Halo semuanyaa...
Selamat Idul Adha..
(Maaf telat ucapinnya..)
.
Ketemu lagi sama kami..
Gimana kabar kalian?
Sehat?
Harus selalu sehat ya!!
.
Pada kangen author gak??
Apa kangen Dika??
.
Oh iya, nanti di episode terakhir Dika bakal kasih tau alasan kenapa dia masih jomblo..
.Lalu kalian pada mabok daging gak nih??
😂😂.
.
.Satu hari sebelum acara opening Cafe, malam ini Vino dan Caca memutuskan untuk bertemu. Tempat pertemuan mereka hanya ditaman dekat rumah Caca, dan Vino lebih dulu sampai disana.
Vino sengaja tidak menjemput Caca, dan menunggu di taman ini sendiri. Ah, tidak sendiri, dirinya ditemani langit malam yang tanpa bintang, angin yang juga berhembus dingin menusuk kulitnya. Tapi itu cukup membuatnya tenang.
Suara mobil Caca terdengar, Vino menolehkan kepalanya. Gadis yang dia cintainya bahkan sampai detik ini, namun sekarang rasa itu menjadi terasa hampa.
Caca berjalan menghampiri Vino yang duduk dikursi taman, "Maaf udah buat nunggu lama." Ucap Caca saat sudah berada didepan Vino.
Vino menepuk tempat kosong disampingnya, mengisyaratkan agar Caca duduk disana- disampingnya.
Keduanya diam dan larut dalam pikirannya masing-masing, mereka tidak suka dengan suasana seperti ini. Sungguh bukan sama sekali hal yang diinginkan.
"Vin?" Caca memberanikan diri untuk menggengam sebelah tangan Vino.
Dan Vino menoleh, melihat dengan begitu jelas wajah Caca sebelum suatu saat nanti dirinya lupa dengan apa yang tergambar dalam ingatannya.
Caca kembali diam, bibirnya seolah terkunci. Atau lebih tepatnya tidak bisa mengatakan apapun lagi, jantungnya berdegup kencang dan membuatnya merasa sakit.
Sekarang Caca menunduk, tidak sanggup untuk menatap mata Vino. Selama satu tahun dirinya memiliki perasaan yang hanya sepihak, namun tak menyangka dengan berjalannya waktu perasaannya terbalas.
Tapi yang lebih tidak menyangka dengan hubungan ini, hubungan sekarang yang bahkan bisa dibilang tanpa ada jalan lagi namun ingin tetap saling bertahan.
Vino kini yang menggenggam tangan Caca, mata Caca terasa panas. Bahkan dipelupuk matanya sudah tergenang air mata yang kapan saja akan jatuh saat mata gadis itu mengedip.
"Sebenarnya aku gak tau dan mau bicara apa lagi... Tapi hati aku gak tenang jika tidak melihatmu.. Hah.." Vino menghela nafas begitu keras, lalu menggusar rambutnya dengan kasar. "Hanya beberapa hari saja tidak saling bertemu dan berkomunikasi.. Rasanya sudah membuat aku gila.." Lanjut Vino sambil mendongakkan kepalanya.
Air mata Caca luruh dengan sempurna, gadis ini pun sama merasakan apa yang Vino rasakan. Dirinya juga merasa gila jika harus seperti ini, bahkan hati Caca lebih lama mencintai Vino. Dan sekarang harus mengalami hal yang tidak diinginkan.
"Tetaplah disini.. Tetap disampingku untuk saat ini.. Hanya beberapa menit saja- ah tidak, aku ingin tiga puluh menit saja kamu temani aku disini.. Tidak perlu bicara apapun.." Ucapan Vino membuat mata Caca membulat.
Apa yang di maksud Vino?
Namun Caca mengikuti apa yang Vino minta, dirinya hanya diam disamping Vino. Dengan sesekali mengusap air matanya yang tiba-tiba terjatuh.
Tangannya yang di genggam Vino, rasanya tidak ingin terlepas. Andai saja waktu bisa terhenti saat ini, Caca ingin sekali menghabiskn waktu lebih lama dari tiga puluh menit itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband, My Teacher. (Selesai) MASIH REVISI
Aktuelle LiteraturFollow dulu yuk sebelum baca.. . . Tidak pernah menyangka dengan alur hidupnya yang harus menerima jika sekarang dirinya sudah menjadi seorang istri. Menikah karena dasar perjodohan yang lebih dominan karena Ayahnya yang menentukan semua ini tanpa...