Kesalahan..

26.6K 1.6K 4
                                    

Saking fokusnya mereka sampai lupa waktu, begitu pun Hana yang merasa dirinya seperti belum menikah yang bisa menghabiskan waktu selama mungkin dengan temannya ini.

Hingga dering ponselnya berbunyi berkali kali, saat melihat siapa nama yang tertera Hana terkejut, dirinya melupakan sesuatu.

Pak Farzan is calling...

Assalamualaikum Hana?

Suara Farzan terdengar dari sebrang sana, Hana terdiam beberapa saat.

Walaikumsalam, iya Pak?

Kedua sahabatnya memandang Hana dengan sorot mata cemas.

'apa Hana akan baik baik saja?' Batin Bunga.

Kamu masih disekolah?

Ehm.. Engga, Aku lagi ngerjain tugas di cafe D'Riss sama Bunga dan Caca.

Masih lama? Mau saya jemput? Soalnya ini udah malem, saya khawatir.

Deg.. Deg..

Entah kenapa jantungnya berdegup kencang tiba tiba.
Rasa khawatir yang di ucapkan Farzan terdengar banyak arti ditelinga Hana.

Sebentar lagi aku pulang..

Ya sudah tunggu saya disana.. Saya akan jemput kamu. Assalamualaikum.

Walaikumsalam.

Tut.. Tut.. Tut..

Farzan langsung memutus sambungan telponnya.

"Na, lo gak papa kan?" Tanya Bunga cemas, "Lo gak izin dulu kan? Gue juga lupa buat ingetin lo.. Lo gak bakal di marahin kan? Duhh gue jadi degdegan begini." Cecar Bunga dengan deretan pertanyaannya.

Caca pun sama mengigit ujung kukunya karena cemas dan takut. Sedangkan Hana hanya terdiam melihat reaksi kedua temannya.

Hana pun tidak tau harus bagaimana.

"Ya udah, ini kan semuanya udah beres.. Kita beres-beres aja terus nunggu suami lo jemput dan pulang." Saran Bunga sampil merapihkan bukunya.

"Ya, setuju." Sahut Caca yang juga memasukan bukunya ke dalam tas tak lupa menghabiskan minuman yang dia pesan.

Mubajir katanya jika menyisa nyisa makanan.

Hingga dua puluh menit berlalu ketiga gadis itu berdiri menunggu Farzan datang di parkiran.

"Na, kalo lo kenapa napa hubungi gue ya?" Pikiran Bunga sudah berkelana kemana mana, takut sahabatnya ada apa apa. Efek terlalu banyak nonton sinetron hati yang kau sakiti. Haha.

"Hmm, Insya Alloh gak akan ada apa apa." Jawab Hana sambil mengangguk.

Mobil mewah berwarna putih milik Farzan berhenti tepat di depan mereka. Farzan menurunkan kaca mobilnya dan memandang lurus pada Hana,sang istri.

Bunga dan Caca langsung membungkuk, "Ehm.. Kalo gitu gue balik dulu bareng Caca." Bunga lalu mendekat kearah Hana, "Kalo kenapa kenapa lo harus hubungi gue." Bisikan Bunga seperti bukan rasa khawatir melainkan seperti mengancam.

Hana hanya tersenyum pada kedua temannya, dan mereka pun pergi meninggalkan Hana yang masih berdiri.

"Masuk." Suara lembut Farzan kali ini terasa mengerikan. Hana menelan ludahnya lalu membuka pintu mobil.

Hana duduk di samping Farzan, tampa mengatakan apapun lagi Farzan melajukan mobilnya.

Hana meremas kedua tangannya, pandangannya keluar jendela tidak berani bertanya atau melihat Farzan meskipun ini adalah kesalahannya.

Hingga mereka tiba dirumah Farzan masih diam namun masih berjalan didekat Hana, Hana menyimpan tasnya dan mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi.

