Nembak..

13K 1K 18
                                    

Setelah menempuh beberapa jam yang melelahkan, akhirnya mereka semua tiba di vila milik Caca. Bahkam rasa lelah yang dirasakan langsung hilang saat melihat pemandangan indah didepan mata mereka.

Laut biru dan pasir putih seolah berkilauan dimata mereka, tentu saja mereka baru kali ini lagi berlibur ke pantai dan berlibur bersama seperti ini juga untuk pertama kalinya.

"Masuk dulu yu.. Simpen barang-barang atau mau istirahat dulu terus main di pantai." Ucap Caca.

"Iya kita masuk dulu saja istirahat." Sahut Hana.

"Kamu lelah sayang?" Tanya Farzan mengusap kepala Hana.
Mereka semua berjalan masuk kedalam vila.

"Waaawww keren banget Ca suasana vilanya.." Kagum Dika yang melihat ornamen vila yang bernuansa eropa klasik.

"Hemm.. Biasa mamih." Jawab Caca sambil terkekeh membayangkan saat sang mamih ingin membuat Vila disini dengan tema kesukaannya sampai mendiami sang papih selama lima hari.

"Ohh iya kamar kita dimana?" Tanya Farzan, mereka hampir saja melupakan itu karena terlalu asik dengan suasana baru ini. Berbeda dengan Farzan yang memang dia juga punya beberapa vila dengan berbagai macam nuansa.

"Ohh iya lupa, hehe.." Caca menggaruk kepalanya. "Pak Farzan sama Hana di kamar yang itu." Tunjuk Caca ke pintu dekat tangga menuju lantai dua, "Aku sama Bunga dipintu ketiga disana.." Tunjuknya lagi ke pintu yang terdapat gantungan namanya dengan ukiran cangkang kerang. "Hemm, Kak Bima mau gabung sama Vino dan Dika? Atau gimana?" Tanya Caca pada Bima.

"Hmm.. Saya sendiri saja gak papa.. Masih ada kamar kosong kan?" Tanya Bima.

"Ada kok, Kak sebelah sana." Tunjuk Caca. "Kalo begitu kita istrahat dulu dikamar masing masing terus kumpul lagi setelah lima belas menit ya di ruang tengah.." Lanjut Caca.

"Oke baiklah.. Gue juga mau rebahan pinggang gue kaku banget ini.." Ucap Bunga yang sedari tadi tumben tidak berkicau. Mungkin kelelahan.

Hana dan Farzan pun memasuki kamar lalu meletakan kopernya di dekat lemari, Hana duduk di pinggir ranjang sambil mengusap punggungnya.

"Kenapa sayang? Sakit ya?" Farzan duduk disamping Hana dan membantu mengusap punggung istri kecilnya.

"Hmmm sedikit Mas.. Soalnya udah lama gak pernah berpergian jauh lagi." Jawab Hana, "Makasih." Ucap Hana karena Farzan mengusap punggungnya.

"Istrahat dulu ya.. Kamu rebahan nanti aku usapin mau?" Tawar Farzan. Hana pun merebahkan tubuhnya diatas kasur rasa lega menjalar di urat tegangnya.

"Mas sini.." Hana menepuk kasur sebelahnya dan Farzan memposisikan dirinya disana menghadap sang istri.

"Mau tidur dulu? Kamu pusing ya?" Farzan mengusap kening Hana.

Hana mengangguk, "Iya.. Agak pusing Mas." Adu Hana.

Farzan mengecup kening Hana, "Tidur aja gak papa.. Nanti kita mainnya agak sorean ya? Biar aku yang bilang sama temen kamu." Hana menganggukkan kepalanya, lalu mencoba untuk tidur yang di temani Farzan.

🌸

🌸

Tok.. Tok..

Seseorang mengetuk pintunya, lalu pria dewasa ini bergerak membuka pintu, "Loh, Bunga? Ada apa?" Setau Bima ini masih belum lima belas menit untuk berkumpul kembali.

"Emm.. Mau ngecek Kak Bima aja.." Jawab Bunga membuat Bima mengerutkan keningnya. "G-ganggu ya?? Kalo gitu gue pamit deh-" Saat hendak berbalik Bunga tiba tiba ditarik masuk ke kamar Bima.

Bunga benar benar membelalak dengan posisi saat ini, dirinya yang terhimpit dinding dan tubuh Bima. Setelah pria itu menutup pintunya, bahkan Bunga yakin jika Bima dapat mendengar jantungnya.

"K-kak B-bima.." Panggil Bunga dengan terbata membuat Bima menyadari apa yang terjadi.

Refleks Bima mundur dua langkah, "S-sorry.. Tadi ada orang jadi saya refleks tarik kamu ke dalam.." Bunga hanya mengangguk, saat ini jantung nya merasa tidak sehat akibat degupannya yang tidak karuan.

Bima memalingkan wajahnya untuk menutupi raut merah karena untuk pertama kalinya berdekatan dengan seorang cewek, bahkan sampai jarak sedekat itu.

"Ekhemm.. Duduk aja disini.." Titah Bima untuk Bunga duduk di pinggir ranjang.

Dua orang berbeda jenis kelamin sedang berada di satu kamar, huhu otak Bunga mulai berkelana kemana mana memikirkan yang mungkin saja dia inginkan.
Haha.

Bima tetap berdiri di samping jendela yang ada di kamar itu, yang langsung memperlihatkan pemandangan pinggir pantai.

"K-kak Bima.. Mau gak jadi pacar gue?" Bima langsung menoleh dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan.

Bunga yang melihat itu menjadi was was jika dirinya kemungkinan akan ditolak, entah keberanian dari mana cewek bar bar ini untuk mengajak pacaran lebih dulu.

Bima yang merasa seorang cowok merasa malu, Bunga dengan beraninya mengajak pacaran sedangkan dirinya banyak yang harus di pikirkan lebih dulu.

Bima menghampiri Bunga dan duduk di depan gadis itu, "Saya merasa malu jika kamu memintanya lebih dulu.." Ucap Bima.

Bunga tidak tau harus menjawab apa, jika meminta maaf kan dirinya sedang mengutarakan perasaannya secara tidak langsung.

"Kak-" Bima menggelengkan kepalanya saat Bunga akan berbicara lagi.

"Biarkan saya yang bicara.." Sahut Bima dan Bunga menurut.

Bima memegang tangan Bunga dengan gugup, "Banyak yang membuat saya tertarik tentang kamu sejak bertemu saat itu.." Ah, Bunga yakin pertemuan saas di supermarket. Lalu Bunga mengangguk, "Harusnya bukan kamu yang mengajak saya pacaran.. Tapi harusnya saya yang mengatakan itu.." Kening Bunga mengerut tidak paham.

Bima menghela nafas sebentar, "Bunga, kamu mau jadi masa depan untuk saya?" Mata Bunga langsung membulat sempurna, bahkan Bima langsung melamarnya.

"K-kak?" Tanya Bunga dan Bima mengangguk seolah tau apa yang akan Bunga tanyakan.

"Mau.. Aku mau Kak.. Mau bangett.." Cewek itu langsung memeluk Bima, Bima yang tidak biasa menjadi tersentak membuat Bunga tertawa terbahak.

Tidak pernah menyangka jika Bima pun memiliki rasa ketertarikan dengannya. Bunga akan membuat hari hari Bima menjadi taman Bunga, seperti namanya.

My Husband, My Teacher. (Selesai) MASIH REVISI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang