Hari pun berganti begitu cepat, di kediaman Farzan sedari pagi sudah sibuk dengan orang-orang suruhannya untuk mendekor taman belakang.
Tidak terlalu mewah, hanya menyiapkan beberapa meja untuk makanan dan kursi, tambah sedikit hiasan. Saat Hana terbangun tidak ada Farzan di sampingnya.
Hana pun mencarinya ke kamar mandi namun tetap tidak ada, dengan masih memakai piama bermotif beruang pink ini Hana menuruni anak tangga dan betapa terkejutnya banyak orang berlalu lalang disana.
Mata Hana menangkap sosok yang dia cari tengah berdiri dengan tangan yang menunjuk kesana kesini, siapa lagi jika bukan tuan suami.
Farzan berbalik dan menatap istrinya yang masih berdiri di tangga, pria itu menampilkan senyum menawannya. Sedangkan Hana hanya diam tidak membalas, membuat Farzan langsung berlari menghampiri Hana.
"Sayang, selamat pagi.." Farzan memeluk dan mengecup kening Hana.
Setelah sholat subuh berjamaah tadi Hana tidur kembali, entahlah semenjak hamil rasanya malas melakukan apapun.
"Hmmm," Jawab Hana seperti enggan.
"Kenapa, hemm? Mau makan sesuatu?" Tanya Farzan menggandeng Hana dan turun dari tangga.
"Ini banyak orang kenapa?" Ibu hamil ini bukanya menjawab malah balik bertanya, ternyata kebiasaan Hana satu ini masih ada.
-_-"Bukannya ada makan bareng sama temen-temen kamu? Jadi aku bikin temanya outdoor aja, di taman belakang, mau liat?" Jelas Farzan, dan Hana mengangguk.
Mereka berdua pun berjalan menuju taman belakang, Hana cukup suka dengan persiapan yang Farzan buat.
"Gimana?" Tanya Farzan.
"Hmmm, bagus kok, gak terlalu ramai," Jawab Hana menganggukkan kepalanya.
"Iya, aku kan tau selera kamu," Farzan mengecup pelipis Hana. "Sarapan yuk, aku udah buatin susu, kasian baby pasti udah laper," Lanjut Farzan mengusap perut Hana yang sedikit terlihat membuncit.
Hana sarapan apa yang Farzan buat dengan lahap, mungkin baby mereka menyukai apa yang Farzan lakukan dan buat. Bahkan ke dua baby ini suka sekali menjahili papanya.
Hana sering menyuruh-nyuruh Farzan melakukan sesuatu, yang bahkan sampai tidak pernah Farzan pikirkan sama sekali dengan keinginan Hana.
Seperti kemarin malam, Hana ingin membeli eskrim dan nasi goreng depan komplek sebelah. Farzan pun menuruti keinginan sang istri.
Namun setelah makanan itu ada Hana hanya memakannya sedikit, dan menyuruh Farzan menghabiskan sekaligus. Bayangkan saja eskrim itu diletakan di atas nasi goreng.
Ekstrim bet dah..
Yang menyuruhnya malah melanjutkan tidur sambil menemani Farzan makan, Hana tidak beranjak dari kursinya sampai Farzan menghabiskan makanannya.
Sungguh luar biasa..
Hari sebelumnya juga Hana meminta Farzan meminta buah mangga ke tetangga yang punya pohon mangga, dan harus Farzan yang manjat.
Hey, seorang keturunan Mahardika manjat pohon mangga tetangga, lalu hanya meminta satu biji saja?
Otak Farzan benar-benar berpikir, kenapa gak beli aja di supermarket? Disana banyak macam-macam buah.
Farzan malu setengah mati, baru pertama kali melakukan hal-hal yang tidak pernah dia pikirkan. Namun Farzan merasa puas, bangga, dan bahagia saat melihat senyuman Hana yang terlihat senang dengan apa yang dia mau.
Rasa malu itu kalah dengan rasa bahagia yang dirasakan Hana, bahagia Hana adalah bahagianya juga. Farzan sangat mencintai Hana dan kedua anaknya.
Dan perisapam yang Farzan lakukan ini pun adalah bentuk cintanya pada Hana, apapun dia pasti akan lakukan untuk Hana. Asalkan bukan perpisahan, itu saja. Karena Farzan tidak akan pernah melepaskan Hana bagaimana pun dan apapun alasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband, My Teacher. (Selesai) MASIH REVISI
Aktuelle LiteraturFollow dulu yuk sebelum baca.. . . Tidak pernah menyangka dengan alur hidupnya yang harus menerima jika sekarang dirinya sudah menjadi seorang istri. Menikah karena dasar perjodohan yang lebih dominan karena Ayahnya yang menentukan semua ini tanpa...