Gak mau semuanya cepat berakhir..
Gimana dong 😩😭😭😭Setelah pulang dari acara makan malam dan tiba di rumah lumayan larut, Hana langsung mandi duluan dan sesudahnya membuatkan teh hangat untuknya dan Farzan.
Gadis yang sudah menjelma menjadi wanita ini sedang duduk diatas kasur sambil melamun, sampai Farzan menghampirinya pun tidak sadar.
"Astaghfirulloh.." Hana terkejut saat Farzan tiba-tiba memeluknya. "Kaget aku." Ucap Hana mengusap dadanya.
"Kamu lagi mikirin apa?" Tanya Farzan yang tidak mau melepaskan pelukannya.
"Hmm.. Tidak ada." Bohong Hana yang terlihat jelas karena memalingkan wajahnya.
"Jangan bohong sayang.." Farzan mencium pipi Hana.
"Emmm.. Sebenarnya sedikit kepikiran soal tadi sih, Mas~" Jawab Hana.
Farzan pindah duduknya menjadi didepan Hana dan sekarang mereka saling berhadapan, Farzan memegang kedua pipi istri kecilnya agar saling bertatapan.
"Gak papa.. Jangan terlalu memikirkan hal itu sayang.. Kita percayakan saja sama yang maha pencipta." Tutur Farzan membuat hatinya sedikit tenang.
"Tapi, Mas-" Farzan menyimpan ibu jarinya di bibir Hana agar sang istri tidak melanjutkan ucapannya.
"Tidak sayang.. Kita terima saja apa yang akan terjadi." Farzan menyatukan kening mereka, "Kalo begitu.. Bagaimana jika sekarang kita melakukannya?Hemmm." Farzan menaik turunkan alisnya.
Hana menjauhkan wajahnya lalu memandang Farzan dengan kening mengkerut. "Ayolah sayang.." Farzan mencolek dagu Hana membuat cewek itu terkekeh.
"Gak cocok Mas kalo kaya gitu.." Hana menutup wajah Farzan karena tidak tahan melihat ekspresi sang suami yang berusaha sedang menggodanya.
"Heii.. Jangan ditutupin sayang, kan aku lagi godain kamu.." Namun Hana langsung berbaring dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Heii sayang.. Lohh kok malah gitu.." Farzan mengguncangkan tubuh Hana, namun sang istri tidak membukakan selimutnya. "Ayolah sayang.. Sayang hei.." Farzan terus merajuk membuat Hana tertawa didalam selimut.
Suasana hatinya kembali tenang karena Farzan.
"Tidur Mas.." Ucap Hana menyembulkan kepalanya.
"Gak mau." Farzan menaiki Hana yang terhalang selimut.
"Ngapain Mas? Berat tau ih.." Hana menggerakan tubuhnya namun Farzan tidak turun.
"Sayang.." Farzan masih saja merajuk.
"Haha.. Ampun mas geli.. Haha." Pria ini malah menggekitiki dirinya yang terkurung, Hana tidak bisa menghindar jika seperti ini.
"Apa hemmm??" Farzan terus menggelitikinya.
"Ampun mas.. Gak kuat ih geli.. Hahaha.." Nafas Hana memburu saat Farzan menghentikan ulahnya.
Farzan mendekatkan wajahnya lalu mencium Hana dengan lembut, membuat Hana terhanyut dengan yang Farzan lakukan hingga kedua tangannya melingkar di leher Farzan.
"Ahh.." Wajah Hana memerah saat ciuman mereka terlepas, tatapan mata Farzan sudah sayu Hana menjadi tidak bisa menolak keinginan Farzan.
"Sayang.." Bahkan suara Farzan sudah serak, Hana menganggukkan kepalanya memberi Farzan izin.
Farzan kembali mencium bibir Hana dan melumatnya seperti menuntut meminta lebih. Farzan menyibakan selimut yang menghalanginya sedari tadi sampai terlepas kembali bibir mereka.
Farzan memanfaatkan ini untuk melepaskan bajunya dan sekarang bertelanjang dada, nafas Hana memburu dengan wajah yang memerah membuat jiwa laki Farzan langsung naik 100%.
Farzan menundukan tubuhnya lagi dan mencium Hana dengan tangannya yang mulai membuka satu persatu kancing piama Hana.
