(50). Karantina

450 40 10
                                    


Hari karantina untuk seluruh peserta OSN di Provinsi DKI Jakarta telah tiba. Pelaksanaannya 2 minggu di salah satu hotel yang mensponsori kegiatan OSN. Setiap siswa akan diberikan fasilitas kamar per-2 orang, aula khusus untuk belajar, makan 3 kali sehari, dan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya. 

Dan di sini lah peserta OSN berada...

Di aula khusus belajar, peserta OSN khusus dari SMA APRI duduk rapih dan mendengarkan pengarahan singkat sebelum mulai melepas siswa pada mentor di bidang masing-masing dan memborbardir siswa dengan ribuan soal. 

"Dalam pelaksanaan karantina ini, setiap sekolah wajib untuk mengirimkan 1 guru perwakilan yang akan mengawasi siswanya, dan mempersiapkan tutor untuk setiap mata pelajaran. Dan kebetulan saya sebagai waka kesiswaan sekaligus guru fisika yang ditunjuk untuk mengawasi kalian semua."

Pak Harits lagi... Pak Harits lagi...

Memang sih, sudah terbukti bahwa Pak Harits adalah guru yang sangat berkompeten, tanggung jawab, tegas, dan mumpuni dalam membina siswa. Tapi tingkat kegalakannya berbanding terbalik dengan tingkat toleransi kesalahan untuk siswa.

Guru perfeksionis, langganan menghukum dan mengirim surat peringatan pada orang tua siswa.

"Karena guru-guru APRI akan tetap mengajar seperti biasa, maka yang akan mengajar kalian di sini bukan lagi guru-guru APRI seperti kelas tambahan olimpiade yang biasanya. Melainkan tutor profesional yang telah kami siapkan."

Ada wajah-wajah baru yang berdiri di samping Pak Harits. Tampaknya masih sangat muda.

"Mereka adalah mahasiswa terbaik sekaligus alumni APRI yang berhasil membawa pulang medali emas OSN di bidangnya masing-masing, silahkan perkenalkan diri kalian."

Satu laki-laki tinggi dengan wajah yang errr.. agak tengil? Rambut undercut ke samping, dengan jaket hitam kebanggaan logo 'Solidarity M Forever' bertuliskan 'Mechannical Engineering'. Dia mengangkat sebelah tangannya.

"Hallo, nama gue—eh, maksudnya, nama saya Kiandra Prameswara, jurusan teknik mesin UI, spesialis tutor matematika dan fisika, membersamai Pak Harits. Panggil aja Andra"

O-ke.

Tipikal anak mesin sekali, dengan jeans yang robek-robek, tatapan sangar tapi sayu akibat kurang tidur, tapi soal otak? Sepertinya bisa jadi jaminan. 

Kali ini perhatian berganti ke perempuan di sebelahnya. Kali ini perempuan dengan rambut kuncir kuda rapih, kacamata di batang hidungnya yang mancung, kardigan rajut denim senada dengan celana bahannya dan kaos putih, dengan buku-buku menumpuk di sebelah tangannya. 

Penampilannya kontras sekali dengan laki-laki sebelumnya. Kali ini terlihat lebih kutu-buku.

"Saya Indira Putri Lesmana, jurusan Kedokteran UI, spesialis tutor kimia dan biologi. Panggil aja Indri." 

Kedokteran..

Pantas saja..

"Kak Andra dan Kak Indri? Namanya kembar, mukanya mirip. Kalian kembar ya?" celetuk Ali tiba-tiba. 

Jika diperhatikan memang wajah mereka sedikit ada kemiripan. Tapi keduanya malah kompak menggeleng.

"Bukan, kami gak kembar," elak Indri

"Kami pasangan." Andra tiba-tiba mendeklarasikan.

Membuat yang lain ikut terperangah mendengarnya—termasuk Aysha. Ya siapa yang akan menyangka pria berandalan jurusan teknik yang suka membedah mesin berpasangan dengan cewek kutu buku yang berhati-hati dalam membedah manusia?

KANTAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang