Nyambung yuu sama yang kemarin..
Ceritanya cocok sama lagu Utopia ~ Hujan nih. . .
Coba aja sambil dengerin..
Tapi jaga perasaan ya..
.
.
Haha gak jelas ya??
Emang... :D
.
.
Langsung aja lah baca..
Happy Reading zeyeng.. 🌸🌸Ternyata langit tidak berpihak pada Vino dan Caca, mereka berdua kehujanan untung saja sebentar lagi sampai di kediaman Caca.
Vino menekan klaksonnya dan gerbang besar berwarna putih itu terbuka, Vino menancapkan gasnya agar segera tiba. Jarak gerbang kedalam saja cukup lumayan.
Motor Vino berhenti tepat di depan pintu rumah Caca dan untuknya saja di sini tidak kehujanan.
"Non Caca.." Maid yang melihat Caca lamgsung menghampirinya, "Non kenapa naik motor?" Khawatir Desi salah satu maid.
Caca turun dari motor, "Makasih Vino.. Masuk dulu ya, baju lo juga basah." Ucap Caca.
Vino memandang ketiga maid yang di belakang Caca menganggukkan kepalanya. Entah itu tanda apa tapi Vino pun memilih turun dari motornya.
"Sekali lagi makasih ya lo udah anterin gue pulang." Ucap Caca yang suaranya masih serak.
"Hmmm, gak masalah." Jawab Vino mengikuti langkah Caca dan ketiga maid tadi.
"Non maafin kami karena lama menjemput non." Ucap Eni salah satu maid tadi.
Caca hanya tersenyum dan mengangguk, "Non air hangat sama baju gantinya sudah disiapin." Ucap Desi yang muncul dari kamarnya. "Buat temen non Caca juga sudah saya siapin." Lanjutnya.
"Makasih ya.. Tolong buatin teh hangat juga."
"Baik non."
Vino yang memang pernah beberapa kali main kerumah Caca melihat semua yang terjadi barusan tidak aneh lagi, Caca memang di perlakukan sebagai ratu di rumah ini. Meskipun terkadang Vino heran karena tinggah Caca yang kadang lemot.
"Vin masuk." Ajak Caca yang sudah masuk ke dalam kamarnya.
"Lo gak takut apa masukin cowok ke kamar begini? Gue juga cowok normal loh." Ucap Vino tapi tetap masuk kedalam -.-
"Gue percaya kok.. Karena lo kan gak suka sama gue, jadi gak mungkin kan?" Ucap Caca.
Deg.
Entah kenapa perkataan Caca barusan ada yang nyeletit di jantungnya.
"Lo di kamar mandi itu ya gantinya." Tunjuk Caca pada pintu yang di ujung.
"Hmmm, oke." Vino pun berjalan memasuki tempat yang di tunjuk Caca, ternyata kamar mandi.
Sedangkan Caca masuk ke ruangan satunya lagi yang dimana ratusan baju bajunya bergantung disana, di ruangan ini untungnya ada kamar mandi cadangan jadi Caca tidak perlu menunggu Vino.
Vino selesai berganti begitu juga Caca keluar dari ruangan khususnya mereka saling pandang sesaat sebelum Vino yang memutus duluan.
Caca berdehem untuk menormalkan detak jantungnya yang entah kenapa berdebar dengan kencang. Caca menggelengkan kepalanya.
Caca melihat di nakasnya sudah ada dua gelas teh hangat dan beberapa biskuit.
"Vin, diminum dulu." Caca menyerahkan satu gelas untuk Vino."Makasih." Ucap Vino menerima gelasnnya.
Vino memandang Caca diam-diam sambil meminum teh hangatnya, setiap hari setiap bertemu Caca dirinya selalu saja berdebat, entah apa yang membuatnya dan Caca harus adu mulut.
Dari segi manapun Caca terlihat cewek polos dan manja tentu selalu baik juga. Vino selalu membenarkan itu tentang Caca. Namun tidak tau hawa dengan Caca di sekolah selalu ingin cekcok.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband, My Teacher. (Selesai) MASIH REVISI
Aktuelle LiteraturFollow dulu yuk sebelum baca.. . . Tidak pernah menyangka dengan alur hidupnya yang harus menerima jika sekarang dirinya sudah menjadi seorang istri. Menikah karena dasar perjodohan yang lebih dominan karena Ayahnya yang menentukan semua ini tanpa...