Bibirnya kini beralih pada leher putih Hana mengecupnya membuat Hana mendesah tertahan karena mengigit bibirnya.
"Jangan ditahan sayang.. Pliss." Bisik Farzan membuat Hana merinding.
Farzan melanjutkannya lagi dan kini Hana melepaskannya, "Ahh.." Farzan memberikan banyak tanda di area yang tidak akan terlalu terlihat.
"Mash Farzann eunghh.." Hana menggeliat karena permainan tangan Farzan. Farzan sudah tidak tahan lagi dan mereka melanjutkannya sampai Farzan mengeluarkannya berkali kali dan memintanya lagi meski Hana sudah kehabisan tenaga.
🙄🙄
🌸
🌸
Berbeda dengan malam yang menyenangkan untuk pasutri disana, di rumah mewah yang hanya keheningan Caca memandang langit malam dan bulan di jendela kamarnya.
Hatinya sedang bingung dan memikirkan kejadian siang tadi dengan ucapan Vino.
Flashback on..
"Ca.. Tunggu gue mau bicara.." Vino menarik lengan Caca tanpa menunggu jawaban dari cowok ini.
Caca sampai meringis merasakan perih di pergelangan tangannya, sampai Vino membawanya ke taman belakang yang tidak banyak murid berlalu lalang.
"Sorry.. Ini pasti sakit." Vino mengusap pergelangan Caca yang memerah dengan ibu jarinya.
Gadis itu langsung menepis tangannya, "M-mau ngomong apa?" Tanya Caca tanpa menatap pada lawan bicaranya.
"Gue minta maaf, Ca.." Vino menatap Caca yang terlihat enggan.
"Jangan di bahas sekarang, Vin." Caca memegang lengan satunya dengan rasa yang tidak tau ini apa.
"Engga, Ca.. Ucapan gue waktu itu serius.. Gue bakal berusaha dan untuk memastikan perasaan asing ini, gue harap lo juga mau bantu buat yakinin gue.." Ucap Vino lalu memegang bahu Caca agar melihat ke arahnya.
Caca tidak tau harus bagaimana sekarang, hatinya ingin sekali memiliki Vino namun otaknya terus bersikeras menolak untuk tidak banyak berharap.
"Vin-"
"Pliss Ca.. Gue juga gak mungkin kan nerusin perasaan gue buat Hana yang udah punya suami?? Gue bukan cowok brengs*k kaya gitu.." Lanjut Vino memotong ucapan Caca yang hendak menolak.
Benar yang dikatakan Vino, tidak mungkin juga untuk merebut Hana yang sudah sah dimata hukum dan agama. Lalu, apa Vino bisa mencintainya?
"Ca, lihat gue.." Caca mendongak karena kedua tangan Vino memegang pipinya agar menatap matanya. "Lo mau bantu gue kan Ca?" Caca melihat keseriusan di bola mata Vino.
"T-tapi gue takut Vin.." Caca menunduk kembali dan memilin kedua tangannya.
"Gue bakal buktiin sama lo.. Gue akan berusaha agar tidak nyakitin lo.. Lo juga berhak buat negur gue atau marah sama gue kalo gue ngelakuin salah.." Vino kembali mendongak wajah Caca.
Tidak dipungkiri Caca memang cantik, cewek imut blasteran ini siapa yang tidak akan terpikat. Caca banyak fans cowok di sekolah meski selalu Caca cuekin karena memang cewek ini kurang peduli soal itu, tapi Caca ramah dan baik.
"Lo mau kasih kesempatan buat gue??"
Krriiiingg.. Krrriinggg...
Ahhh..
Lamunan Caca tersadar karena bunyi ponselnya yang berbunyi, Caca berdiri dan mengambil ponselnya untuk melihat siapa yang menelponnya dimalam hari begini.
Mom is calling..
Ternyata mamihnya.
Caca pun mengangkat panggilannya dan bertukar kabar dan melepas rasa rindu karena sudah hampir satu bulan tidak bertemu dengan kedua orangtuanya.
.
.TBC❤ MHMT ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband, My Teacher. (Selesai) MASIH REVISI
General FictionFollow dulu yuk sebelum baca.. . . Tidak pernah menyangka dengan alur hidupnya yang harus menerima jika sekarang dirinya sudah menjadi seorang istri. Menikah karena dasar perjodohan yang lebih dominan karena Ayahnya yang menentukan semua ini tanpa...