Brak!
"Sialan!!"
Reyhan melempar kertas ulangan biologinya hari ini setelah menggebrak mejanya dengan kasar.
Minggu ini adalah pekan ulangan harian, dan hari ini adalah ulangan terakhir di kelasnya dengan mata pelajaran biologi. Satu-satunya harapan Reyhan.
"Kalo lo bisa ngalahin gue di UTS- ah, enggak. di ulangan harian."
"Satu aja nilai lo lebih tinggi dari gue. Lo bisa minta apa aja ke gue, bahkan jabatan bokap lo."
Ck..! Pupus sudah harapannya.
Srek
Sebuah tangan dengan selembar kertas ulangan biologi di bawahnya terulur di atas meja miliknya. Nilai 100 tercetak jelas di atas kertas ulangan dengan nama Muh Alfarez.
"Gimana? Ulangan lo berapa?"
Reyhan menundukkan kepalanya, menyembunyikan wajahnya yang penuh emosi menahan malu. Pasalnya ia mendapat nilai 81, nilai standar di APRI —sekolah yang tak pernah mencetak nilai di bawah 80. Tentu saja nilainya kalah telak dengan Muh
"Punya mulut gak?" seru Muh dingin. "kemarin kayaknya lo lancar banget ngomong di belakang gue. Sekarang kenap—
"Gue kalah," potong Reyhan.
Muh menaikkan salah satu sudut bibirnya. "See?"
Tangannya terulur mengangkat wajah Reyhan yang tertunduk. Menatap lamat mata Reyhan dengan sebelah alis yang terangkat.
"Lo harusnya bisa sadar dimana kemampuan lo, sebelum lo bicara." Muh mendekatkan mulutnya di telinga Reyhan, membuat Reyhan bahkan bisa merasakan napas milik pria dingin itu.
"Gue kasih tau rahasia ya," bisik Muh amat pelan. "Orang kaya itu penuh ambisi. Mereka gak akan sampai ke tangga paling atas kalo mereka gak punya ambisi."
Muh melepas cengkraman di dagu Reyhan dengan kasar. "Orang kayak lo yang cuma banyak omong tanpa usaha emang pantes dapet tempat di bawah."
Laki-laki itu memandang rendah Reyhan sebelum akhirnya beranjak pergi.
"Gue minta maaf, tapi kayaknya mulai besok lo harus siap-siap hidup lebih sederhana. Karena Alfa Group gak butuh karyawan yang gak becus ngedidik anaknya sendiri," ucap Muh seraya melangkah ringan dari tempatnya berdiri.
Reyhan terkesiap mendengar pernyataan Muh, lantas tanpa perhitungan apapun ia bangkit menghadang Muh, menjatuhkan dirinya di hadapan Muh dengan posisi berlutut serta menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Muh, gue mohon.." Dengan suara bergetar Reyhan mulai membuka suaranya yang sedari tadi tercekat. "Ini salah gue, jangan bawa-bawa bokap gue. Urusan lo sama gue."
Muh tertawa getir mendapati Reyhan yang bertindak sejauh ini.
Siapa yang sangka seorang Reyhan, ketua tim basket yang dipuja oleh banyak gadis akan bertekuk lutut di hadapan Muh Alfarez.
Pasalnya Reyhan seringkali kedapatan melakukan interaksi dengan Muh, para siswa bahkan mengira Reyhan sebentar lagi akan bergabung dengan kelompok Empat Pilar.
Nyatanya, hanya dengan segelintir kata-kata yang diucapkan lidahnya sendiri, ia rela menjatuhkan harga dirinya.
Ternyata benar ungkapan bahwa 'lidah lebih tajam dari pisau'. Ia bahkan bisa menyayat pelakunya sendiri.
"Buat apa lagi Alfa Group mempertahankan karyawan yang ngedein pengecut kaya lo?"
"Muh, please.." bujuk Reyhan dengan suara memohon. Masih dengan posisi menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
KANTAKA
Teen FictionKantaka ; Bahasa Sansekerta : Sedih, Susah. . Aysha pikir olimpiade adalah satu-satunya cara untuk mencapai tujuan hidupnya. Membawa pulang medali emas dan mendapat privilege beasiswa ke luar negeri. Chemistry Sciences - Seoul National University. N...