Sore itu menjadi moment berharga lagi bagi Hana, masih tidak menyangka dengan kehidupannya sekarang. Mendapatkan Farzan, bahkan mengandung anak Farzan. Lalu teman-teman yang juga selalu ada untuknya.
Kebahagiaan yang sempurna, Hana bersyukur mendapatkan itu semuanya.
Farzan memeluk Hana dari belakang, "Sayang, masuk ya dingin.." Saat ini Hana berdiri di balkon kamar memandangi bintang malam yang berkelip indah.
Setelah acara sederhana tadi, yang awalnya menegangkan akibat Caca dan Vino. Namun setelahnya berjalan dengan lancar.
Pasangan itu sampai akhir tidak memberitahukan apa yang terjadi pada mereka, namun Hana bisa menangkap jika itu adalah kebahagiaan untuk mereka, karena Hana melihat tatapan Caca dan Vino yang membara karena cinta.
Ya, pada akhirnya Vino memilih cinta yang seharusnya dia berikan pada orang yang tepat. Dan tentu itu adalah Caca.
"Sayang.. Masuk ya, kasian baby pasti kedinginan," Hana pun mengangguk dan masuk ke kamar.
Farzan mengunci pintu balkonnya, lalu menghampiri Hana yang duduk di tepi ranjang.
"Kamu kenapa?? Aku liat setelah selesai jadi banyak berpikir, apa yang dipikirin?" Tanya Farzan yang duduk disebelah Hana.
"Hmm, gak ada Mas.. Cuma masih gak nyangka aja aku bisa sampai seperti ini.." Hana tersenyum pada Farzan.
Cowok itu mengusap lembut pipi Hana, "Tentu, aku akan selalu membahagiakan kalian.. Apapun caranya.." Farzan mengecup kening Hana lalu memeluknya.
"Aku mencintaimu Mas," Ucap Hana pelan karena tertahan dalam pelukan Farzan, namun tetap terdengar.
Farzan lebih mencintai Hana dan kedua calon bayi mereka.
"Istirahat ya, kamu pasti lelah," Farzan menuntun Hana berbaring.
"T-tapi.. B-bukannya Mas.."
Farzan tersenyum melihat Hana yang gugup untuk membahas hal tadi siang, "Gak papa kok, kamu lebih penting.." Farzan mencium kening Hana lagi namun lebih lama.
"Istirahat ya sayang.. I love you.." Farzan mengecup bibir Hana yang selalu menjadi candunya.
"I love you more.." Balas Hana dan mengubah posisi tidurnya agar bisa memeluk Farzan.
Malam itu tidak terjadi apapun pada mereka, dan tertidur saling berpelukan melepaskan penat karena acara tadi.
Setelah beberapa hari berlalu dari acara sederhana itu, Hana selalu berdiam di rumah. Meskipun ada bibi yang menemani, tetap saja Hana merasa bosan.
Semenjak hamil mood Hana selalu berubah dengan tiba-tiba, Farzan juga sedang bekerja di kantor. Sempat dua hari lalu Hana di ajak ke kantornya agar tidak merasa bisan dirumah.
Perlakuan karyawan Farzan cukup baik dan ramah, meski pun pada awalnya merka heran kenapa ada anak kecil bersama bosnya. Namun Farzan mengumumkan siapa dirinya dan memberitahukan Hana sebagai istrinya, lalu Farzan juga mengatakan agar mereka harus memperlakukan Hana dengan baik.
Tapi lagi-lagi Hana merasa bosan diruangan Farzan yang hanya melihat sang suami sibuk bekerja, Hana ingin mengajak teman-temannya namun mereka memiliki janji lain dan tidak bisa menemani Hana.
Dan saat itu Hana tidak ingin sering-sering mampir ke kantor Farzan, Hana merebahkan tubuhnya diatas sofa lalu menghela nafas.
"Hah... Bosan." Hana menyalakan tv berharap ada siaran yang cukup mengobati bosannya, namun sayang siaran di jam seperti ini tidak ada yang menarik.
Hana kembali mematikannya lalu mengambil gelas berisi jus buah di atas meja dan meminumnya, segar. Hana melihat piring yang tadi terisi penuh camilan sekarang sudah kosong, Hana tidak menyadari sudah menghabiskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband, My Teacher. (Selesai) MASIH REVISI
General FictionFollow dulu yuk sebelum baca.. . . Tidak pernah menyangka dengan alur hidupnya yang harus menerima jika sekarang dirinya sudah menjadi seorang istri. Menikah karena dasar perjodohan yang lebih dominan karena Ayahnya yang menentukan semua ini tanpa...