang aja." Hana menjawab dengan senyuman, padahal jantungnya dari semalam terus berdebar.
Hana dan Bunga berjalan bersama memasuki kelas.
Di tempat lain.
Kantor cabang Mahardika.
"BIMAAA!" Farzan berteriak saat memasuki lobby perusahaannya memanggil asisten pribadinya sekaligus tangan kanannya.
Semua karyawan yang sedang berlalu lalang terkejut dan semua langsung terdiam menunduk.
Untuk kali pertamanya melihat bosnya marah seperti ini.
Bima dari kejauhan berlari tergesa gesa menghampiri Farzan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband, My Teacher. (Selesai) MASIH REVISI
Aktuelle LiteraturFollow dulu yuk sebelum baca.. . . Tidak pernah menyangka dengan alur hidupnya yang harus menerima jika sekarang dirinya sudah menjadi seorang istri. Menikah karena dasar perjodohan yang lebih dominan karena Ayahnya yang menentukan semua ini tanpa...