Pagi ini..

6.4K 457 7
                                    

Meskipun baru empat bulan lewat beberapa hari, perut Hana terasa besar dan berat. Mungkin karena bayi mereka kembar.

Hana sering kesulitan saat tidur, dan membuat Farzan menjadi ikut kesulitan tidur karena menemaninya. Padahal Hana sudah membeli bantal khusus ibu hamil, tapi tetap saja masih merasa tidak nyaman.

Setiap malam Farzan selalu terbangun karenanya, memberikan air putih dan terkadang membantu mengusap punggungnya yang terasa nyeri.

Hana khawatir jika terjadi sesuatu pada Farzan jika terus menerus begadang seperti ini, belum lagi dirumah mulai renovasi lantai bawah. Farzan pasti merasa kelelahan.

"Mas.." Panggil Hana saat Farzan sedang mengancingkan jasnya.

"Kenapa sayang?" Tanya Farzan menghampiri Hana yang duduk di tepi kasur lalu mengecup kening Hana.

"Mas gak kenapa-kenapa kan?" Pertanyaan Hana ini membuat Farzan mengerutkan keningnya.

"Kenapa gimana sayang?" Farzan mengusap kepala Hana.

"Mas kalo kelelahan bilang ya.. Kerja juga jangan terlalu sibuk.." Lanjut Hana.

"Kamu kenapa sayang? Aku gak papa kok ini, aku udah terbiasa kok.." Jawab Farzan sambil menenangkan Hana yang mengkhawatirkan dirinya.

"Jangan sampe sakit ya.. Mas kan sering temenin aku begadang juga.." Ucap Hana dengan sedikit cemberut.

"Gak papa sayang.. Aku malah gak mau kamu kenapa-kenapa.. Aku yang khawatir sama kamu.." Farzan membawa Hana kedalam pelukannya dan mengecuk pucuk kepala Hana.

"Maaf ya Mas.." Ucap Hana pelan namun tetap terdengar oleh Farzan.

"Gak boleh bilang gitu, aku ini suami kamu hal seperti ini bukan masalah buat aku.. Kamu yang paling terpenting sekarang dan calon anak kita.. Aku gak papa ko sayang beneran.." Farzan menjelaskan sambil mengusap punggung Hana.

Hana mendongak dengan tubuh yang masih berada di pelukan Farzan, "Beneran??"

Farzan pun mengangguk sebagai jawaban lalu mengecup bibir Hana.
"Sarapan yuk sayang.." Ajaka Farzan,

Mereka berdua pun keluar kamar setelah Farzan selesai bersiap, Hana membantu membawakan tas kerja Farzan di tangan kirinya, karena tangan kananya di genggam Farzan.

Menuruni anak tangga dengan hati-hati, Farzan sangat menjaga Hana dengan baik. Memang baginya Hana dan kedua anaknya yang terpenting, Farzan tidak sempat memikirkan dirinya sendiri, namun dirinya juga selalu tidak memaksakan diri jika merasa lelah.

Karena Bima yang juga selalu ada bersamanya, sering kali mengingatkan untuknya beristirahat. Dan soal pekerjaan Bima bisa mengatasainya bersama rekan yang lain.

Farzan dan Hana menikmati sarapan mereka berdua, seperti biasa Hana selalu ingin meminum susu yang diseduh oleh Farzan. Dan itu langsung membuat moodnya menjadi lebih baik.

"Terimakasih sayang.." Ucap Hana menerima gelas dari Farzan, setelah mereka selesai memakan sarapannya.

Farzan mengecup kening Hana, "Ya sayang.." Jawab Farzan.

Farzan merasa lega karena Hana sudah tidak memikirkan hal tadi lagi, melihat Hana ceria dipagi hari seperti ini memberinya kekuatan untuk menjalankan keseharian yang sangat sibuk itu.

Farzan bahagia melihat Hana bahagia.

Cukup dengan itu, beban apapun yang ada di pundaknya terasa menjadi ringan.

Hana menjadi cahaya matahari yang membuatnya terus bersinar dan terasa hangat.

Farzan mencintai Hana, sangat.

My Husband, My Teacher. (Selesai) MASIH REVISI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang