Setelah melaksanakan shalat maghrib di Masjid terdekat, Muh mengajak Aysha untuk mengunjungi sebuah warung makan terlebih dahulu.
"Assalamu'alaikum kang! Kumaha damang?!"
"Wa'alaikumussalam, Eh A' Muh, kamana wae atuh baru datang?"
"Tadi keur beurang abdi arek tuang di dieu, anu ngalayanan si emak, tapina sarangheuk ja loba gosip ti bapak2, urang leumpang be lah. (Tadi pas siang saya mau makan di sini, yang ngelayanin si Emak, tapinya males banyak gosip dari bapak-bapak, saya tinggal pergi aja)."
Aysha sampai takjub menatap Muh yang tiba-tiba berbicara fasih dengan bahasa Sundanya itu.
"Oalah kitu, atuh ulah di dengekeun, A' (Oh gitu, jangan didengerin A')." balas si akang.
Aysha ikut memandang si akang. Yang dipandang balas menatap, sepertinya baru menyadari kehadiran sosok gadis mungil di belakang Muh. "Eleuh-eleuh... Aa' kasep dateng-dateng bawa neng geulis, euy."
"Sssttt... ulah dilirik-lirik atuh, kang. Bentar lagi saya segel," canda Muh seraya mengayunkan tangannya, mengajak si akang untuk highfive.
"Ih, ulah panggil akang, panggil aja Asep, A'" si akang tampak mengoreksi panggilan Muh. "Jadi, Nengnya pacar A' Muh?"
Muh menggeleng, kemudian empat jarinya bergerak ditempelkan di samping bibirnya, menutupi gerak mulutnya, "Calon," bisik Muh pada si akang, yang tentu saja terdengar oleh Aysha.
Aysha memandang sebal Muh, sedangkan si akang menatap takjub Aysha, "Neng calon pacar A' Muh?, neng lamun si Aa' ngecewakeun eneng mah, atuh jeung abdi bae nya. engke sapopoe abdi bere lauk warteg garatis eneng bahagia selalu sapopoena. (Kalo si Aa' ngecewain neng mah, mending sama saya aja, nanti tiap hari saya kasih lauk gratis, neng bahagia selalu tiap hari)."
Kali ini Muh mendelik ke arah si akang, sedangkan Aysha mengernyitkan dahi kebingungan. Si akang jelas berbicara pada dirinya, tapi Aysha tidak mengerti, tanpa sadar tangan gadis itu menarik jaket Muh, hendak meminta penjelasan. Ekspresinya seakan berbicara "Ngomong apa dia?"
"Katanya, kalo lo pacaran sama gue, lo bakal bahagia tiap hari, gue bawa ke sini terus."
Si akang tertawa terbahak-bahak. Membuat si gadis kupu-kupu semakin menukikkan alisnya curiga. "Bener Kang yang dibilang Muh?"
Si akang semakin tertawa mendengar panggilan Aysha pada dirinya.
"Dia seumuran sama lo, di bawah gue 1 tahun. Gue manggil kang mah buat becanda doang, lo gak usah ikut-ikutan." Muh berbisik. Membuat Aysha semakin seperti kepiting rebus.
"Iya neng, iya. Bener kata A' Muh tadi." Si akang membalas setelah tawanya usai. "atuh lamun abdi teu nyarios "iya" mah, pelanggan abdi leugit bisa-bisa. (Kalo saya gak ngomong "iya" mah, pelanggan setia saya ilang bisa-bisa)," bisik si akang seraya menatap Muh yang tengah melotot padanya.
Asep menyeringai puas. "Sok atuh A' neng, dipilih aja makanannya." Asep mulai mengurangi bahasa Sundanya, mengingat si neng geulis itu tampak kebingungan dengan bahasanya.
Aysha mengangguk kaku, ia kemudian berjinjit, menarik kuping Muh tanpa rasa bersalah agar di laki-laki jakung itu dapat sedikit membungkuk, kemudian dia berbisik tepat di telinga Muh, amat pelan. "Dia dari SMA mana? Kok dia bisa udah punya warung gini padahal masih kelas 10?"
Muh memejamkan matanya sejenak, gemas akan tingkah dan pertanyaan random Aysha. Kupingnya yang masih dijewer itu dilepas. Kemudian Muh menunduk, berbisik amat pelan tepat di telinga Aysha. "Di SMA Negeri 117 yang di pinggir jalan. Ini kedai punya Emaknya, Aysha. Dia cuma bantu jaga tiap pulang sekolah."
KAMU SEDANG MEMBACA
KANTAKA
Teen FictionKantaka ; Bahasa Sansekerta : Sedih, Susah. . Aysha pikir olimpiade adalah satu-satunya cara untuk mencapai tujuan hidupnya. Membawa pulang medali emas dan mendapat privilege beasiswa ke luar negeri. Chemistry Sciences - Seoul National University. N...