Bayi kembar itu tertidur lelap di box bayi yang sudah disediakan, kedua orang tua Farzan pun sudah tiba. Dan sekarang mereka memiliki gelar baru, yaitu nenek dan kakek. Mereka berempat tak beranjak dan terus memperhatikan bayi kembar ini.
Hana berbaring di kasurnya, karena memang harus istrahat lebih banyak. Dan Farzan menemani Hana di samping.
Sedangkan Vino dan Dira, mereka pamit pulang beberapa saat lalu. Lalu Farzan menyuruh supir orang tuanya untuk mengantarkan mereka berdua.
"Ma.. Pa.. Ayah.. Bunda.. Kalian gak capek ya berdiri terus kaya gitu?" Tanya Farzan.
"Engga.." Jawab mereka kompak.
Hana dan Farzan saling tatap lalu terkekeh.
"Masya Allah.. Gemesin banget cucu kita ini.." Ucap Laras, "Nak, Bunda boleh cubit pipi nya?" Laras berbalik pada Hana.
"Ya, janganlah Bund." Sahut Farzan dengan cepat.
"Ya ampun Farzan.. Hahha.." Jawab Dinda dengan menggelengkan kepalanya, melihat reaksi papa baru ini.
Suasana dalam ruang rawat Hana terasa hangat, mereka bercengkrama karena memang sudah lama tidak bertemu akibat kesibukan mereka.
Farzan mengulum senyum melihat keluarga yang bahagia, ternyata ini garis takdir yang di rencanakan sang Pencipta.
Dengan kehadiran kedua jagoannya tambah melengkapi kebahagiaan pada keluarga, Farzan tak henti mengucap syukur dalam hati nya. Dan tangannya menggapai tangan Hana lalu mengecupnya.
Ini adalah kebahagiaan yang tak mampu di ungkapkan, bahkan tak dapat diukur.
"Ada apa?" Tanya Hana penuh kasih sayang. Farzan hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
Hana mengerutkan keningnya, Hana pun berusaha untuk duduk. Dan Farzan dengan sigap membantu Hana.
Hana memegang kedua tangan Farzan, tak memperdulikan para orang tua yang juga masih ada di ruangan. "Kenapa?" Tanya Hana sekali lagi.
Farzan tersenyum lalu mengusap lembut permukaan tangan Hana, "Aku merasa sangat bahagia.. Terimakasih." Jawab Farzan lalu mengecup tangan Hana. "Aku cinta kamu sayang.." Lanjut Farzan.
"Ekhemm..." Deheman keras dari Papa Bram membuat mereka berdua tersadar.
Hana tersenyum dengan tangan yang menutupi bibirnya, menahan rasa malu. Sedangkan Farzan hanya menatap sang Papa yang membuat suasana ini menjadi kacau.
Lagi-lagi mereka tertawa, tidak terlalu kencang. Karena malaikat kecil yang menggemaskan masih terlelap.
Tok.. Tok..
Pintu ruangan Hana terdengar suara ketukan, dan saat Bram menyahut. Muncul-lah Bima dengan membawa hadiah untuk si kembar dan buket bunga untuk Hana.
"Maaf semuanya saya terlambat.. Rapatnya benar-benar tidak bisa ditunda." Ucap Bima setelah meletakan apa yang dia bawa, lalu bersalaman dengan orang tua Farzan dan Hana.
Bram menepuk bahu Bima dia kali, "Tidak apa, terimakasih.. Karena jika bukan kamu, lantas siapa lagi.. Kamu kan sudah menjadi bagian keluarga ini juga.." Jawab Bram, dan Bima mengangguk.
Bima menghampiri Hana, "Selamat ya sudah menjadi ibu.." Ucap Bima sambil mengusap kepala Hana yang tertutup jilbab.
"Dan selamat juga bro, menjadi Papa sekaligus pimpinan perusahaan.." Lanjut Bima yang membuat dirinya terkejut.
Pimpinan?
Perusahaan?
"Maksudnya?" Tanya Farzan yang tidak paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband, My Teacher. (Selesai) MASIH REVISI
General FictionFollow dulu yuk sebelum baca.. . . Tidak pernah menyangka dengan alur hidupnya yang harus menerima jika sekarang dirinya sudah menjadi seorang istri. Menikah karena dasar perjodohan yang lebih dominan karena Ayahnya yang menentukan semua ini tanpa...