(47). Sistem Gugur

374 36 14
                                    

Pekan UTS tiba.

Segala aktivitas terkait olimpiade dihentikan sejenak. Seluruh siswa disibukkan dengan belajar dan mempertahankan nilai di APRI. Terkecuali para tujuh siswa terbaik APRI yang justru disibukkan dengan mempelajari modul ajar untuk kesetaraan paket A adik-adik jalanannya.

Aysha, Salman, Muh, Marwa, Ali, Umar, dan Husein sudah berdiri di depan gedung PKBM Insan Mandiri yang menjadi tujuan kerja sama. Selepas UTS selesai, Mereka bertujuh— Ah, tidak, tapi berdelapan. Langsung melangkahkan tungkainya ke tujuan yang sama.

"Ini siapa?" Husein memandang wajah asing di antara ketujuh personil yang ada.

"Siapa yang ngajak bocil kesini?" Disebut 'bocil' oleh gadis yang tak kalah mungil seperti Aysha membuat Alis Ulfa tertekuk marah.

"Adek gue," sambar Umar. "Gak tau tuh dia mau ikut-ikutan pas denger cerita gue."

"Apaan sih?" Ulfa tidak terima. "Lo sendiri yang ngeluh depan gue karena dapet jatah dua mapel."

"Pusing gue." Umar bergumam pelan. "Masa gue dapet tugas ngajarin anak-anak jalanan dua mapel sendirian? IPS dan PKN? Apa gak pusing?"

"Ya siapa suruh jadi anak IPS sendiri di tengah-tengah anak IPA."

Umar menyodorkan modul PKN ke arah Ulfa. "Coba lo baca dek. Ngerti gak?"

Sekelibat ingatan muncul di benak Umar. "Tapi kan gue gak minta—

"Oh gitu?" potong Ulfa. "Yaudah gue pulang."

"Eh— jangan, jangan, jangan...." Cegah Umar. Si kacamata itu menahan lengan sang adik. Tepat di belakang sang adik, Umar mengerakkan sebelah tangannya vertikal di depan lehernya, seraya menjulurkan lidah memasang ekspresi seakan 'mati gue'.

Salman yang sudah pernah bertemu Ulfa tertawa kecil melihat interaksi kakak-adik di depannya. Andai ia punya adik menggemaskan seperti Ulfa.

"Yaudah," putus Muh. "Toh adik lo bentar lagi masuk SMA. Gak ada batas usia untuk jadi tutor relawan, ya kan Ay?"

Aysha mengangguk. Memasang ekspresi boleh saja.

Total delapan tutor relawan, dengan enam mata pelajaran. Delapan siswa dengan semangat membara membawa perubahan kecil dalam dunia pendidikan. Bergantian mereka masuk dan melakukan training berupa microteaching. Mendapat arahan terkait tata cara mengajar, cara mendapatkan perhatian siswa, dan cara menjelaskan materi secara sederhana.

Tak pernah terpikirkan, bahwa di usia mereka yang tengah penuh dengan api semangat, menyalurkan segala kelebihan energinya dengan menuangkan sedikit ilmu pengetahuan pada adik-adik jalanan mereka yang tidak kalah hebat.

Tidak kalah hebat telah berjuang tetap hidup di tengah kerasnya kehidupan jalanan. Untuk tetap memiliki semangat juang yang tinggi dalam menuntut ilmu.

*

Bab 47

"Sistem Gugur"

*

Sel saraf olfaktori dalam rongga hidungnya tengah bekerja maksimal memberikan sinyal pada sel saraf pusat agar buru-buru melahap sumber 'bau' yang menggugah saliva di mulutnya.

Barbeque.

Kepulan asap dengan percikan api dari grill yang sengaja disiapkan di halaman depan rumah itu tampak menarik setiap atensi pasang mata.

Paman Zubair yang mengusulkan untuk mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan kepulangan Aysha dan Salman dari rumah sakit. Shafiyah tentu saja ikut bergabung dan sibuk membolak-balik sayatan tipis daging dengan olesan saos barbeque

KANTAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang