(27). CCTV

864 79 15
                                    

"Lo apaan sih, sialan!"

"LO YANG APAAN?!" 

*

Bab 27

"CCTV"

*

"Lo ngusik hidup orang yang gak bersalah!"

Setelah Pak Ashraf memilih pergi akibat tatapan intimidatif yang terus diberikan Muh, si kembar itu melanjutkan perdebatannya di rooftop lenggang.

"S-saya pamit dulu, ada kelas j-jam pertama." Begitu katanya. Tak tahan menatap Muh dan segudang amarah di sekitarnya.

"Hidup orang yang gak bersalah atau hidup orang yang lo suka? Biasanya juga lo gak peduli siapa lawannya, semua lo serang. Sekarang kenapa? Kenapa dia beda?"

Arghh... Baru satu hari Muh merasa satu langkah lebih dekat dengan gadis kupu-kupu itu, kembarannya lagi-lagi mengacaukan kehidupannya.

Muh berdecak. "Berhenti bertingkah atau semua orang bakal tau topeng kita berdua."

"Gue bahkan gak pake soal itu, fuck off you!" Marwa menghiraukan ancaman Muh sebelumnya, memijat pelipisnya marah. "Buat apa lo belain orang yang mau bikin nama baik keluarga kita ancur! Bahkan di saat semua orang tau skandal korupsi itu! Lo harusnya berhentiin dia."

"Lo juga harusnya gak mulai duluan ngusik hidup orang lain! Prinsip kita membalas orang yang ngusik kita duluan. Tapi sekarang lo duluan yang mulai nyenggol dia dan 'Mis Akasari'-nya"

Marwa terperangah. Baru menyadari duduk perkara. "BUKAN GUE PELAKUNYA."

Marwa kelepasan. Ia tak pernah membentak Muh setinggi itu. Amarah dan rasa takut akan kegagalannya bercampur mengendalikan dirinya. "Gue gak pernah posting berita gak guna itu. Lo mau percaya sama kembaran lo sendiri atau cewek bajingan antah berantah kayak dia, terserah! Intinya bukan gue pelakunya."

Muh diam, berusaha menelisik mata legam identik itu, mencari celah kebohongan.

"Terlepas dari itu semua. Tapi lo emang salah." Muh bersikukuh. "Lo salah karena ngelakuin transaksi itu, sadar gak?"

"Gue gak pernah pake soal-soal bocoran sialan itu, Muh!"

"Terlepas dari lo pake atau engga. Lo tetep salah. Lo pikir, pencuri ditangkap karena dia menggunakan uang haram?" Muh menggeleng. "Enggak."

"Pencuri ditangkap karena dia ketahuan."

*

Ponsel dengan casing biru polos itu disodorkan, dikembalikan kepada pemiliknya.

"Valid infonya? No edit kan?"

"Valid, no edit." Aysha menjawab sekenanya. "Rilis sekarang."

"Weitss... Sabar, kita punya tim. Bagian copywriter belum nulis artikelnya, bagian editing belum koreksi, dan bagian publikas—

"Katanya ketua Jurnalistik, tapi gak tau prosedur hardnews naik berita?' Aysha memotong cepat. "Yang lo sebutin barusan prosedur softnews buat berita-berita receh pengisi kekosongan."

Aysha menatap jengah sang ketua Jurnalistik. "Yang jelas ini beda." sorot matanya berubah tajam. 

"Berita yang spontan dan apa adanya tanpa dramatisir akan menghasilkan dramanya tersendiri, semakin cepat dipublish, semakin ekslusif berita itu. Mereka bahkan sekarang masih di rooftop kalau-kalau kalian mau nonton live."

KANTAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang