(35). Tanggung Jawab

447 50 9
                                    

BUGHH

Kepalan tangan tak bersalah itu menabrak tembok koridor rumah sakit, tatkala pemiliknya tampak kehilangan kendali untuk meluapkan segala bentuk emosinya.

"Tangan lo gak salah. Kenapa disakitin?"

Aysha bergumam pelan. Netranya menatap na'as buku jari Muh yang sudah mengeluarkan bercak kemerahan, lecet akibat benturan keras dari dinding rumah sakit.

Muh tak menggubris. Napasnya menderu cepat seakan berpacu dengan seruan-seruan marah yang ada di kepalanya.

"Kenapa harus begini?"

"Kenapa dunia gak adil buat mereka?"

"Kenapa harus ada lagi orang lain yang tersakiti?"

"Kenapa?"

Seakan ada batu besar yang menghantam kepalanya, Muh seketika oleng. Tangannya yang terkepal itu beralih mencengkram rambut tebalnya. Demi menahan rasa sakit di kepalanya, ia menggigit bibirnya yang pucat itu.

Aysha segera saja meraih tubuh Muh yang oleng itu. Memapah tubuh besar itu untuk duduk di bangku tunggu rumah sakit.

Setelah mimisannya reda tadi, bersamaan dengan Umar dan Marwa pergi, Muh tiba-tiba keluar dari ruang VVIP, meninggalkan Jojo dan Rian yang menatapnya penuh tanda tanya. Berjalan mencari koridor sepi untuk menumpahkan segala emosi yang memuncak di kepala nya.

Soal fakta Rian dan Jojo mencopet.

'atuh kamu kalo cuma ngamen doang mah sedikit dapetnya. Kayak aku dong, sekali aksi langsung dapet untuk makan seminggu.'

Ancaman Husein dan segala permainannya.

'Itu bahkan cuma sebagian kecil dari rahasia cewek itu yang gue bongkar.'

Fakta alasan menyakitkan Rian melakukan hal itu.

"Rian mau sekolah A'. Dia kangen banget sama sakolah. Jojo teh niatnya mau bantu biar Rian cepet kekumpul duit buat sakolahnya. Apalagi Rian geh pinter hitung-hitungan, nte' kayak Jojo yang blo'on."

Fakta dunia tidak adil mempelakukan anak-anak malang itu.

'Si Rian diledekin A' sampe diusir 'ini bukan tempat gembel'.

Fakta tubuhnya yang sakit dan tidak sekuat itu untuk menjaga adik-adiknya.

Fakta dirinya menyakiti banyak orang di sekitarnya.

Ditambah sindiran Marwa yang tak pernah tepat dalam situasi hatinya.

Semua tumpah tindih di kepala Muh. Rasanya ingin marah pada keadaan. Pada situasi. Pada takdir yang menciptakan kondisi yang rumit ini.

"Gak usah semua lo pikirin dulu." Aysha seakan tau apa yang menganggu Muh saat ini —Pikirannya sendiri

"Kesehatan lo paling penting di antara semuanya. Kalo lo aja tumbang, semua hal yang mau lo beresin gak bakal jalan."

Muh menghela napas berat. Tak berusaha menampik semua perkataan Aysha.

Gadis itu tampak berbalik, mengambil tas di punggungnya, lantas mengeluarkan sesuatu dari dalamnya.

Jaket denim.

Rupanya jaket denim yang pernah Muh pinjamkan pada gadis itu. Jaket itu kini sudah melingkar menyelimuti punggungnya yang menggigil karena suhu tubuhnya meningkat. Tangan Aysha kembali terulur mengecek suhu di dahi Muh. 'Masih panas'.

"Semenjak cewek itu ada di sekitar lo dan selalu lo bela. Dia bukan orang lain."

Demi mengingat percakapan itu, Muh menepis tangan Aysha di dahinya.

KANTAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang