"Aku gak bawa baju ganti." Ucap Hana tiba-tiba karena baru ingat, Hana hanya bawa satu baju saja waktu kemarin.
Farzan menoleh, "Gak papa pake punya aku saja."
Hana bingung membayangkan baju Farzan yang besar itu di dalam tubuhnya yang kecil.
"Kebesaran dong Pak."
"Iya juga ya.. Nanti aku suruh seseorang beliin baju buat kamu.. Lagian baju yang dari seserahan langsung di simpen di rumah kita." Jelas Farzan.
Hana sempat khawatir karena barusan memanggil Farzan dengan 'Pak', tapi kayanya dia gak engeh.
"Jangan deh.. Sore aja pulang ke rumah sana, Gimana?" Usul Hana.
"Hmm, boleh.. Nanti aku bilang sama mama." Hana mengangguk, ternyata tidak seribet apa yang dipikirannya.
Hana takut pikirannya tidak akan sejalan dengan Farzan, namun melihat Farzan yang selalu bilang 'iya' mungkin memang tidak seburuk saat di sekolah.
Hana baru tau sosok Farzan yang seperti ini, mungkin akan ada hal baru lagi tentang Farzan.
Tok tok..
Pintu kamar mereka tiba-tiba di ketuk dan seseorang dibaliknya memanggil, "Mas Farzan di tunggu di bawa sama Ibu dan Tuan."
Mata Hana memandang Farzan yang menatap kearah pintu, "Iya sebentar lagi kami turun." Sahut Farzan.
"Baik." Jawab seseorang disana mungkin maid atau penjaga disini Hana tidak tau.
Farzan bangun lalu berjalan menghampiri Hana, "Ayo, turun." Farzan mengulurkan tangannya.
Hana hanya memandang tangan Farzan yang mengambang itu, "Pegel loh kalo diliatin doang." Ucap Farzan lagi.
Hana berdiri, "Gak gandengan gak papa kan?" Tanyanya sambil menatap Farzan dan sesekali menatap tangan Farzan dengan posisi yang masih sama.
Farzan mengangguk lalu menurunkan tangannya, "Ya udah.. Ayo.".
Hana berjalan setelah Farzan, masih belum terbiasa jika harus melakukan skinship bersama Farzan meski status yang sudah jelas di mata hukum dan agama.
Kalo belum terbiasa harus gimana?
Hana bisa melihat mertuanya sudah menepati kursi makan disana saat Hana menuruni anak tangga.
"Ayo sini sayang kita makan siang bersama.." Ucap Dinda yang selalu antusias jika ada Hana. Entahlah Dinda sudah menyukai Hana dengan pandangan pertama.
"Iya Ma.." Hana duduk disebelah Farzan dan mulai menyajikan untuk Farzan terlebih dahulu.
Farzan hanya menatap Hana dalam diam, ternyata gadis SMA sudah paham dengan apa tugasnya, walau tidak semua dan Farzan yakin.
"Emm.. Lauknya mau yang mana?" Tanya Hana karena memang mereka masih belum tau apa yang disukai dan tidak disukai, termasuk makanan.
"Sama ikan saja." Jawab Farzan yang di angguki Hana.
Kedua bola mata Bram dan Dinda menatap interaksi anak dan menantunya bahagia, apalagi Dinda. Dinda sangat percaya pada Hana jika gadis itu bisa menjaga dan merawat Farzan dengan baik.
"Ayo silahkan dimakan.." Ucap Bram memulai makannya dan di ikuti yang lainnya.
Hana sempat memperhatikan sekitar, ternyata jika sedang makan tidak ada karyawan rumah ini yang berlalu lalang, benar disini tata krama dan disiplin sangat kuat.
Dan Hana beruntung karena dirinya bukan orang pembangkang.
Di lingkaran meja makan ini hanya terdengar denting sendok dan piring, tidak ada yang berbicara kecuali Dinda menyuruh atau menawarkan jika ingin menambah.
Hana melihat Dinda sungguh sangat sempurna, cantik dan juga berhati lembut. Apa dirinya bisa menjadi istri seperti Hana untuk Farzan? Entahlah.
Hana menuangkan air untuk Farzan saat melihat gelas pria itu sudah hampir habis.
"Makasih.." Ucap Farzan sambil tersenyum.
Deg.
Hana sempat terkejut melihat senyuman Farzan yang pertama kalinya, dan itu seperti bukan Farzan biasanya. Farzan terlihat tampan saat tersenyum.
Hana menggelengkan kepalanya pelan,
Jangan ngadi ngadi makan aja. Batin Hana.Setelah makan siang bersama selesai mereka masih duduk disana dan membiarkan para maid membereskannya.