Farzan duduk di pinggir ranjang mengusap wajahnya kasar. Berusaha meredam rasa amarah yang tiba tiba muncul.

Meskipun mereka tidak ada cinta tapi setidaknya mereka sudah sepakat untuk saling menghargai, namun Hana. Gadis itu melupakan kewajibannya dan membuat dirinya menjadi khawatir, cemas dan sedikit kesal.

Setelah lima belas menit berlalu, Hana selesai mandi dan mengenakan piama bermotif kelinci tak lupa dengan kerudung yang selalu melekat di kepalanya keluar dari kamar mandi.

Hana berjalan perlahan menghampiri Farzan namun bingung untuk mengatakan sepatah pun.

"Hana." Hana terkejut saat Farzan memanggilnya.

"I-iya?" Jawab Hana gugup, Hana masih berdiri dibelakang Farzan.

Farzan menarik kursi belajar Hana menghadap ke arahnya.

"Duduk sini." Titahnya lagi, suara Farzan sangat lembut seperti biasanya namun entah kenapa Hana merasakan aura yang berbeda.

Hana pun kembali berjalan sambil menundukan kepalanya masih tidak berani menatap Farzan.

Jarak sedekat ini membuat Hana berdebar dan seolah asupan udara menipis, bukan karena cinta-- tapi.. takut.

Farzan menarik kursinya semakin dekat membuat Hana mengedipkan matanya beberapa kali karena terkejut.

"Liat saya Hana." Hana menggeleng, tidak bisa memandang Farzan. Takut.

"Hana." Sekali lagi Farzan memanggilnya, bulu kudung Hana merinding. Situasi ini membuatnya tegang.

Dengan berani Hana memandang wajah Farzan, Tampan.

Hah..
Hana menepis sebentar pemikiran yang jujur dan nyata itu, tidak bisa menolak jika Farzan memang tampan, namun bukan itu yang sekarang harus dia pikirkan.

Hana melipat bibirnya kedalam dengan tangan yang saling meremas satu sama lain.

"Kamu tau kesalahan kamu?" Hana mengangguk gugup. "Hah.." Farzan menghela nafasnya lalu memundurkan duduknya menjauh sedikit dari Hana.

"Maaf.. Pak." Cicit Hana.

Farzan kembali menatap Hana lalu mengangguk, entahlah rasanya ingin marah namun tidak bisa.

Farzan tidak mengerti dengan perasaan yang saat ini dirasakannya.

"Ya sudah.. Kamu udah makan?" Farzan mengalihkan pembicaraan, Hana tau jika Farzan menahan kekesalannya, terlihat dari rahang pria ini yang mengeras.

Hana menggeleng, "Belum."

"Kita pesen makan aja, kamu gak usah masak." Hana cuma bisa mengangguk dan menundukan kepalanya kembali.

Jantungnya masih berdegup kencang, meskipun sebelum menikah Hana pernah berbuat kesalahan tapi tidak semendebarkan ini.

"Saya tunggu dibawah." Ucap Farzan yang menyadarkan Hana dari lamunannya.

Farzan meletakan ponselnya dinakas setelah memesan makanan, lalu terdengar pintu tertutup dan Farzan sudah keluar dari kamar mereka.

Hana mendongak menyandarkan tubuhnya lalu memegang dadanya bahkan Hana bisa mendengar suara jantungnya.

"Sumpah degdegan banget.." Lalu Hana berdiri dan meletakan kembali kursinya di tempat semula.

Hana membereskan buku untuk jadwal besok lalu setelah selesai Hana pun turun kelantai satu untuk menyusul Farzan.

.TBC.

.

.

.

Segini dulu..
Masih amatiran nulisnya jadi jarang up..
.
.
Saya salut sama mereka yang menulis dengan banyak judul dan bisa memilih kata yang pas..
Saya selalu belajar dari mereka yang hebat itu..
Sukses semua buat para author ❤❤❤

My Husband, My Teacher. (Selesai) MASIH REVISI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang