Masih gak nyangka cerita aku bisa sampe begini, aku terharu lohh ☺
.
.
Makasih banyak buat semuanya..
Boleh gak sihh kalo votenya sampe 100 diepisode ini..
Nanti aku lanjut update 😘😘😘
.
.
Maaf serakah karena telalu senang..
.
.
Happy Reading..🌸
🌸
Tiga hari berlalu dan Farzan sudah pulang dari rumah sakit, meskipun begitu Farzan masih tetap tidak boleh beraktivitas lebih.
Mereka sekua sudah sampai dirumah, Bunda Laras dan Ayah Pras pun ikut mengantar Farzan.
"Kamu jangan kerja dulu.. Nanti Papa kirim Sekertaris Papa buat ngurusin di perusahaan kamu." Sahut Dinda yang sedari tadi terus ngomel ngewanti wanti.
"Iya Ma.. Iya, aku udah denger itu berkali kali." Farzan duduk di sofa ruang tengah bersama yang lainnya kecuali Hana yang naik ke lantai dua untuk menyimpan baju baju Farzan dikamar mereka.
"Kamu tuh susah dibilangi makanya Mama cerewet juga." Ya namanya juga ibu ibu pasti begitu, mau anaknya udaj nikah atau mau punya anak pasti sama.
Hana pun muncul dengan membawa nampan berisi air minum dan sudah mengganti baju dengan piama.
"Minum dulu Ma, Pa, Bund, Ayah." Hana meletakannya di atas meja, "Pak, mau aku buatin teh anget?" Hana beralih menatap Farzan yang duduk sambil senderan.
Sangat jelas kentara berat badan Farzan menurun.
"Iya boleh.. Makasih ya." Jawan Farzan dan Hana mengangguk lalu membuatkan teh hangat untuk Farzan.
"Nak Farzan jaga kesehatan ya.. Jadikan pengalaman." Ucap Laras.
"Iya Bund, Insya Allah." Jawab Farzan.
Hana pun tiba dengan satu cangkir teh hangat lalu menyerahkan untuk Farzan.
"Sayang, Bunda sama Ayah gak bisa lama-lama, maaf ya." Laras menyuruh Hana duduk disampingnya.
"Kenapa gak nginep dulu, Bund?" Tanya Hana yang masih rindu dengan orang tuanya.
"Maaf sayang, Ayah besok ada pekerjaan yang cukup penting." Pras mengusap kepala anaknya.
Pras percaya jika Hana akan baik baik saja dengan Farzan, semoga Farzan pun bisa membahagiakan putri satu satunya. Kebahagiaan yang tidak pernah putrinya dapat dari seorang Ayah.
"Farzan." Panggil Pras.
"Iya Ayah." Sahut Farzan.
"Ayah titip Hana.. Jaga anak Ayah ya." Duduk Farzan menjadi tegak, matanya melirik Hana yang juga menatapnya.
Farzan mengangguk, "Iya, Ayah pasti." Jawab Farzan dengan tegas.
"Uhuk.. Uhuk.." Farzan sampai terbatuk batuk.
"Aduhh kamu ini masih muda ko begini." Ledek Dinda.
"Dihh.. Farzan kuat ya Ma." Elak Farzan, namun kedua orangtua mereka malah tertawa terbahal kecuali Hana yang bengong.
Kenapa mereka tertawa padahal kan Pak Farzan batuk. Batin Hana.
"Aduhh.. Kamu ini terlalu semangat ya." Bram pun ikut meledek.
Sekarang Farzan sadar dengan ledekan Mama dan Papanya, matanya membulat memandang Hana yang bengong.
Farzan mengusap wajahnya malu, "Kalian." Desis Farzan menutup wajahnya.
"Apa Bunda bakal cepet jadi Oma gak nih??" Seketika mata Hana membulat, sekarang dirinya tau pembicaraan apa yang sedari tadi dibahas.
"Bunda." Pekik Farzan yang tidak mampu menatap wajah Hana.
Hana hanya diam menahan malunya, Dinda dan Bundanya saling lirik-lirikan ke arahnya membuatnya tidak nyaman.
Tidak nyaman dalam artian, kenapa harus bahas hal behinian sih??