"Hana mau ngapain?" Intruksi Dinda yang terlihat terkejut saat Hana sedang membereskan piring kotor untuk di tumpuk.
Hana pun terkejut saat mendengar suara Dinda, hingga wajahnya terlihat imut saat bengong seperti ini, "Ehh.. Hana mau beresin.." Ucapnya pelan dengan raut yang masih bengong.
"Aduhhh sayang.. Gak usah udah simpen lagi, sama maid aja gak papa." Ucap Dinda lembut membuat Hana menyengir.
Astaga sangat menggemaskan, Farzan tidak bisa menahannya jika seperti ini terus.
"Tika.." Panggil Dinda dan muncullah seorang wanita yang umurnya sekitar 30tahunan menghampiri dan menunduk, "Tolong ya ini." Sopan sekali Dinda untuk sekedar memerintah pada bawahnya.
"Ekhem." Farzan berdehem, "Ma, Pa.. Farzan sama Hana mau langsung pindah ke rumah kita." Ucap Farzan dengan hati hati.
"Lohh.. Kok langsung pindah sih.. Kenapa?" Bram cukup terkejut dengan ucapan Farzan.
"Gak kenapa kenapa. Lagian besok Hana mulai masuk sekolah dan aku juga bakal ke kantor pagi, jadi biar deket jaraknya." Jelas Farzan.
"Kantor?" Beo Hana pelan namun masih terdengar oleh semuanya.
"Ohh iya, Hana belum tau pekerjaan Farzan yang sebenarnya ya?" Tanya Bram yang di angguki Hana.
"Farzan memegang beberapa cabang perusahaan dari Papa, karena Papa gak sanggup ngurus sendiri, kamu juga liat Papa udah tua begini." Bram menjelaskan dengan di akhiri kekehan.
"Ehh.. Engga kok, Papa masih kelihatan seger malah." Puji Hana.
"Aduhh Ma, Papa di puji menantu nih gimana?" Goda Bram pada Dinda-istrinya.
Dinda hanya ikut tertawa, "Terus, Farzan ngajar disekolah kamu sebagai guru olahraga itu memang keinginannya yang mau menjadi guru olahraga. Farzan sangat bagus dan suka dalam berolahraga makanya dia melakukan pekerjaan itu." Lanjut Dinda menjelaskan.
Hana sekarang tau fakta lain dari sosok Farzan, pantas saja jika alasannya seperti itu, karena Hana tidak yakin jika kekayaan keluarga Mahardika sebanyak ini untuk apa Farzan menjadi guru magang.
Hana hanya mengangguk mengerti tak mengerti dengan pembicaraan Dinda dan Bram, satu hal lagi yang sangat jelas dan kentara dimata Hana, mertuanya ini tenyata pandai berbicara bahkan sampai sekarang mereka masih berbincang dengan banyak topik yang disatukan, terhitung dari selesai makan siang tadi, mungkin akan nyambung sampai makan malam jika seperti ini.
Hana merasa pegal duduk terus seperti ini, walau kursi ini jelas terlihat mahal dengan ukiran yang sangat cantik seperti model pahatan eropa.
"Pa, Ma..Kita mau siapin barang-barang dulu yang belum sempet Farzan pindahin kemarin." Sela Farzan saat orang tuanya masih asik dalam perbincangan.
"Ohh ya udah, Maaf ya kebiasaan kalau udah asik suka lupa ya Pa.." Ucap Dinda.
"Hehe iya bener.. Ya udah kalian ke kamar dulu aja." Sahut Bram.
"Kita ke atas Pa.." Pamit Farzan yang di ikuti Hana.
Saat di pertengahan tangga Farzan tiba tiba menoleh, "Jangan heran." Satu halis Hana naik, "Mereka." Ucap Farzan sampil merilik kedua orangtuanya yang masih betah duduk disana.
"Iya gak papa Pak.." Jawab Hana, namun helaan nafas Farzan yang setelahnya terdengar.
Hana bingung memandangi punggung Farzan yang berjalan didepannya.
TBC.
.
.
.
Part ini gimana? Seneng gak sih dapet mertua kaya Bram sama Dinda? Komen disini ya 👉
.
.
Jangan lupa like ya...
See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband, My Teacher. (Selesai) MASIH REVISI
Ficción GeneralFollow dulu yuk sebelum baca.. . . Tidak pernah menyangka dengan alur hidupnya yang harus menerima jika sekarang dirinya sudah menjadi seorang istri. Menikah karena dasar perjodohan yang lebih dominan karena Ayahnya yang menentukan semua ini tanpa...