"Gak papa kok, Bunda akan tunggu." Dinda dan Bram ini suka sekali meledeki anaknya. Padahal anak mereka baru saja keluar dari rumah sakit.
Keseruan di ruangan ini pun harus berakhir karena Laras dan Pras harus pamit pulang, dan jarak rumah mereka dari sini cukup lumayan jauh.
"Ya sudah.. Saya pamit dulu Jeng Dinda." Laras berdiri dam berpamitan pada besannya.
"Bunda..." Rengek Hana yang tidak mau di tinggal.
"Gak boleh gitu lohh.. Sekarang kan sudah ada suami." Tutur Laras lembut mengusap kepala Hana yang memeluk tubuhnya.
"Sering-sering main ke sini ya Bunda." Dengan wajah cemberut berharap orang tuanya akan menginap, namun nihil.
"Ayah pulang dulu ya, kamu baik-baik.. Jaga kesehatan." Hana mengangguk tidak bisa menjawab lagi karena air matanya luruh.
"Hati hati ya Jeng." Sahut Dinda yang di angguki Laras.
"Kami pamit Assalamualaikum." Pamit Pras dan Laras.
"Walaikumsalam." Jawab semuanya.
Mobil yang di kendarai Pras pun keluar dari pekarangan rumah mereka.
Hana mengusap air matanya melihat itu, "Jangan nangis." Lalu Farzan menghampiri dan mengusap lembut kepala Hana.
Hana mengangguk dan mereka kembali duduk di ruang tengah, hingga perbincangan mereka yang sudah muter muter kemana mana. Dan di sini Farzan selalu kena getahnya.
Kasihan pasien kok di bully.
Tak lama Dinda dan Bram pun pamit pulang juga karena sudah terlalu larut. Kini tinggallah Hana dan Farzan dirumah ini.
Mereka berdua berjalan menuju kamar mereka, "Besok jangan ke kantor sama ke sekolah dulu ya, Pak." Ucap Hana yang sekarang tengah membereskan bukunya.
"Iya.. Kamu tuh kaya Mama loh." Farzan duduk di tepi ranjang.
Hana melirik tajam pada Farzan, pria itu malah terkekeh.
"Ini diminum dulu obatnya." Hana menyerahkan beberapa obat dan satu gelas air putih.
"Makasihh." Farzan pun meminumnya lalu kembali menyerahkan gelasnya pada Hana dan disimpan di atas nakas.
"Sekarang istirahat ya Pak." Hana mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidur. "Selamat tidur Pak." Hana menyelimuti tubuhnya lalu memejamkan matanya.
Hana merasa sedih karena masih rindu dengan orang tuanya, namun harus bagaimana lagi sekarang dirinya sudah menjadi seorang istri dari Farzan Abqari Mahardika. Jadi, Hana memilih untuk tidur dan tidak larut dalam kesedihan.
Farzan masih memperhatikan Hana, jika dirinya pria brengsek mungkin saat ini juga dirinya akan memakan Hana. Namun Farzan bukan pria seperti itu.
"Sabar.. Sabar." Ucap Farzan pelan, sangat pelan.
Farzan pun memposisikan dirinya berbaring dan memejamkan matanya. Mereka sudah sepakat untuk tidur satu ranjang meskipun pernikahan mereka karena perjodohan.
Tapi status mereka sah dimata hukum dan agama, dan memang mereka beruda sudah membicarakan tentang ini sebelumnya asal jangan melakukan hal lebih tanpa persetujuan satu sama lain.
Mereka berdua pun larut dalam mimpi masing masing.
Meskipun Farzan terbiasa tidur sangat larut karena pekerjaannya, tapi sekarang baru sekejap saja sudah menjelajahi mimpi, mungkin efek obat yang tadi dia minum.
Mereka berdua selalu berdo'a untuk berharap kedepannya selalu baik dan bahagia.
.
.
TBC.Siapa yang kuat???
Jangan lupa like dan komen juga sayangku...
See You ❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband, My Teacher. (Selesai) MASIH REVISI
General FictionFollow dulu yuk sebelum baca.. . . Tidak pernah menyangka dengan alur hidupnya yang harus menerima jika sekarang dirinya sudah menjadi seorang istri. Menikah karena dasar perjodohan yang lebih dominan karena Ayahnya yang menentukan semua ini tanpa...